Thursday 28 January 2021

You Can't Control Everything In This world

Satu hal yang aku pelajari hari ini, bahwa tiap orang karakternya unik dan berbeda. Untuk aku yang perfectionist overthinking memaklumi karakter orang itu hal yang cukup sulit. Rasanya aneh ketika bertemu dengan orang yang secara status social cukup baik dan dihormati orang lain tapi terus mengagungkan diri bahwa dia yang terbaik. Kenapa harus begitu? Kenapa meminta orang lain menghormati dia? kenapa meminta orang lain memuja muji dia? Kenapa haus akan pujian orang dan pengakuan orang lain? Di suatu moment aku merasa ini hal yang salah, rasanya aneh dan bikin capek aku karena jadi gak selow ketika menghadapi orang lain. Tapi aku inget yang aku baca, aku gabisa kontrol hal-hal diluar kendali aku, perilaku orang itu diluar kendali. Kalau gak mau diperlakukan gak baik, bukankah demi kenyaman diri harus bilang ? entah dia akan respon apa setelahnya, yang pasti tidak mengharap dan menyiksa diri untuk memaksa diri untuk mengontrol diluar hal yang gak bisa kita kontrol bukan?

"you can't control everything in this world, You can't prevent a storm from coming but you can prepare for it. you can't control how someone else behaves, but you can control how you react. Recognize that sometimes, all you can control is your effort and your attitude. When you put your energy into the things you can control, you'll be much more effective."

Sunday 17 January 2021

Waktu Untuk Merenung

Akhir-akhir ini rasanya ada yang berat di kepala, kayak rasanya isi kepala tuh penuh dan berisik (lagi) sampe bikin kadang susah buat tidur. Lalu malam ini ketemu artikel Greatmind yang berjudul "Bercakap Bersama Aristiwidya Bramantika: Cuti Panjang"

Dari artikel itu gue menemukan insight baru yang ngena di hati. Aristiwidya bilang ada moment di hari tertentu merasa kayak capek banget dan nangis. Karena merasa ada yang salah akhirnya dia diijinkan kantor untuk cuti panjang 6 bulan. Tujuannya adalah menyeimbangkan diri dan menjadi diri yg lebih baik. Aristiwidya memetakan hidupnya dalam 8 area (keluarga, pertemanan, percintaan, karir, keuangan, kesehatan, pengembangan diri dan spiritualitas).

Alasan dia memilih untuk cuti adalah merasa jadi orang yg bahkan gak disukai diri sendiri, gampang kepicu, negatif thinking dan jadi toxic person. Pernah ga sih merasa kayak kita tuh bingung dan tersesat sendirian dipikiran yang kayak labirin, susah banget menemukan jalan keluar. Tapi kita sendiri bingung apa yang sesungguhnya terjadi?

Aristiwidya ingin menemukan balancing doing dan being. Karena selama bekerja ternyata dia terjebak di doing dan tidak menjalankan being. Sebenernya being itu apa sih? Dia bilang being itu moment ketika berdoa rasa syukurnya besar banget dan perasaan yang menyelimuti diri itu penuh dengan kegembiraan, kekaguman dan kedamaian. Cuti panjangnya bahkan dipakai untuk melakukan kegiatan yang produktif yang memang tujuannya untuk diri sendiri. Sedangkan sebelumnya biasa dia pakai untuk mengejar mimpi orang lain terutama dalam sebuah organisasi besar yang mana berat banget ketika itu gak sesuai dengan diri kita.

Dari tulisan ini gue menemukan hal baru yang sangat menginspirasi dan sebuah jawaban dari kegundahan hati gue akhir-akhir ini. Ketika hati gue merasa kosong dan gue hidup dalam kebosanan, kekecewaan dan kemarahan dengan keadaan. Tapi gue bahkan gatau apa yang gue cari.

Aristiwidya bilang :
1. bermain dengan pikiran untuk bermimpi lebih besar, mencari diri yang sesungguhnya belum pernah kita lihat sebelumnya
2. Jangan terjebak di nice dan tidak melakukan kind. Jadi ingin dianggap orang "baik" dan sangat ingin disukai orang lain. Karena Nice (niatnya untuk disukai) sedangkan kind (melakukan hal yang benar)
3. Coba ada keseimbangan antara doing dan being
4. Lakukan hal-hal yang mendekatkan kita ke hal memang "the real of me"
5. Buat list ketakutan dan kegagalan apa yang dihadapi setiap hari, mana yang berhasil. Praktekan keberanian dari hal kecil untuk menghadapi ketakutan dan kegagalan

Dari tulisan ini gue sadar ternyata yang gue rasakan adalah sinyal dari otak gue karena gue hanya fokus doing dan melupakan being. Sehingga gue lupa kalau banyak hal yang bisa gue syukuri dengan melakukan being atau hal yang gue suka. bukan hanya terjebak pada rutinitas kewajiban sehingga jadi manusia tanpa jiwa. Gue bahkan sudah melupakan rutinitas mindfullness yang membuat gue fokus sama napas dan diri gue saat ini, pikiran gue terlalu jauh berkelana ke masa depan dan terjebak di masa lalu. Gue mencari sesuatu untuk disalahkan atas ketidaknyamanan diri gue maupun batin yang terjadi di masa sekarang. Rasanya gak enak. Kayak ada yang salah tapi gue sendiri gak tahu apa yang salah.

Gue lupa ada diri gue yang perlu dikasih makan, ada otak gue yang perlu asupan, ada diri gue yang perlu diperhatikan sama gue. Tapi ketakutan gue membuat gue semakin menyudutkan dan menyalahkan diri seolah emang diri gue gak berguna. suara pikiran yang sangat amat mengganggu. Gue rindu moment dimana gue bisa melewati melawan isi pikiran gue yang selalu berisik. Gue memang sedang melewati tahap ketidaknyamanan dan ketakutan akan kegagalan gue ga siap buat gagal. Gue takut akan gagal, gue takut salah sehingga gue mengurung jiwa gue sangat dalam dan membungkam suara hati gue sampai akhirnya gue frustasi sendiri. Gue khawatir dengan pendapat orang gue karna gue yang keras kepala dan tidak seperti apa yang selalu ditonjolkan lingkungan, untuk menjadi orang yang selalu baik dan disukai banyak orang. Gue menjadi orang yang beda yang gue rasa itu benar tapi ternyata gak lingkungan suka. Gue ketemu berbagai macam frustasi terhadap diri yang akhirnya bikin lelah. 

Sekian renungan malam waktu Indonesia untuk overthinking.