Thursday 10 September 2020

Manusia sempurna tanpa cela

aku berusaha meyakinkan diri aku untuk tidak apa untuk tidak selalu sempurna. Sebagian diri aku menghardik dan menunjuk tanpa henti seolah hidupku tidak boleh ada cacat, cela dan kesalahan. Tapi bukankah aku juga manusia biasa? bahkan untuk hal ku sukai aku melakukan kesalahan. Tapi kenapa aku takut? apa yang aku takutkan? Dunia mengkritikku, menyalahkan tanpa henti? atau memang aku yang terlalu kejam kepada diri sendiri?

Rasanya lelah dengan diri yang menyukai kesempurnaan, seolah kesalahan merupakan kegagalan yang fatal

Tapi aku inget perkataan dr jiemi, It's okay to be not okay. Kamu harus mengakui bahwa kamu bukan manusia yang sempurna. Kamu sering gagal sering jatuh. bukankah hal yang wajar? bukankah kegagalan di dunia ini sesuatu hal yang wajar? Ketika semua hal di luar kendali kamu, bukankah itu wajar?

Tapi kenapa aku masih sering memojokkan diri, menyalahkan diri sendiri ketika berbuat kesalahan meski itu hal kecil. Aku menghardik diriku yang berbuat salah, sambil pikiranku menari ria membayangkan penghakiman orang lain yang maha dahsyat kepada diriku.

*aku sembari praktek butterfly hug, memeluk erat diri sambil berkata "gapapa kalau kamu salah. orang mungkin menghardik, memojokkan dan menyalahkan sambil mencemooh kebodohanku. tapi aku berusaha untuk disini untuk diriku sendiri. karena aku berusaha mencintai diriku. meskipun aku bukan manusia sempurna, aku hanya menusia penuh cela dan kesalahan"


Monday 31 August 2020

Searching of Happiness

Sekitar 2 tahun lalu, gue mencari definisi kebahagiaan. Tiap kali di kereta sepulang kerja atau pulang main selalu merenung. Bahkan untuk sekedar ke supermarket dan ngeliat anak kecil main bola sambil ketawa, gue bertanya "apa yang membuat mereka bahagia ya? gimana caranya ya?". suatu malem sekitar jam 11 malem di stasiun pasar minggu, ada beberapa orang masih kerja. Entah karena emang target untuk membuat underpass atau emang jam kerjanya menggunakan shift. sambil nunggu kereta gue memandangi mereka lama banget, gue berpikir "kenapa mereka mau kerja jam segini ya? gak capek? ga bahagia kan?

Tapi jalan mencari definisi kebahagiaan itu gak pernah gue temui, sampai suatu ketika di awal tahun 2020 konser Super junior SS8 di Ice BSD datang. Tanpa persiapan mau nabung dan emang gak ada niatan nonton konser, tiba2 temen kantor ngasih info ada tiket punya temennya sayang banget ga kepake dia mau jual. Setelah pikir panjang karena ga pernah nonton konser juga dan setelah dikasih tau temen cowo di kantor di umur gue sebelum menikah sebaiknya pake uang hasil kerja untuk membahagiakan diri sendiri. Setelah merenung akhirnya gue beli itu tiket dan emang jauh sih dari panggung. Gak punya temen buat nonton tapi dapet temen baru. baru pertama kali ketemu udah kayak kenal lama. Seru banget dan klik banget. Sampai akhirnya sepulang konser capek banget tapi bahagia. Lalu gue mengklaim bahwa hidup gue bahagia.

Tapi ternyata bahagia gue karena nonton konser itu fana. Kayak cuma bertahan di hari itu doang dan cuma 3 harian lah. Tapi bahagia karena ketemu idola tidak bisa membuat hari gue yang buruk atau peristiwa yang menyedihkan itu berubah. Gue tetap merasa down, bete, kesel, marah sedih, kecewa dan emosi lainnya. Gue bingung dan kehilangan arah. 

jadi apa itu bahagia?

Setelah hidup 25 tahun dan di umur 20 tahun gue mencari definisi bahagia gak pernah ketemu dan selalu salah. Ternyata definisi dan tujuan hidup gue yang salah. Gue mencari bahagia untuk hidup. Mana pernah ketemu kan? Banyak baca buku tentang psikologi juga gak kunjung membuat gue berubah memaknai bahagia. Sampai akhirnya salah satu dokter bilang "bahagia yang itu terjadi kemarin kan? bukan hari ini? kenapa kamu hidup untuk hari kemarin? kamu hidup untuk hari ini"

Drama Its okay To Not Be Okay juga ngasih gue perspektif mengenai definisi bahagia. bahwa bahagia itu berarti gue harus bisa hidup berdampingan dengan rasa sakit sedih kecewa marah atau emosi lainnya. bahagia yang sebenarnya berarti bukan menghindari rasa sakit tapi melaluinya. 

Gue sebagai manusia yang masih mencari makna dan tujuan hidup, gue masih belajar untuk menerima bahwa terkadang It's okay To Not Be Okay. Jadi akui, rasakan, temani diri kita, karena ketika kita bisa lewati itu kita akan bahagia dengan apa adanya diri kita.

Friday 10 July 2020

Berteman Dengan Kegelapan

Entah kenapa tapi tadi malem kebangun dengan mimpi buruk. Mimpi buruknya bikin aku nangis seketika, bukan nangis kejer tapi air mata yang keluar disertai rasa degdegan di hati. Pokoknya perasaan yang gak enak banget. Lalu ketika menenangkan diri dengan kalimat "hey itu semua hanya mimpi" akhirnya aku tenang dan kembali tertidur.

Tapi setelah pagi hari, aku bangun dan bingung "kenapa ya ko tubuh kayak lelah abis nangis", sambil kerja terus isi pikiran tuh kayak benang kusut yang belum terurai sempurna. Lalu inget, ternyata tadi malem mimpi buruk. Tapi mimpi apa? ingatan akan mimpinya samar banget tapi setelah aku paksa otakku buat mengingat ternyata aku mimpi ditinggalkan dengan sebuah hubungan. Rasa takut yang menghantui diriku setiap hari ternyata mampir ke dalam mimpi. Aku mimpi punya sahabat dekat dan aku bahagia menjalani hariku, tapi ternyata sahabatku itu tertabrak mobil dan meninggal dengan tragis. Mimpinya kejam, bahkan sore tadi aku mengutuk otakku yang menjadikan kekhawatiranku menjadi sebuah mimpi buruk yang menjadikan sesak.

Tapi aku sadar, mimpi buruk dan ingatan yang tadi menghilang yang juga saat ini disertai rasa hampa ternyata sebuah alarm. Aku kelelahan secara fisik dan psikis. Akhir-akhir ini pekerjaanku memaksaku untuk 10x lebih teliti dan menuntut untuk sama sekali gak melakukan kesalahan. sedangkan pikiranku berkelana dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Secara fisik aku kelelahan, bahkan kamis kemarin aku demam, entah karena efek hormon sehingga emosiku kembali tidak stabil. Atau emang ambang lelahku udah mencapai maksimal.

pekerjaan yang banyak ditambah pikiran yang tak pernah berhenti bikin khawatir ini membuat aku hari ini merasa hampa dan kosong. Aku merasa ga semangat, lelah fisik dan gatau apa yang aku mau dan harus aku lakukan. Tapi aku tetap kerja untuk memenuhi rasa tanggung jawabku. Aku seperti zombie. Merasa hampa dan kosong tapi tetap berjalan dan beraktivitas seperti biasa.

Rasanya aneh. Aku merasa kegelapan mengambil alih lagi. Padahal setelah aku tahu bahwa depresi itu memiliki pola, harusnya bulan ini bukan bulan aku merasakan depresi. Tapi dia hadir lagi, meskipun tanpa menghakimi. Aku cuma takut dan khawatir. Tapi aku sadar bahwa ini alarm untuk diriku. Ternyata akhir akhir ini aku hanya kelelahan, kerja tanpa jeda, kesal dengan semua hal tapi hanya kubiarkan hadir dalam pikiranku. Saat ini emang lagi bulan padatnya kerjaan, karena harus bikin report semester dan monthly belum lagi kerjaan printilan yang banyak dan gak pernah habis. Rasanya semua energiku dikuras habis. Plus aku selalu di rumah waktu yang ku habiskan hampir 99.9% di dalam kamar. jelas aku merasa bosan dan hampa. Mungkin aku butuh udara bebas. Dan aku kurang olahraga tentunya, seperti kata dr Jiemi. Olahraga itu harus aku lakukan. Aku juga udah lama ga melakukan mood tracker, meluangkan waktu 5 menit untuk bernapas alias fokus dengan napas alias meditasi.

Bener kata dr Jiemi, ternyata gada cara lain selain berteman dengan kegelapan, dia bisa hadir kembali. aku gabisa langsung sembuh dengan cepet ketika dr jiemi aja butuh bertahun-tahun menerapkan midnfullness.

Alarm ini sebagai tanda bahwa aku lupa menyayangi diriku, aku fokus dengan memenuhi kewajiban, merasakan ketakutan seorang diri. Aku bahwa mencari lagi arti bahagia itu apa. Aku melupakan sesi konsul dengan dr jiemi Ardian. Atau ini waktunya aku kembali psikoterapi?

Apapun itu aku harus bisa berteman dengan kegelapan.
semangat, diriku.


Bogor
10 July 2020