Tuesday 3 April 2018

Review K-Movie The Princess And The Matchmaker “Cinta Mak comblang Untuk Puteri Mahkota”


 
Untuk Airen alias fans dari Lee Seung Gi jangan lewatkan nonton film korea berjudul The Princess and The Matchmaker ini. Karena perannya Lee Seung Gi yang biasanya petakilan, di film ini kalian akan menemukan sosok Lee Seung Gi yang dingin penuh wibawa. Jadi sebenarnya film The Princess and The matchmaker ini adalah film yang diperankan Lee Seung Gi sebelum wamil yaitu tahun 2015, dan menjalani proses pasca produksi selama 2 tahun hingga akhirnya tayang di layar lebar Februari lalu.

Film yang disutradarai Hong Chang Pyo ini menceritakan kisah puteri mahkota Song Hwa yang dicarikan pendamping oleh Sang Raja agar kemarau panjang yang melanda Joseon berakhir. Film ini memang mengambil setting waktu Dinasti Joseon (1392-1910), dan memadukan astrologi, komedi, romantis dan sejarah. Masyarakat Joseon pada masa itu masih mempercayai bahwa untuk menjadi jodoh perlu ada kecocokan waktu lahir dilihat dari tanggal, hari, jam bahkan tahun. Sang Raja memanggil ahli astrologi Seo Do Yoon (Lee Seung Gi) untuk membantunya meramal calon pendamping untuk putrinya, tentunya berdasarkan “bibit, bebet dan bobot” karena untuk menjadi calon pendamping perlu melalui serangkaian seleksi yang ketat.

Tak mau terjebak dengan kisah cinta dipaksakan orang tua, Puteri Song Hwa (Shim Eun Kyung) akhirnya memutuskan untuk mencari tahu siapa saja calon pendamping tersebut. Ia ingin mendekati calon-calonnya untuk menilai sendiri bagaimana karakter mereka. Tapi ternyata, tidak ada satupun calon yang bisa memikat hati sang Puteri karena kebaikan hatinya.

Karakter 

Puteri Song Hwa Diperankan Shim Eun Kyung


Sebagai puteri mahkota, Ia termasuk perempuan yang ceroboh, Puteri Song Hwa sangat mendambakan cinta sejati. Itulah mengapa ia nekad keluar istana diam-diam demi menemukan calon pendampingnya. Kualitas akting Shim Eun Kyung semakin hari semakin baik.
Saat Puteri Song Hwa mencari calon pertama yaitu Yoon Shi Kyung, Ia sakit hati mendengar ketika Shi Kyung bilang kepada Seo Doo Yoon bahwa Ia terlalu takut kena sial jika berciuman dengan Puteri Seo Hwa. Karena salah mengira Doo Yoon adalah Shi Kyung, Ia justru mencium Shi Kyung. Setelah berkali-kali diselamatkan oleh Shi Kyung, Ia pun merasa jatuh cinta dan rela keluar istana bahkan jabatan bangsawannya dicabut agar Do Yoon tidak diberi hukuman diasingkan.

Seo Do Yoon Diperankan Lee Seung Gi

Sosok Lee Seung Gi dikebanyakan Film dan Dramanya bahkan hingga reality show sangat berbeda jauh dengan tokoh Seo Do Yoon yang Ia perankan dalam film ini. Penonton tidak akan menemukan Lee Seung Gi yang petakilan, hanya Lee Seung Gi penuh wibawa. Bahkan film ini menampilkan wajah Lee Seung Gi yang lebih berisi berbeda dengan saat Ia memerankan Son Oh Gong di Hwayugi. Wajahnya yang lebih berisi tidak membuat wajah tampannya menghilang, bahkan sosok serius dan wibawa Seo Do Yoon mampu membuat Lee Seung Gi memancarkan pesona yang tidak biasa.
Seo Do Yoon adalah pria yang diberi tugas oleh raja untuk meramalkan kecocokan jodoh dengan puteri Song Hwa. Tapi ternyata Ia menaruh hati kepada Puteri Song Hwa karena beberapa kali menolong bahkan Ia pun rela luka tersabet pedang dan terjun dari tebing untuk menyelamatkan Puteri Song hwa.

Yoon Shi Kyung Diperankan Yeon Woo Jin
Ini pertama kalinya melihat Yeon Woo Jin berperan jadi antagonis, dan dia berhasil membuat gue jadi benci sama tokoh yang diperankannya.
Yoon Shi Kyung adalah calon pendamping terkuat untuk dinikahkan oleh puteri Song Hwa, Ia melakukan berbagai cara agar Ia bisa masuk ke istana dan menjadi pendamping Song Hwa. Ia mengancam akan membunuh adik Do Yoon agar Do Yoon membuat ramalan palsu yang akan diberikan kepada raja. Bahkan Ia juga membuat Puteri Song Hwa pingsan agar terkesan sedang melakukan hal yang tidak diinginkan sehingga akhirnya Ia menikah dengan Song Hwa. Ambisinya terlalu tinggi, bahkan Do Yoon meramalkan bahwa ambisi Shi Kyung bisa melukai Song Hwa yang jatuh cinta bahkan jika tidak punya anak maka akan membuatnya terancam nyawa. Intinya sih Song Hwa dan Shi Kyung ini gak cocok menurut ramalan.

Kang Whi Diperankan Kang Min Hyuk
Gak bisa dipungkiri lagi kalau drummer dari CNBlue ini piawai dalam berakting, Kang Min Hyuk bahkan memerankan Kang Whi dengan baik, seorang pria playboy yang gak bisa hidup kalau mencintai satu orang. Tipikal pria yang gak bisa setia. Padahal pertama kali melihat Kang Whi, Song Hwa sudah jatuh cinta karena ketampanan dan postur tubuhnya yang bagus. Tapi Song Hwa kecewa setelah mendengar kalau meskipun Kang Whi menikah, Ia akan tetap bermain dengan wanita-wanita.

Nam Chi Ho Diperankan Choi Woo Sik

Jika dilihat sekilas tidak ada yang salah dengan Nam Chi Ho, Ia lelaki yang baik hati dan suka berbagi dengan para budak. Tapi ternyata Ia memperlakukan budaknya dengan semena-mena, bahkan membuat mereka lapar. Song Hwa yang merasa iba melihat para budak kelaparan akhirnya memberikan beras untuk mereka makan, namun hal itu membuat Chi Ho marah. Ia bahkan ingin membunuh Song Hwa karena ia merasa direndahkan oleh Song Hwa. Ternyata salah satu anak budak mengatakan bahwa ibu Nam Chi Ho yang terbaring lemas dan sakit adalah perbuatan Nam Chi Ho, Ia mengubur ibunya dalam tanah. Hal itu tentunya membuat Song hwa bergidik ketakutan.

Seo Ga Yoon Diperankan Choi Min Ho
 
Seo Ga Yoon adalah adik dari Seo Do Yoon yang tuna netra. Ia tinggal dengan Seo Do Yoon. Ia menjadi salah satu kelemahan Seo Do Yoon, sehingga Yoon Shi Kyung mengancam Do Yoon menggunakan Ga Yoon yang akan dibunuh olehnya. Choi Min Ho dalam film ini gak memiliki banyak dialog, dan perannya pun hanya peran pendamping bukan utama. Gue kira peran Choi min ho ini akan jadi salah satu calon pendamping buat Song hwa.

Hanya Kental Unsur Komedi
Bisa dibilang film ini kental dengan unsur komedi dengan menampilkan Lee Seung Gi yang masih aja tampil dengan muka serius. Salah satunya ketika Song Hwa tau kalau ternyata calon pendamping pertama berumur 13 tahun dan memiliki gap 6 tahun dengannya. Dan juga ketika Do Yoon diikat dan dikurung, kemudian Gae Shin berniat menolongnya dengan melemparkan pisau di sela-sela jendela, tapi sayangnya pisau itu jatuh tepat dibawah jendela. 
 
Film ini kuat dengan unsur komedi, bahkan unsur romantisnya tidak terlalu ditonjolkan. Film yang sangat bisa ditebak akhirnya Puteri Song hwa dengan siapa akhirnya. Konflik keluarga dan kerajaan pun gak di tampilkan, film ini fokus dengan unsur romance-comedy yang ditampilkan karena emang lebih terkesan cerah. Setelah nonton, gue justru masih dibuat bertanya-tanya mungkin karena mereka mengejar inti cerita dan durasi makanya terasa ada yang masih bolong-bolong dari segi pengemasan cerita.

Satu kutipan favorit ketika Song Hwa berbicara dengan raja ,akhirnya membuat raja tersentuh dan merubah pola pikirnya selama ini, “Apalagi yang tersisa di dunia ini, kalau bukan cinta”. Jadi bagi Song Hwa cinta itu yang utama dibandingkan ambisi apalagi jabatan yang ia miliki. Kalau mau melihat para cast tentu membuat penggemar menjadi tidak sabar, tapi film ini ringan banget untuk ditonton. Kalau yang gak suka cerita ribet penuh konflik dan gak membekas di hati, film ini cocok untuk ditonton apalagi penuh aktor-aktor tampan di dalamnya.

Rate : 6.8/10

Sunday 1 April 2018

1_My Biggest Dreams In Future


Kali ini gue akan melakukan writing challenge di hari pertama bulan april mengenai your biggest dream. Saat menduduki bangku SD kita semua pernah ditanya what do you want to be in future? Dan kemudian gue jawab gue mau jadi guru. Kenapa? Karna bagi gue guru itu terlihat pintar dan guru memberikan manfaat bagi orang lain, karena penjelasannya di kelas kita gue jadi mengerti kenapa 1/2+3/2 = 2.

Tapi kemudian waktu berlalu, gue beranjak menjadi anak ABG di SMP dan mulai mengenal hal lain. Gue punya tetangga yang ternyata anaknya ngoleksi banyak buku sehingga itu membuat gue sering mampir ke rumahnya buat baca buku atau buat minjem buku, berasa rumahnya tuh perpustakaan umum.

Setelah baca buku gue berpikir kalau gue ga bisa jadi guru karena gue ga sesabar guru buat mengajarkan materi ke orang lain. Dan gue tertarik untuk jadi penulis, karena JK Rowling. Siapa sih yang gak ngefans sama JK Rowling? Dia penulis yang meluncurkan 7 seri buku harry potter, Harry potter itu fiksi tapi kenapa tergambar di otak gue tentang masalah yg dialami harry potter. Dan akhirnya gue berpikir jadi penulis adalah ide yang bagus, gue bisa membuat orang menggambarkan tokoh yang gue tulis dalam pikirannya. Dan ga semua bisa jadi penulis kan?

Kemudian gue beranjak menjadi ABG sok Dewasa karna gue duduk di bangku SMA. Saat itu kelas 10 SMA dan hobi gue nonton drama korea di TV Ikan Terbang pagi2 karna gue masuk sekolah siang. Dan suatu ketika ada berita heboh tentang sepakbola, karena ada pemain yang melakukan goal terus menerus di pertandingan apa gtu dan namanya irfan backhdim. Dan kenapa dia diperbincangkan di semua media? Dan tentu aja itu pertama kalinya gue jatuh cinta sama media. Sejak gue SD, berita yang ditampilkan di tv tuh serem semua pasti lebih terkesan kelam dan berita yang sering muncul adalah berita pemerkosaan, penculikan dan pembunuhan.

Karena berita itu membuat gue takut banget *yaiyalah ya jaman SD nonton berita kayak gitu*. Kemudian pas jamannya pimnas 10 klo gasalah namanya, dan media yang gue tonton adalah 8-11 show di metro tv dan news achornya adalah tommy tjokro, marissa anita dan prabu revolusi. Seketika bayangan gue betapa seremnya media memudar. Gue jadi sering mantengin 8-11 show di sela sela iklan drama korea. Dan ada juga berita showbuzz tentang lagunya firework katy perry bahkan ditayangin MVnya pula, ada juga info film-film yang lagi tayang di bioskop. Pokoknya berita yang disajikan dinamis banget ga kaku kayak berita2 di pagi hari, siang dan malem hari yang lagi-lagi berita pembunuhan ataupun pemerkosaan. Dan itu pertama kalinya gue jatuh cinta sama media, gue jatuh cinta sama pekerjaan jurnalis, reporter dan news anchor. Why? Karena lagi2 mereka terlihat sangat pintar di mata gue. Bahasa inggris udah musti banget jadi bahasa sehari-hari jadi lidahnya ga akan kaku lagi pas ngomong bahasa inggris. Otaknya tentu ga boleh kopong karena tugas mereka menyajikan berita untuk masyarakat, kalau penyaji beritanya aja ga update berita gimana mau menyajikan ke khalayak ramai coba? Ibaratnya mau buka restoran dan ada orang dateng eh ternyata di restoran itu ga ada yang bisa masak kan.

Ketika kelas 10 ada pelajaran conversesion dan ditanya " what do you want to be in future?" Gue akan jawab dengan lantang "I want to be reporter". Pas kelas 11 ditanya hal serupa di depan kelas gue akan jawab dengan lantang tanpa keraguan " I want to be reporter" padahal temen2 sekelas  gue pun banyak yang pengen jadi reporter, meskipun bisa dibilang bersaing, gue tetep keukeuh gaada yang bisa membuat gue menyerah dengan mimpi gue. Kemudian beranjak ke kelas 12 lagi-lagi pas ada pertanyaan hal serupa gue jawab lagi kalau gue mau jadi reporter. Kenapa? Karena reporter itu harus pintar dan sangat intelek. Dan tentu aja membuat mindset gue akan pria idaman gue yaitu cowok yang pintar kalau bisa reporter/news anchor deh. Gue suka ketika tommy tjokro ngomong dan ketika dia menyampaikan informasi terus diskusi dengan marrisa anita dan prabu revolusi, seketika gue teriak "aaa gue pengen nikah sama tommy tjokro" *yaa sebelum mengenal oppa oppa korea tampan menggemaskan tipe ideal gue untuk gue jadikan suami adalah tommy tjokro 😂*

Kemudian di kelas 12 ada masa-masa kritis dimana mimpi lo bisa jadi taruhan akan masa depan lo. Masa-masa mencari perguruan tinggi adalah masa-masa kritis setelah UN, karena akan mengukur selama SMA gue belajar apa sih? Gue bisa tembus Univ negeri A, Akademik B, atau institut C ga sih? Otak gue mampu ga bersaing dengan orang2 pintar diluar sana yang kalau mereka tidur pun mereka masih bisa menyimak omongan guru/dosen *orang-orang jenius*. Gue mulai ragu apakah yakin jurusan brodcast yang mau gue pilih?. Setelah ngegalau ria melebihi galauku padanya* gue memutuskan untuk lari memilih IPB *yuk pilih IPB, ikutan promosi*. Hal yang menarik perhatian gue semenjak SMA adalah psikologi, komunikasi dan sastra. Kenapa psikologi? Ini karena efek abis baca a child called it dan gue pengen belajar psikologi untuk menangani anak-anak yang punya trauma, eh tapi malah dikatain "emang mau ngurusin orang gila?" Seketika gue bilang *dalem hati* emang psikologi ngurusin orang gila doang apa.

 Kemudian gue memilih jurusan komunikasi s1 tapi ga lolos di SNMPTN, nilai raporku ga cukup untuk bersaing di nasional 😂. Dan karna gamau kecewa  dua kali gue memilih untuk jurusan meteorologi terapan di IPB. Ko jauh banget? Ya karna dari semua fakultas di IPB yang terdengar familiar cuma Mipa dan yang paling bikin gue penasaran adalah meteorologi terapan *lagi-lagi efek kebanyakan nonton film hollywood tentang bencana, tsunami dll *

Tapi jurnalis tetep dong ada di hati gue, so gue memutuskan untuk ngeapply jadi reporter di Lembaga Pers Kampus IPB bernama koran kampus (korpus). Semenjak gue SMA gue emang udah tertarik untuk menulis dan di Korpus gue belajar banyak tentang etika jurnalistik sampai cara menulis berita. Korpus ibarat pelarian yang membuat gue bahagia. Gue bahagia ketemu orang banyak, bisa mendapat ilmu baru dari narasumber dan tentunya gue mencari hal baru untuk gue tulis karena tentu aja gue gaboleh kopong dong.

Kemudian tahun 2015 gue apply jadi freelancer di Koran sindo di rubrik gensindo tepatnya, gue nulis 5 kali di sela2 freelance lainnya, tugas liputan korpus, dan tugas kuliah yang bejibun. Tapi gue bahagia banget selama ngerjain semua tugas itu, gue merasa hidup. Capek? Pasti. Ketika temen2 gue pada sibuk refreshing main sama pacarnyalah gue sibuk nulis, janji temu sama narsum dan wawancara narsum. Dan gue juga aktif di komunitas liputan6.com jadi gue sering ikut acaranya mereka, bahkan ketika ke gedung SCTV, sama pemimpin redaksinya gue dikenalin sama news anchor ganteng, gue bahkan lupa siapa namanya saking salah fokus *degdegan bo, biasa liat di tv eh ketemu langsung*. Gak cuma itu, gue bahkan bisa masuk ke perpustakaan kompas untuk liat koran pertama mereka dan baca2 buku disana, banyak pengalaman yang bahkan gue sendiri ga nyangka bisa dapet kesempatan itu.

Dan sampailah pada titik dimana gue sebagai jobseeker, dan karena tujuan dan impian gue sejak SMA udah mantep yaitu jadi reporter. Maka pekerjaan yang gue cari adalah berkaitan dengan media. Gue ngelamar jadi scriptwriter, content writer dan reporter. Gue ngelamar jadi reporter di Koran sindo, era.id dan Viva (satu grup dengan TV one bedanya fokus ke media online). Dan ketika interview di koran sindo gue kira hanya tes psikotest dan interview tapi nyatanya tes psikotes, mengerjakan 100 soal yang berisi politik sosial olahraga ekonomi dan lainnya *yang tentu aja pernah diliput sama media* mampus kan gue mana setelah jadi alumni korpus gue jarang baca berita pula gue ga ngerti masalah olahraga pula. Kemudian selesai test akhirnya waktunya interview, dan saat interview gue ditanya bisa bahasa inggris ga karna bagi reporter bahasa inggris itu wajib bisa dan lancar, alhamdulillah gue melewatinya dengan baik. Dan karena di cv gue nulis bisa bahasa korea, dimintalah gue ngomong pake bahasa korea. Tanpa persiapan dan apa adanya ditambah degdegan takut salah dan lupa. Tapi sayang sampe sekarang belum ada info gue lulus jadi reporternya atau engga. Kemudian saat di Viva gue lolos dan udah tawar menawar gaji tapi sayangnya gue tolak karena gak direstui sama ibu *berasa putus sama pacar karena lagi sayang sayangnya karena mama papa melarang hiks* ( ada postingan khusus tentang pengalaman interview di Viva, next yaaa ).

So harapan gue menjadi reporter tentu udah pupus tapi engga menjadi penulis. Gue akan tetap bertahan dengan cita cita gue menjadi penulis. Dan saat ini pun gue fokus mengembangkan website korean entertaiment Hallyuvibe.com (yok kunjungi websitenya) dan cita-cita team hallyu adalah bisa liputan MAMA atau Music bank dan tentu aja ke korea *semoga ada investor ataupun orang dimanapun berada yang mau mengajak kerjasama ^^ *.

Dan balik lagi ke topik "my biggest dream" maka gue akan jawab gue ingin menjadi penulis, gue ingin mengembangkan hallyuvibe menjadi media tentang korean entertaiment yang mana setiap orang akan punya akses untuk nulis, hanya buat akun dan bisa nulis bebas berkaitan tentang rubrik yang disediakan di website. Kemudian karena pada dasarnya gue suka banget bermain sama anak-anak dan kebetulan gue saat ini lagi mendapat amanah punya 4 siswa yang membuat gue mengajar mereka. Gue berpikir untuk membuat sekolah atau tempat les dan ga cuma fokus di akademik tapi non akademik. Dan alhamdulillahnya gue ketemu temen2 yang satu visi misi, maka kita berniat untuk nabung dan semoga aja kecapai mimpi ini.

 Gue pun ingin membuat rumah seperti panti asuhan tapi bukan hanya untuk anak-anak yang gak punya orang tua tapi anak-anak jalanan yang emang mau diatur dengan baik sehingga memiliki attitude yang baik dan mau diberi pelajaran agar bisa mengejar anak2 yang sekolah. Karena ayah gue meninggal saat gue kelas 6 SD dan cukup banyak orang yang sayang sama gue sebagai anak yatim, mereka menyantuni gue dan gue pengen membalas kebaikan orang-orang tersebut dan tentu aja untuk ayah gue dengan cara memberikan santuan juga kepada orang lain yang membutuhkan. Selain sekolah gue pun emang udah lama pengen bikin perpustakaan umum dan membuat orang2 terutama anak2 memiliki minat baca yang tinggi. Makanya kalau ke mall gue pali g suka mampir ke toko buku dan kalau punya uang berlebih gue akan beli buku dan kalau lagi bazar besar-besaran gue akan beli banyak buku dan gue taruh di kamar bahkan walaupun belum gue baca tapi udah pasti gue sampul bukunya. Gue ga pernah rela buku gue rusak ataupun ilang lecek pun gue ga suka hahaha, karena gue ingin buku itu bertahan sangat lama. Dan kebetulan ibu punya butik ya masih kecil sih cuma punya 3 karyawan namanya shalsa modiste. Mimpi gue selanjutnya adalah membuat butik ini menjadi besar.

 Terlalu mengkhayalkan mimpi-mimpi gue? Mungkin bagi sebagian orang akan berpikir kayak gitu. Tapi gue percaya Allah akan memberikan sesuatu selama hambanya mau berdoa dan terus berusaha. Gue akan terus berusaha sampai gue bisa menggapai mimpi-mimpi gue tersebut. So shalsa selama 5 tahun lagi akan melihat tulisan ini semoga salah satu mimpi terbesar lo bisa menjadi nyata.

Friday 30 March 2018

Review K-Movie Midnight Runners “ Hati Nurani VS Birokrasi”


Film Midnight Runners merupakan film korea kedua yang gue tonton di 2018, padahal film ini udah rilis 2017 lalu dan baru tersentuh sekarang. Banyak orang yang rekomendasi film ini ke gue, mereka bilang akting, plot, dan adegan action yang ditampilkan bener-bener luar biasa, dan gue akui itu benar. Adegan demi adegan bener-bener mengaduk emosi penonton, ditambah lagi akting dari Park Seo Joon dan Kang Ha Neul.

Film ini bercerita tentang dua anak muda bernama Park Ki Joon (Park Seo Joon) dan Hee Yeol (Kang Ha Neul) yang menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian Korea, mereka lulus dan harus menempuh pendidikan untuk menjadi seorang polisi. Setelah dua tahun berlalu, pada suatu malam, mereka berdua sedang menghabiskan malam di club untuk mencari pacar namun sayangnya tak satupun wanita mereka dapat. Karena frustasi akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, namun justru mereka menjadi saksi penculikan perempuan remaja.

Meskipun belum memiliki pengalaman menangani suatu kasus apapun karena masih tahap belajar di akademi polisi, mereka memutuskan untuk mencari korban penculikan tersebut. Saat sesi kuliah, mereka belajar bahwa adanya waktu kritis 7 jam setelah penculikan, artinya setelah 7 jam ada kemungkinan korban penculikan sudah tewas. Hal tersebut membuat mereka nekad mencari markas penculik untuk menemukan perempuan tersebut. 

Kasus penculikan tersebut ternyata merupakan sindikat mafia yang bekerja sama dengan klinik kandungan. Klinik kandungan menipu pasangan suami istri yang tidak bisa memiliki anak dengan metode donor sel telur dari beberapa wanita, namun sayangnya klinik tersebut menipu bahwa sebenernya pendonor sel telur dilakukan sukarela tanpa paksaan dan pendonor melakukan itu karna untuk biaya kuliah dan hidupnya, kenyataan mereka diculik dan disuntik hormon agar memproduksi sel telur yang melimpah. Bahkan pendonor pun merupakan korban penculikan dan hidupnya pun tidak layak bahkan mereka dipenjara.

Setelah berhasil menemukan korban penculikan tersebut dan melihat kondisi mengenaskan dari korban, mereka berniat menghadapi para mafia dengan teknik bela diri yang mereka pelajari di kampus. Namun sayangnya mereka kalah jumlah dan membuat mereka harus ikut dikurung. Setelah berhasil kabur, mereka berniat untuk melaporkan kasus tersebut ke polisi, sayangnya birokrasi kepolisian mempersulit mereka. Proses birokrasi justru memperlambat dalam menyelamatkan para korban penculikan, sehingga mereka berusaha untuk menyelamatkan korban sendiri.Tapi karena modal nekad tersebut membuat mereka harus babak belur bahkan dikurung oleh para mafia.


Karakter dan Latar Belakang Berbeda

Film ini menyuguhkan para karakter yang berbeda dan latar belakang yang berbeda. Ki Joon merupakan anak dari ibu single parent yang berpenghasilan rendah. Tujuannya masuk ke akademik kepolisian hanya karena biaya pendidikannya yang gratis. Sedangkan Hee Yeol merupakan anak dari pemiliki restoran daging, Ia sangat pintar bahkan Ia bisa masuk ke universitas ternama di Korea yang berisi anak-anak cerdas. Namun Ia lebih memilih akademik kepolisian karena ambisinya dan ingin merasa tertantang melakukan hal yang berbeda dari pemuda lainnya di sekolahnya dulu. 

Ki Joon sendiri merupakan sosok yang sangat blak-blakan, sedangkan Hee Yeol lebih menjadi orang yang terencana. Pada awalnya, keduanya tidak memiliki hubungan yang baik, mereka saling mencibir. Namun saat tes fisik di akademik kepolisian, Hee Yeol cedera dan akhirnya Ia ditolong oleh Ki Joon. Keduanya kini menjadi sahabat dekat, yang saling membantu bahkan ketika kesulitan menghadapi para mafia. Meskipun keduanya sering menampilkan adegan kocak saling mengumpat tapi bromance diantara keduanya bisa membuat penonton terharu.

Action Campur Komedi



Adegan action yang akan kalian lihat pada film ini bener-bener berbeda dibandingkan action yang sering disuguhkan film hollywood. Tidak ada suara ledakan atau pistol yang digunakan, mereka justru berkelahi dengan tangan kosong hanya mengandalkan teknik bela diri yang diajarkan di kampus. Meskipun ada adegan mereka berkelahi dengan senjata tumpul yang digunakan polisi serta pistol listrik/taser gun. Namun lagi-lagi semua berakhir dengan Ki Joon dan Hee  Yeol yang harus berkelahi dengan tangan kosong.
 
Bahkan adegan mereka melakukan penyelidikan pun mengundang tawa setelah heboh menemukan tteobokki yang menjadi bukti di TKP yang mereka kira itu darah, mencari pedagang tteobokki sebagai sumber dan mencari keterangan tentang korban, pura-pura menelpon penculik, hingga mereka berkelari ala kadarnya. 


Dan tentu aja, kabar baik untuk penggemar Kang Ha Neul dan Park Seo Joon, film ini akan membuat kita terlena menikmati oppa-oppa yang sedang latihan fisik dan berkelahi. 


Perkelahian antara Ki Joon dan Hee Yeol dengan para mafia pun ga selalu bikin tegang, justru terlihat konyol dan lucu. Mungkin karena mereka masih berstatus mahasiswa bukan polisi sungguhan, makanya banyak adegan lucu yang disajikan. Contohnya scene Ki Joon introgasi penculik dengan tusuk sate dan Hee Yeol yang meminta password kepada penculik memakai bahasa formal. Meskipun aksi perkelahian kedua calon polisi tersebut terlihat amatir, tapi sangat amat mengundang tawa.




Birokrasi Vs Hati Nurani


Film ini akan mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa sesungguhnya untuk menolong nyawa manusia, para polisi tentu saja harus mengikuti peraturan dan birokrasi yang seabrek dan tentunya akan berbenturan dengan hati nurani manusia. Akan ada list panjang dan membutuhkan waktu yang lama untuk penyelidikan dalam suatu kasus, dan mungkin akan ada pengorbanan nyawa dalam proses penyelidikan. Karena semua nyawa tentu saja penting, kita gak bisa mengorbankan kasus A untuk memilih kasus B, karena semua diatur oleh hukum dan perlu melalui birokrasi.
Namun Ki Joon dan Hee Yeol yang menyaksikan sendiri kondisi para sandera yang sangat miris, mereka tidak bisa menunggu lama untuk mengikuti birokrasi tersebut. Makanya mereka bertindak sendiri dengan kemampuan bela diri seadanya. 

Tentunya kalian gak akan menemukan adegan romantis atau cinta-cintaan, karena genre dalam film ini adalah action dan crime. Justru yang akan kalian temui adalah bromance antara Ki Joon dan Hee Yeol yang tambah bikin film ini terasa hidup.

" Tugas kita adalah membantu orang yang membutuhkan. Bagaimana kalian disebut polisi jika hanya memikirkan diri sendiri?"


Happy watching ^^

Rate : 8.7/10