Showing posts with label cerpen. Show all posts
Showing posts with label cerpen. Show all posts

Tuesday, 2 July 2013

Love in a leaf tip of Casuarina equisetifolia #Part1


Ressa memandangi langit pagi sambil menghentak-hentakan kakinya ke tanah lalu bergumam “kemana sebenarnya dia? “ sudah bosan Ia menunggu di bangku taman selama setengah jam. Tiba-tiba terlihat lelaki itu, seseorang yang ditunggunya berlari terhuyung-huyung menghampirinya.
Ressa melihat lelaki dihadapannya ini masih mencoba mengatur napasnya tapi Ia berpikir untuk mengerjainya karena membuatnya menunggu lama di bangku taman. Ressa memasang muka juteknya karena Ia ingin Ryan merasa bersalah telah membuatnya menunggu lama walaupun Ia tahu Ia takkan pernah bisa marah kepada Ryan.
Masih mengatur napasnya Ryan mencoba berbicara kepada Ressa
“ Ma..af ba..nget ya ca, aku telat karna huh jam.. dirumah telat satu.. jam “
Ressa masih memasang muka juteknya
“ echa, maaf bener deh aku minta maaf “ sambil memegang tangan Ressa
Tentu saja hati Ressa luluh, terlebih Ia tidak pernah bisa marah kepada lelaki di depannya.
“ Ia aku maafin, lagian emang aku Cuma pura-pura marah kok wee “ *sambil menjulurkan lidahnya*
Ryan sangat senang karena Ressa tidak benar-benar marah padanya dengan perasaan gemas Ia mencubit kedua pipi Ressa hingga memerah.
“ Ih Ryan lepasin! Sakit tauuu “ sambil mengusap-ngusap kedua pipinya “ nanti kalau kamu cubit pipi aku, aku ga cantik lagi huh “
“ kamu tetep cantik ko, jadi jangan takut kalau kamu ga cantik lagi “
Tatapan mata mereka berpapasan
Tatapan mata itu selalu membuatku tenang, senyuman itu juga yang selalu membuat hatiku berdebar-debar tak karuan. Batin Ressa
Setelah beberapa lama kemudian, Ryan memecahkan suasana canggung diantara mereka berdua dengan mengacak-ngacak rambut Ressa lalu berlari sehingga Ressa harus mengejarnya. Nostalgia, itulah yang mereka lakukan saat ini. Berkejaran seperti dua anak kecil namun mereka menikmatinya tanpa memikirkan hal yang lain hanya mereka berdua dan dunia. Dua insan manusia yang dipertemukan dalam jalinan persahabatan. Mereka menikmatinya, menikmati waktu yang mereka lewati bersama selama 10 tahun.
Akhirnya dengan melepas lelah Ressa duduk di salah satu bangku taman
“ kamu haus ga ca? aku beli minuman dingin dulu ya?”
Ressa mengangguk
Beberapa saat kemudian Ryan kembali membawa 2 botol minuman dingin dan melihat Ressa sedang duduk di salah ayunan. Itu tempat favoritenya selama ini, pikirnya. Hanya ada 4 ayunan dan tempat itu sangat teduh karena ada 2 pohon cemara yang tumbuh besar yang berada di sebelah kanan ayunan itu. Ryan menghampirinya. Langkah kakinya semakin mendekat namun Ressa tidak menyadari keberadaan Ryan yang saat ini berada tepat di depannya. Karena tidak ada hirauan dari Ressa, Ryan berlutut di depannya sehingga membuatnya mendongak kaget dengan keberadaan Ryan di depannya.
“ kamu ngangetin aku deh “
“ lagian suruh siapa kamu melamun terus. Ini minumannya “
“ makasih yaa “
Ryan menjawabnya dengan senyuman. Ressa selalu suka dengan senyuman itu. Entah sejak kapan Ia menyukai senyuman itu tapi Ia selalu merasa hanya kerena senyuman itu bisa membuat hatinya tenang. Terima kasih Ryan batinnya. Tatapannya teralihkan dengan pohon cemara yang berada di seberangnya.
Sesaat Ryan menatap wajah wanita di sampingnya dan mengikuti tatapan mata Ressa – pohon Cemara. Ressa sedang menatap pohon cemara yang berada sejauh 10 meter di seberangnya. Mereka berada dalam keterdiaman sambil memandang satu batang pohon besar yang menjulang tinggi. Tiba-tiba Ressa memecahkan keheningan itu.
“ Aku suka pohon cemara “
“ Apa istimewanya pohon cemara? Pohon cemara itu sama seperti pohon lainya besar dan tinggi “
Ressa bergumam dan memikirkan sesuatu
“ engga kamu salah, pohon cemara ini punya banyak keistimewaan hanya saja hanya beberapa orang yang tahu keistimewaan pohon cemara ini “
“ Coba kamu sebutin apa aja keistimewaan pohon itu?”
“ coba deh kamu perhatiin ga sedikit kok yang ngejadiin cemara jadi tanaman hias, karena  emang cemara itu indah kamu aja ga sadar “
“ tapi kan itu karena selera, dan selera orang itu berbeda engga semua orang suka cemara “
“ tapi aku suka, terlebih lagi pohon cemara mengingatkan aku sama Ayah “
Ryan menatap Ressa pilu, Ia tahu Ayah Ressa telah meninggal 8 tahun yang lalu saat Ia duduk di bangku 5 SD karena kecelakaan lalu lintas. Ryan tahu di umurnya menjelang 11 tahun Ressa sangat terpukul kehilangan ayahnya.
“ dulu waktu aku masih kecil ayah selalu mengajak aku jalan pagi karena di sisi jalan rumah aku banyak pohon cemara yang gak terlalu tinggi, Ayah petik sepucuk cemara itu dan dia kasih ke aku. Dia pernah bilang kalau pohon cemara itu tergolong pohon yang kuat dan tidak pernah rapuh walau banyak cuaca ekstrim yang menerjang. Ketika cuaca buruk datang seperti angin kencang atau panasnya matahari cemara akan bertahan “
Ryan melihat wajah wanita di sampingnya ini mendung dan tak bersemangat, dan Ia tidak tahan melihat wajah mendung Ressa hatinya pilu. Ryan beranjak berdiri
“ kamu mau kemana? “
“ Apa kamu Cuma bisa memandang pohon cemara itu dari kejauhan 10 meter? Bukankah lebih baik ketika kamu menyukai sesuatu seharusnya kamu mendekatinya dan meraihnya? Bukannya membiarkannya dan melihatnya dari kejauhan “
“ Maksud kamu apa? “
“ Aku ini laki-laki pujaan wanita yang paling baik sedunia, jadi tunggu di sini ya tuan putri hamba akan memetiknya untuk Anda “ Gaya bicaranya sudah mulai melantur karena Ryan menirukan cara bicara pangeran di film putri-putri kerajaan. Sontak ini membuat Ressa tertawa melihat tingkah konyolnya.
Dari kejauhan 10 meter tepat berada di dekat pohon cemara, Ryan mencoba memetik sepucuk cemara walaupun berkali-kali Ia harus gagal karena pohon itu terlalu tinggi. Ressa hanya memandangi Ryan dengan gelak tawa karena tingkahnya ini benar-benar lucu. Sampai akhirnya Ryan mengambil galah di sekitar pohon itu dan mendapatkan pucuk cemara. Berlarilah Ia kearah Ressa dengan sepucuk cemara yang dipegangnya di belakang punggungnya. Sambil berlutut Ia memandang Ressa dan memberikan sepucuk cemara itu padanya.
“ dari sekian cewek yang aku kenal Cuma kamu yang suka cemara dibandingkan mawar “
“ aku kan ga bilang aku ga suka mawar.Lagipula cemara juga harum ko ga kalah harumnya sama mawar “
“ jadi kamu suka mawar? “
“ suka tapi mawar kan cepet layu “
“ emang cemara ga layu apa? “
“ dia ga akan layu Cuma kering “
“ sama aja tau, intinya pada akhirnya mati “ memukul lembut kepala Ressa dengan ranting pohon cemara kecil
“ ih sakit tau Yan.. lagipula mawar itu identik buat orang yang berpasangan kan sedangkan aku ga punya pasangan. Aku  ini jomblo “
“ emangnya bunga mawar Cuma buat seseorang yang menyatakan cinta? Mawar juga bisa kita kasih ke orangtua kita ataupun sahabat kita “
“ oh yaa? Kalau gitu kamu kasih ke aku aja aku ini kan sahabat kamu “
“ engga ah, entar kamu ga bisa jaga bunganya trus mati deh “
“ kalau ga mau bunganya layu dan mati kamu kasih aku bunga plastik aja sekalian huh “
“ Ada kok bunga yang ga bisa layu ataupun mati “
“ Oh ya? Apa? Aku kira Cuma bunga plastik doang yang ga bisa mati hehe “
“ Edelweis. Itu nama bunganya, biasanya pendaki gunung suka ambil bunga ini karena dengan abadinya bunga ini hubungan cinta mereka juga bisa abadi, itu rumornya “
Ryan melihat Ressa tertawa “ kamu kenapa ketawa? Emangnya ada yang lucu? “
“ kamu tau tentang bunga udah kaya tukang kebun hahahaha “
Sekali lagi Ryan mencubit pipi kiri Ressa dengan gemas
“ kamu kira Cuma tukang kebun yang tau tentang bunga? Dunia itu luas kamu bisa cari info dari mana aja termasuk dari Internet “
Ressa mengangguk-ngangguk mengerti. Walaupun Ryan tahu Ressa adalah wanita yang manja tapi Ia nyaman berada di sampingnya dan tidak ingin pergi darinya. Dengan terus berada disampingnya sudah cukup bagiku batin Ryan.

Wednesday, 3 October 2012

Pelangi Kerinduan


Perlukah aku memanggilmu dalam gelap malam dan mengirimkan lagu tidur untukmu? Apakah Kau akan bahagia ketika mendengar pernyataanku bahwa aku merindukanmu? Merindukanmu tiap saat dan tanpa alasan. Aku merindukanmu walau aku tak tahu bagaimana perasaanku ketika aku bertemu denganmu nanti. Ternyata waktu datang begitu cepat. Aku akan tetap menunggu jika itu yang kamu inginkan. Aku akan menunggumu sambil terus merindukanmu. Batin Nayla
Nayla menatap fotonya bersama Ryan. Ia sangat menantikan waktu dimana ia akan melihat Ryan kembali didekatnya lagi. Ryan sedang pergi ke Solo untuk menyelesaikan tugas Ayahnya yang tertunda. Ia sangat sedih mendengar kenyataan itu, membuat dirinya harus merindukan lelaki itu tanpa bisa menemuinya. Ia hanya bisa membayangkannya. Sebelumnya Ryan meminta Nayla untuk menunggunya selama dua minggu setelah hari kepulangannya Ia akan menceritakan semua hal yang harus Nayla ketahui, namun dengan syarat selama dua minggu itu mereka benar-benar tidak boleh saling menghubungi. Heran mendengar permintaan Ryan Ia tetap menyanggupinya.
Namun dengan kenyataan itu Nayla benar-benar sangat merindukan lelaki itu. Mengapa harus memberikan permintaan bodoh, pikirnya
Jam 11 kurang 15 menit
Nayla telah menunggu lama di Bandara Soekarno-Hatta. Menunggu kehadiran seseorang yang sangat Ia rindukan. Waktu-waktu sangat berharga tidak ingin Ia melupakannya. Ia harus menagih janji yang pernah Ryan ucapkan. Nayla merupakan wanita yang memiliki rasa penasaran yang tinggi. Namun mengapa lelaki yang ditunggunya tak kunjung datang? Apa pesawatnya delayed ? Benarkah, jika itu benar terjadi Ia benar-benar ingin berteriak mengeluarkan amarahnya. Dengan perasaan jengkel Ia berdiri dan mencari-cari sosok yang sangat Ia rindukan itu.
Tiba-tiba ada yang menutup matanya dengan telapak tangan. Ia berusaha melepaskannya dan berbalik. Terkejut melihat apa yang ada dihadapannya, Ryan. Senyuman hangat terpancar dari lelaki itu.
“ Apa kabar Nay? “
Nayla membalas tatapan itu, namun Ia segera ingat perasaan jengkelnya yang sudah menunggu lama di Bandara. Ryan pandai membaca situasi yang tergambar di raut wajah Nayla. Sontan Ia berlari meninggalkan Nayla, tanpa memedulikan tatapan orang lain mereka seperti mengenang masa-masa dimana mereka menghabiskan waktu bersama, berkejaran dan saling becanda.
Dalam perjalanan pulang, Ryan melihat taman Kompleks Adipura yang menjadi tempat bersantai semua orang, Ia menarik Nayla ke bangku taman di samping taman Bunga.
“ Kamu ngapain sih ngajak aku ke sini? “
“ Duh, kamu bawel deh, aku kan kangen sama taman ini, aku terlalu sibuk di Solo sampai-sampai aku capek dan sangat membutuhkan relaksasi dan taman ini pasti bisa membuat aku relaks. “
Nayla mengangguk. Ada pertanyaan yang sangat mengganjal di hatinya. Ia harus menanyakannya
“ Apa sih yang mau kamu ceritain ke aku? Terus kenapa kamu harus minta kita ga saling menghubungi? Kamu ga tahu ya, Tiap pagi, siang, sore sampai malam aku inget kamu terus. Tapi aku ga bisa melakukan apa-apa. Jangankan bertemu kamu, ngehubungi kamu aja ga boleh. Huh “
Ryan hanya tersenyum mendengarnya
“ Terima kasih “
“ Untuk apa? “
“ Karena masih menungguku. Boleh kutanyakan sesuatu?”
“ Ada apa?”
“ Apa yang menguatkanmu?”
“ Aku ga mengerti maksud kamu Yan “
“ Apa yang menguatkanmu hingga menungguku sampai saat ini?”
Nayla berpikir sejenak dan memberikan jawabannya
“ Aku selalu percaya bahwa setiap orang akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan yang diusahakannya. Apa kamu tahu? Aku sangat penasaran tentang cerita yang kamu janjikan. Katanya kamu mau ceritain setelah kembali? Sekarang aku tagih janji kamu “
Ryan berdiri dan berlutut dihadapan Nayla
“ Aku selalu merindukanmu setiap saat dan tentang itu, aku ingin bilang tentang perasaanku. Aku sayang kamu Nay. Will you be mine? “
Terkaget dengan apa yang sudah diucapkan Ryan. Ia sibuk berpikir. Karena tidak ada respon dari Nayla Ryan meneruskan
“ Aku meminta kita tidak saling menghubungi karena aku mau kamu tetap menatapku walau tidak adanya aku di samping kamu. Aku mau aku yang selalu ada di hati kamu. “
Nayla menarik napas panjang
“Waktu itu aku yakin, entah kapanpun itu, entah besok, lusa, sebulan kemudian, setahun kemudian ataupun selama mungkin aku akan mendapatkan apa yang telah ku usahakan. Aku akan mendapatkan jawaban dari pertanyaanku selama ini. Aku selalu bertanya-tanya apakah perasaan kamu sama seperti apa yang aku rasain. “
“ So, apa jawaban kamu? “
“ I will “
Ryan tersenyum mendengarnya. Ryan menatap mata Nay, berusaha meyakinkan hatinya dan juga Nayla.
 “ Terima kasih atas usahamu untuk membuatku tetap menatapmu dan terima kasih telah menungguku “
Ryan menggenggam tangan Nayla dengan perasaan lega telah mengeluarkan isi perasaannya terhadap Nayla. Tak tau kelak ataupun dulu, Aku hanya tahu aku begini, Aku hanya tahu aku di sini, dan kini aku melihatmu, batin Ryan
Nayla melirik  ke arah kakek nenek yang sedang duduk berdua menikmati masa terindah mereka berdua. Kemudian Nayla tersenyum dan memalingkan pandangannya ke taman bunga di depannya.
“ Ryan, apa kamu ga pernah iri pada mereka?”
“ Mereka? Siapa?” menatap wajah nayla dengan senyum bahagia, melihat wajah wanita yang sangat dicintainya itu sudah cukup merasakan kebahagiaan yang luar biasa.
Nayla kembali dari lamunannya dan menunjukan keberadaan kakek nenek yang ia maksud. Sambil terus memerhatikan wajah Nayla, Ryan mengikuti pandangannya yang tertuju kepada kakek nenek yang sedang menikmati udara pagi hari.
“ Kakek nenek itu, mereka terlihat sangat bahagia. Menikmati masa hidup mereka, saling setia, dan sangat romantis. “
“ Mengapa harus iri? Bagiku ini cukup bahkan memiliki kamu sudah lebih dari cukup”
“ Apa kamu tahu, bahwa aku selalu merindukanmu dan perasaan ini membuatku bersyukur. Aku selalu berharap dapat terus seperti ini, merindukanmu dalam jarak dekat, menatapmu dan melihatmu tersenyum “
“ Aku pun demikian. Kalau begitu, belajarlah meredam rasa rindumu itu, agar rasa rindumu tak lebih dari rasa syukurmu. Kita sedang memperjuangkannya bukan? Perasaan ini sedang kita perjuangkan agar tak pernah hilang di telan masa. Bukankah itu yang paling penting?”
Nayla terkejut dengan apa yang didengarnya. Kata termanis yang ia temukan dalam lontaran kalimat orang yang sangat dicintainya. Kemudian air mata Nayla tumpah begitu saja, air mata senyum penuh kebahagiaan. Keindahan selalu datang pada akhirnya, datang menghampiri cinta yang telah menunggu lama.


Cinta untuk Sahabatku



Pagi ini matahari bersinar sangat terang. Seterang hati Reina yang sedang berbunga mendapatkan kejutan kecil ulang tahunnya yang diberikan Kevin, sahabat sekaligus orang yang membuatnya jatuh hati padanya. Kevin memberikan kado terindah yang tak dapat ia lupakan. Kevin membuatkan lagu untuk Reina, ia juga melantunkan sebuah lagu tersebut di hadapan Reina. Bahagia rasanya, perasaan yang ia rasakan kini membuatnya merasa bahwa dunia berpihak padanya dan satu hal lagi yang membuatnya bahagia Kevin selalu ada buatnya.
“ Na, Happy birthday ya? Semoga kamu tambah pinter, baik, sholehah dan wish you all the best lah. Dan yang paling penting adalah kamu bisa selalu jadi sahabat terbaik aku “
Kalimat terakhir itu membuat sekujur tubuh Reina meradang dan membuat jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat. Mengapa kalimat itu membuatnya merasa bersalah? Salahkah Ia merasakan jatuh cinta pada sahabatnya yang selalu ada buatnya? Perasaan itu terjadi begitu saja, dari hobi yang sama, kecintaan terhadap musik, dan waktu yang mereka habiskan bersama membuat Reina merasakah ada hal lain yang ada di hatinya, perasaan hangat yang membuat hatinya luluh bertekuk lutut menatap cinta.
Reina memperlihatkan senyum tipisnya mengingat kalimat Kevin
“ Kamu kenapa? Kamu ga suka ya sama kejutan yang aku kasih ke kamu? “
“ Eh, engga kok Vin, aku suka. Suka banget malah. Makasih ya? “
“ Oh iya aku lupa, ini buat kamu “ Kevin mengeluarkan hadiah kecil lalu membukanya, ia mengeluarkan kalung liontin berinisial R dan sesegera mungkin menanggalkan liontin itu di leher Reina.
Terkaget mendapat kejutan indah dari sahabatnya ini membuat hatinya berdebar kencang.
“ Gimana kamu suka ga liontin itu? “
“ Aku suka banget Vin, serius deh. Makasih ya? “
“ Hehe, ternyata aku pinter milih juga ya? Sama-sama Na, kamu cantik deh pake liontin itu “
Tanpa Reina sadari ternyata Kevin sedang memerhatikannya sambil tersenyum. Ia melihat jam tangannya dan waktu sudah menunjukan pukul 10.00, setengah jam lagi ia ada janji dengan seseorang sudah seharusnya ia berpamitan dengan Reina, pikirnya.
“ Hmm Na, maaf banget ya aku harus pergi. Aku ada janji dengan seseorang. Aku janji nanti malem aku pasti ke rumah kamu kok abis magrib kan? Aku janji akan datang tepat waktu kok. Aku duluan ya Na. bye “
Dengan segera ia pergi meninggalkan Reina, ada perasaan kecewa yang terpancar di wajahnya. Padahal untuk hari specialnya ini ia ingin menghabiskan waktunya dengan Kevin namun kini harapannya pupus. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan mengenai hatinya kepada Kevin, perasaan ini tidak boleh hanya terkubur di hatinya, ia harus menyampaikan bahwa nama Kevin sudah mengukir hati dan kehidupannya.
Ada yang harus Reina sampaikan pada Kevin dan semua perasaannya harus segera Kevin ketahui, Ia tidak bisa memendamnya terus menerus. Ia terus menghubungi ponsel Kevin namun tak ada jawaban.
Kemana sih dia? kok ga diangkat? Tanya Reina dalam hati
Reina membutuhkan waktu untuk menjernihkan pikirannya, karena sedari tadi pikirannya melayang kepada Kevin. Ia memutuskan untuk pergi ke Catarina Cafe, Ia sengaja memilih meja yang mengarah ke pintu masuk. Ia mencoba mengalihkan pikirannya dari Kevin dengan memilih menu-menu makanan yang tertera di sana. Setelah memilih menu, ia meletakkan buku menu dan melihat waiter yang menulis pesannya pergi menjauhinya.
Setelah beberapa saat Ia menunggu tiba-tiba terkejut dengan apa yang dilihatnya. Kevin datang berdua dengan wanita lain. Hatinya sakit seperti teriris oleh belati tajam. Ia menghirup napas panjang namun ia merasakan sesuatu menekan dadanya, api yang tidak di kenali pun mulai membakar hatinya. Ada pucuk kesedihan yang terpancar dari wajahnya. Mengapa hatinya begitu sakit melihat orang yang Ia cintai bahagia. Pepatah Cinta tidak harus memiliki tidak berlaku baginya, dengan tidak memiliki sahabatnya ini, Ia merasakan hatinya panas membara.
Ia memutuskan keluar dari café itu. Namun tanpa Ia sadari Kevin menyadari Reina yang sedang berjalan keluar Café. Dengan hentakan napas panjang Ia mulai mengalihkan pikirannya kembali ke wanita yang kini dihadapannya, Chika. Wanita yang ia sukai namun wanita ini tidak dapat meredam perasaannya kepada Reina.
Di bangku taman Ia memandang langit yang begitu cerah tidak seperti hatinya yang kini dibalut oleh awan berkabut. Ia mendengar langkah kaki mendekat kepadanya namun Ia menggubrisnya. Langkah kaki itu mendekat, semakin dekat hingga tiba dihadapannya.
“ Boleh aku duduk?”
Suara itu, Reina sangat mengenali suara itu. Suara lelaki yang sangat ia cintai namun membuat hatinya hancur berkeping-keping. Ia menatap lelaki itu dan memerlihatkan senyuman kecil yang tergambar di wajahnya. Reina hanya menggangguk mendengar permintaan lelaki itu.
Keheningan menyelimuti suasana mereka. Angin melewati bahu mereka, menerpa wajah mereka. Mungkin ingin menyadarkan bahwa waktu sangat berarti bagi mereka.
“ Aku tadi liat kamu keluar dari Catarina Café, kamu tahu aku ada di sana? “
Reina hanya menggangguk
“ Kenapa kamu gak nemuin aku? “
Reina bernapas panjang
“ Aku takut ganggu kamu “
“ Kamu udah liat wanita itu?”
Sekali lagi Reina menggangguk
“ Aku sangat menyukainya, dan saat ini dia sudah jadi pacarku. Kamu ga masalah kan? “
Ya aku bermasalah, sangat bermasalah. Tidak tahukah kamu bahwa aku memiliki perasaan khusus untuk kamu? Batin Reina
Tidak ada jawaban. Mereka sama-sama terdiam. Memendam perasaaan sangat sakit, hatimu seperti tercabik ketika kau hanya terus memendamnya, menguburnya hingga perasaan itu akan menyumbat aliran darahmu.
“ Aku suka kamu Vin “
Kevin tidak kaget mendengar pernyataan Reina
“ Maaf. Maafin aku Na. kamu hanya sahabat aku, ga lebih. Dan ga akan jadi lebih “
Reina merasa ada perasaan yang mulai menggerogoti hatinya.
“ Tapi kenapa aku merasa kamu seperti memiliki perasaan yang sama denganku? Dengan semua sikap kamu ke aku, tatapan mata kamu, aku merasa seolah-olah aku mendapat balasan atas perasaanku ke… “
Belum selesai Reina menyelesaikan kalimatnya. Kevin memotongnya
“ Aku mohon, pangkas habislah perasaan kamu itu Na. sahabat hanyalah sahabat. Aku akan tetap menjadi sahabat. Jangan biarkan perasaan itu menggerogoti hati kamu dengan pertanyaan-pertanyaan kamu itu. Aku sudah memiliki wanita yang aku sukai. Pergilah, hapus perasaan yang kamu simpan ke aku. Aku sayang kamu sebagai sahabat, ga lebih. Maaf aku harus pergi sekarang Na. “
Kevin bangun dan mulai pergi menjauh meninggalkan Reina yang terkapar bisu di bangku taman. Muncul genangan air mata dan Ia mulai menangis. Langit senja ikut menjadi saksi bisu kesedihan Reina.
Apa kau tahu bagaimana rasanya menyimpan tanda tanya besar dalam dadamu? menyimpan suatu rahasia hati tentang kisah cinta terpendam. Pernahkah kamu merasakannya? merasakan bahwa dirimu dipenuhi gejolak rasa iri pada seseorang yang telah memikat hatimu dan melihatmu menatapnya dengan senyum bahagia? dan kau hanya menatapku sebagai sahabatmu. Pernahkah kau mencoba masuk ke dalam hatiku melihat ke dalam sana, jika kau ingin tahu apa yang ada di dalam sana kau akan tahu bahwa selama ini aku menyimpannya, menyimpan namamu dalam ukiran penuh harap dalam hatiku. Batin Reina.
Hingga akhirnya akibat permintaan sahabat sekaligus lelaki yang dicintainya Reina harus mulai pergi meninggalkan luka lama. Luka akibat memendam perasaan yang begitu lama. Ia menyesal telah memiliki perasaan itu. Saat ini Ia harus pergi meninggalkan luka lama itu. Ukiran nama Kevin di hatinya harus segera ia hilangkan. Tidak mudah memang namun Ia hanya bisa berusaha. Ia hanya membutuhkan waktu saja. Tanpa kepastian akan kepastian Kevin Reina harus segera mungkin pergi melupakannya. Lelaki yang sangat dicintainya.