Thursday, 10 September 2020

Manusia sempurna tanpa cela

aku berusaha meyakinkan diri aku untuk tidak apa untuk tidak selalu sempurna. Sebagian diri aku menghardik dan menunjuk tanpa henti seolah hidupku tidak boleh ada cacat, cela dan kesalahan. Tapi bukankah aku juga manusia biasa? bahkan untuk hal ku sukai aku melakukan kesalahan. Tapi kenapa aku takut? apa yang aku takutkan? Dunia mengkritikku, menyalahkan tanpa henti? atau memang aku yang terlalu kejam kepada diri sendiri?

Rasanya lelah dengan diri yang menyukai kesempurnaan, seolah kesalahan merupakan kegagalan yang fatal

Tapi aku inget perkataan dr jiemi, It's okay to be not okay. Kamu harus mengakui bahwa kamu bukan manusia yang sempurna. Kamu sering gagal sering jatuh. bukankah hal yang wajar? bukankah kegagalan di dunia ini sesuatu hal yang wajar? Ketika semua hal di luar kendali kamu, bukankah itu wajar?

Tapi kenapa aku masih sering memojokkan diri, menyalahkan diri sendiri ketika berbuat kesalahan meski itu hal kecil. Aku menghardik diriku yang berbuat salah, sambil pikiranku menari ria membayangkan penghakiman orang lain yang maha dahsyat kepada diriku.

*aku sembari praktek butterfly hug, memeluk erat diri sambil berkata "gapapa kalau kamu salah. orang mungkin menghardik, memojokkan dan menyalahkan sambil mencemooh kebodohanku. tapi aku berusaha untuk disini untuk diriku sendiri. karena aku berusaha mencintai diriku. meskipun aku bukan manusia sempurna, aku hanya menusia penuh cela dan kesalahan"


No comments:

Post a Comment