Aniwei abis nonton podcast denny sumargo juga tentang kenapa ci oliv milih denny disaat circle dia banyak yang oke, sedangkan denny sumargo jauh banget dari sisi pendidikan, background keluarga juga kurang mampu, reputasi densu juga buruk karena terkenal playboy. Disaat ci oliv bahkan circle cowonya aja kompeten semua. Ko bisa memilih dia? Tau ga alasannya apa? Kata dia, sebelumnya pernah dating sama yang sama2 stanford dan phd tapi ketemu densu itu kayak new world buat dia. Sedangkan dia suka banget belajar hal baru. Dunia yang beda yang menurut orang orang bahkan berkebalikan dan gabisa nyatu. Tapi kenyataannya ci oliv bilang "i wanna learn apa yang dia lakuin". Bahkan pas pandemi ci oliv kerja di limbah medis dan sibuknya pake banget, sedangkan job densu sepi banget tapi dia usaha bikin konten walaupun belum ada iklan yang masuk. Kata ci oliv "wah ni orang survivalnya tinggi banget, disaat 3 bulan gak ada job bikin konten gak ada produk gak ada iklan. Wah ini orang usahanya usaha banget. Menurutku sih cowo kayak gitu sexy ya. Walaupun gak tau kedepannya gimana. Tapi aku ngeliat dia kalau udah ngelakuin sesuatu dia perfeksionis banget dan dia mau ngelakuin itu sampai dia the best"
Pas denger lohlohloh ko kayak gue? Hahahaha
Beberapa hari lalu coba tes enegram personality dan bahas sama temen dan gue sama paksu sungguh berkebalikan personalitynya. Gue seorang observer yang selalu "me first dan hidup untuk belajar belajar belajar". Paksu seorang helper yang "hidup untuk membantu orang lain, jadi pengasuh, orang lain dulu kita nanti deh belakangan". Prinsip aja udah jauh beda. Dan ini yang sbnernya bikin dulu kita sering banget berantem bikin kalimat2 gue selalu diterima sama dia dengan cara yang menurut gue ga masuk akal tapi nyakitin dia. Tapi malah jalan kepelaminan wkwk
Disaat reputasi dia pun lagi buruk dan gue yang mengalami sendiri pula bayang2 kekejaman masa lalu yang bikin trauma, tapi gue sendiri yang memilih paksu jadi kepala nahkoda dalam kapal yang lagi gue naikin. Nekad? Mungkin. Bodoh? Engga. Gue selalu hidup dengan intuisi. Bahkan kasus lama pun karena seorang observer mampu melihat orang lain secara mendalam, mampu melihat kalau he more than that. PR banget tentunya ya. Karena disamping harus mengobati luka sendiri, kenyataannya harus hidup dengan ketidakpastian di masa depan. Tapi lagi lagi gue percayq sama intuisi gue dan apa kata orang, apa kata pengalaman orang, apa kata pepatah. Gue jalan dengan lillahi ta'ala. Gue bilang ke diri gue tiap berdoa, apapun yang akan terjadi di masa depan nanti, Allah pasti kuatin. Gue ingin hidup di masa sekarang tanpa mengkhawatirkan gimana nanti. Masuk ke pelaminan, menikah hepi menjalani honeymoon. Kaget. Trus percikan juga ada namanya dalam hubungan. Tau tau dikasih rejeki sama Allah lewat bayi dalam kandungan yang tanpa gue sangka sangka sebentar lagi akan jadi seorang ibu. Well kayak semua serba cepat dan gue kayak mencerna kehidupan baru sambil jalan didalamnya dan prosesnya amat cepat.
Kalimat ci oliv tentang suaminya membuat gue jadi "loh ko sama kayak gue ya". Untuk orang yang individualist yang bahkan punya prinsip apa apa sendiran, hidup berdampingan sama paksu yang sekarang jadi tempat rely on. Gue selalu melihat perubahan dari dia yang dulu vs dia yang sekarang. Dan itu yang selalu gue syukuri. Gue gatau hal baik apa dari gue yang bikin gue mendapat keberkahan termasuk mendapat suami dan keluarga suami yang baik. Tapi gue lebih percaya bahwa ini hasil doa seorang ibu di solat malamnya. Dan gue saat ini melihat paksu dan usahanya gue merasa dia selalu ingin do the best. Dan ya terlihat kayak semalem bahkan dia ga tidur. Lanjut bersih2 rumah lanjut pelatihan dan gak tidur. Sampe gue takut banget dia sakit. Well dia lagi berjuang buat jadi kepala rumah tangga dan gue sangat amat tau pas pacaran dia sangat loyal dengan keluarganya sangat taking care dan itu yang gue nilai.
Kalau ada yang tanya kenapa kasih kesempatan? Karena penilaian gue ga cuma satu sudut pandang, gue melihat hal lain yang gue harap gue ga salah. Dan gue selalu kasih afirmasi positif ke dia maupun ke diri gue bahwa dia baik, dia bertanggung jawab, dia setia dan kebaikan2 lain. Karena gue percaya kata dosen algor gue yang bilang input sampah akan mengeluarkan output sampah kalau dalam algoritma, dan itu pun berlaku dalam hidup. Kalau kita kebanyakan ngambil hal negatif yang keluar pun negatif. Kalau kita terlalu fokus dan dekat sama orang yang membawa efek negatif hasil ke hidup kita pun negatif. Buat apa hidup tapi menyengsarakan diri sendiri toh? Bukan cuma dia yang belajar banyak dari gue tapi guepun belajar banyak dari dia. Bahkan gimana caranya seorang individualist ini mencoba rely on ke seseorang, belajar mengatasi trust issue, belajar menjadi anak yang baik dan calon orang tua yang baik.
Well, kalau ditanya kalau mengulang waktu mau mundur pilih pria lain atau paksu. Jawabannya paksu, karena dengan pria lain mungkin gue ga belajar kata ikhlas legowo dan mengikuti takdir ilahi. Hopefully seiring berjalannya waktu makin baik kita sebagai individu, sebagai pasangan dan sebagai orang tua. Sehat sehat ya kamu, semoga rejekinya makin lancar makin deres. Makin jadi pria yang baik bertanggungjawab setia dan sholeh.
No comments:
Post a Comment