Lalu seketika perut keramnya hilang. Apakah ini yang dinamakan bonding mother and her baby?
Aku gamau kena post partum syndrome atau baby blues yang akhirnya benci atau marah ke anak. So aku harus regulasi segala emosi yang muncul. Sedih bilang sedih. Marah bilang marah. Kecewa bilang kecewa. Karena inget anger iceberg. Marah selalu punya emosi lain dibaliknya. Sebelum pelukan orang lain, aku biasakan memeluk diri sendiri. Sebelum positive affirmation dr orang lain, aku biasakan untuk kasih itu setiap hari bahkan setiap mual.
Hal yang patut disyukuri, Im here healthy, doing job and have people who care of me.
What i learn for my depression before, its because I keep my problems berputar dikepala terus menerus tanpa cerita tampa menuliskan semua apa yang gue rasakan..sehingga gue merasa sendiri dan lelah.
I mean i dont wanna be people who see knife and want cut the veins. Gamau liat rel kereta dengan pikiran melompat dll. Aku ingin percaya bahwa someday I feel better.
Perasaan jenn im yang bilang "what if Im trying the best that I can but my kid still doesn't love me? If I sew two lines. Everythings gonna changes". Tapi pikiran ini pun pertama kalinya yang ada di pikiran gue setelah tes di pagi hari. Everythings gonna changes. Karena gue berpikir secara financially belum siap kita berdua, sebagai generasi sandwich, bahkan mengatur uang sendiri bener2 menguras tenaga. Aku jadi gatau harus apa, gue takut gabisa ngasih yang terbaik, gue takut financial yang gak stabil membuat hubungan gue memburuk.
Seketika menyalahkan diri sendiri, why I choose to married right now, while my family rely on everything to me and now I have baby. Kenapa gue tidak tegas pas bulan january dan mengakhiri semuanya sehingga gak ada pertemuan keluarga dan pembatalan pernikahan. Satu satunya yang gue salahkan disini adalah diri gue, padahal gue berjanji jalan lurus tanpa menyalahkan diri sendiri. Tapi ketakutan akan masa depan membuat gue bahkan ga sanggup berdiri. Gue harus apa? Semua orang bilang anak rejeki, I know. I AM HAPPY actually tapi banyak pikiran berkecamuk. My financial not ready. And this is so sad. Gue merencakan side job setelah menikah dan ambil banyak project tapi semua rencana batal. Rencana untuk menambah pemasukan gagal karena tubuh gue ga sanggup. Gue gamau memaksa diri dan akhirnya nyakitin yang lagi berjuang hidup di rahim ini.
Dan satu hal yang gue inget betapa bahagianya dia tau ada 2 garis di testpack pagi hari. Tanpa dia sadari betapa shocknya gue ga nyangka Allah memberikan rejeki ke gue melalui keturunan, bukan hal yang gie rencanakan. Tapi satu hal yang langsung terlintas dipikiran gue, Baby happen when you have sex. Mau sex berarti mau tanggung jawab yang lebih besar yaitu anak. Orang jahat yang mau enaknya doang tapi gamau punya anak bukan?
Lalu gue mencoba regulasi segala emosi yang hadir dan meyakinkan diri bahwa everythings gonna be okay. Anak itu rejeki meski bukan hal yang gue rencanakan tentang rejeki dalam bentuk uang. Tapi dia hadir memilih hidup dalam kandungan gue yang sudah sepatutnya gue syukuri kehadirannya. Segala masalah akan berlalu seperti halnya emosi yang selalu silih berganti bukan? Ini rejeki yang sangat sangat harus disyukuri karena Allah kasih cepet disaat banyak orang di luar sana menanti buah hati mereka tapi masih dikasih waktu untuk terus menunggu.
No comments:
Post a Comment