Postpartum itu momen yang gelombang emosi sensitifnya berkali kali lipat dari hamil. Orang orang tentu lebih fokus pada baby, perkembangan atau lucunya baby maupun sikap dan tangisan dari baby. Tapi gak ada yang fokus sama ibunya. Kalau bayi nangis yang dipertanyakan "asinya kurang banyak ya? Itu bayinya masih laper sih". Gak sekali dua kali denger ini yang bikin self guilt, simple sih cuma kesel banget. Bcs I know what the best for my son.
Kalau udah mimi banyak, tapi masih nangis kejer, lagi lagi dipertanyakan itu sakit badan pasti. Padahal bisa jadi dia mau ganti pampers, atau mau sendawa. 24 jam bareng baby yg gue habiskan, selain gue tau tingkah laku dia, kebiasaan dia, senyum dan nangisnya dia. Gue bahkan tau tangisan tangisan dia yang beda2. At some momen dia cuma pengen digendong setelah mimi karena mengantuk tapi ga suka dikasur dia pengen yg anget2 pelukan. Trus ada momen dia nangis kejer setelah mimi karena banyak gas diperut dan pengen sendawa. Im so proud of my self karena bisa belajar dan tau signal2 itu.
Setiap hari rasanya cepet banget berlalu, dari manei pagi, nen, pumping, cuci botol, steril, pumping, nen, ganti popok, manri sore, nen lagi. Dan gitu terus sampe rasanyaa gue baru inget belum minum obat si dedek, belum pake salep gatel lagi gue yg gue habiskan 700rebu pake duit sendiri, belum isi gelas buat paksu, bahkan seringkali belum makan. Kalau pergi, gue kayak lagi lomba lari karna masukin printilan buat dede berharap gada yg ketinggalan. Disaat itu juga, masih dikomen gue ga prepare padahal gue bangun dari jam 3 belum tidur lagi sampe pergi. So sad. I know this is my phase and I will go through this.
Kadang kalau paksu pulang dan liat gelasnya kosong. I know he so tired but so do I tapi ketika ngeliat dia capek gue pun feeling guilty. But my schedule is so full everyday. Belum lagi kalau dedek nyakar diri dia sendiru sampe berdarah di muka. I mean, kuku bayi kenapa yaa cepet panjangnya.
Belum lagi kalau ke dokter yang ditanya "ibu gimana ASInya? Gimana pupnya? Gimana gejalanya?" Gue harus tau hal detail bahkan ngerekam drrr drrt yang dede alami buat kasih bukti jelas ke dokter. Atau ditanya "pas hamil ibu gimana?" Dan yaa membuat gue berpikir mundur apa yang gue alami, belum lagi kepikiran apakah gue penyebab dede sakit. Belum lagi kalau di rs lagi pusing, paksu minta buat gue laporan/dia ngecall. Rasanya pen teriak, satu satu plis. Trust me, pergi nganter ke dokter bareng 2 ibu2 rasanta lebih melelahkan terutama buat pikiran gue hahaha. I prefer paksu atau adek gue.
Ketika ke dokter pasti aja ibunya tentubya gue yg dapet PR "ibu asinya harus banyak. Ibu harus ngerekam lebih detail kondisi babynya. Harus tau bisa apa ajanya". Semua PR PR dan PR. Deep inside kadang sedih sendiri bwlum lagi badan ko makin kaku, kurang apa guee. Belum lagi gue disuruh asap ke dokter syaraf sama dokter syaraf anak.
Ada satu video yang gue temuin di tiktok jadi podcast di luar negeri yang isinya gini
"I reqlly struggled when my husband went to work. And i had to stay with my baby. I loved stayes at home with my kids dont get me wrong. I loved my kids to death. But I really struggled with the fact that his life hadn't change that much. Whereas my life changed drastically. My body my looks my personality was different. Everything that once didnt annoy me now. I cut friends off because i feel like. I just didnt have time for them. So really coming to terms with the facts that youre not angry because his life hasnt changed. You're angry because you are grieving this old version of you. And thats okay. Go through the grieving process"
Di awal2 setelag kehamilan, dengan jam tidur belum teratur dan gue sangat sangat sensitif, gue marah sama paksu sangat marah untuk hal sekecil apapun karena gue kesel why me changed so much? Ketika liat di cermin betapa buluknya gue. Ketika liat perut belum berubah tetep kayak hamil. Dan gue kayak sapi perah. Sampe pernah paksu bilang yang gue lakukan hanya mimiin dedek. Gue sedih banget saat kita ribut dan dia ngomong gitu. Gue merasa ga berguna. Sampai gue keluhkan semua pikiran gue termasuk self doubt self guilt yang muncul bahkan pikiran negatif dan so far ao good sudah membaik. Dan memang bener gue bukan marah sama kenyataan bahwa ga banyak yg berubah dari paksu. Dia tetep ke kantor bekerja so do I beberapa minggu lagi. Ternyata setelah dipikir2 gue bukan marah sama paksu, tapi gue sedang grieving atas perubahan diri gue yg drastis. Kayak "mata gue ke anak dan juga suami. Pikiran juga. Kesibukan gue bahkan gue taking care of them. So who can taking of me?"
Setelah fase itu dilalui gue merasa even though waktu deep talk ga banyak dengan paksu. I have this blog to make me sane. Because I really love my son, my husband too. But of course I also need to love my self because I love them so much.
No comments:
Post a Comment