Ressa memandangi langit pagi sambil menghentak-hentakan
kakinya ke tanah lalu bergumam “kemana
sebenarnya dia? “ sudah bosan Ia menunggu di bangku taman selama setengah
jam. Tiba-tiba terlihat lelaki itu, seseorang yang ditunggunya berlari
terhuyung-huyung menghampirinya.
Ressa melihat lelaki dihadapannya ini masih mencoba
mengatur napasnya tapi Ia berpikir untuk mengerjainya karena membuatnya
menunggu lama di bangku taman. Ressa memasang muka juteknya karena Ia ingin
Ryan merasa bersalah telah membuatnya menunggu lama walaupun Ia tahu Ia takkan
pernah bisa marah kepada Ryan.
Masih mengatur napasnya Ryan mencoba berbicara kepada Ressa
“ Ma..af ba..nget ya ca, aku telat karna huh jam.. dirumah
telat satu.. jam “
Ressa masih memasang muka juteknya
“ echa, maaf bener deh aku minta maaf “ sambil memegang
tangan Ressa
Tentu saja hati Ressa luluh, terlebih Ia tidak pernah bisa
marah kepada lelaki di depannya.
“ Ia aku maafin, lagian emang aku Cuma pura-pura marah kok
wee “ *sambil menjulurkan lidahnya*
Ryan sangat senang karena Ressa tidak benar-benar marah
padanya dengan perasaan gemas Ia mencubit kedua pipi Ressa hingga memerah.
“ Ih Ryan lepasin! Sakit tauuu “ sambil mengusap-ngusap
kedua pipinya “ nanti kalau kamu cubit pipi aku, aku ga cantik lagi huh “
“ kamu tetep cantik ko, jadi jangan takut kalau kamu ga
cantik lagi “
Tatapan mata mereka berpapasan
Tatapan mata itu selalu
membuatku tenang, senyuman itu juga yang selalu membuat hatiku berdebar-debar
tak karuan. Batin Ressa
Setelah beberapa lama kemudian, Ryan memecahkan suasana
canggung diantara mereka berdua dengan mengacak-ngacak rambut Ressa lalu
berlari sehingga Ressa harus mengejarnya. Nostalgia, itulah yang mereka lakukan
saat ini. Berkejaran seperti dua anak kecil namun mereka menikmatinya tanpa
memikirkan hal yang lain hanya mereka berdua dan dunia. Dua insan manusia yang
dipertemukan dalam jalinan persahabatan. Mereka menikmatinya, menikmati waktu
yang mereka lewati bersama selama 10 tahun.
Akhirnya dengan melepas lelah Ressa duduk di salah satu
bangku taman
“ kamu haus ga ca? aku beli minuman dingin dulu ya?”
Ressa mengangguk
Beberapa saat kemudian Ryan kembali membawa 2 botol minuman
dingin dan melihat Ressa sedang duduk di salah ayunan. Itu tempat favoritenya selama ini, pikirnya. Hanya ada 4 ayunan dan
tempat itu sangat teduh karena ada 2 pohon cemara yang tumbuh besar yang berada
di sebelah kanan ayunan itu. Ryan menghampirinya. Langkah kakinya semakin
mendekat namun Ressa tidak menyadari keberadaan Ryan yang saat ini berada tepat
di depannya. Karena tidak ada hirauan dari Ressa, Ryan berlutut di depannya
sehingga membuatnya mendongak kaget dengan keberadaan Ryan di depannya.
“ kamu ngangetin aku deh “
“ lagian suruh siapa kamu melamun terus. Ini minumannya “
“ makasih yaa “
Ryan menjawabnya dengan senyuman. Ressa selalu suka dengan
senyuman itu. Entah sejak kapan Ia menyukai senyuman itu tapi Ia selalu merasa
hanya kerena senyuman itu bisa membuat hatinya tenang. Terima kasih Ryan batinnya. Tatapannya teralihkan dengan pohon
cemara yang berada di seberangnya.
Sesaat Ryan menatap wajah wanita di sampingnya dan
mengikuti tatapan mata Ressa – pohon Cemara. Ressa sedang menatap pohon cemara
yang berada sejauh 10 meter di seberangnya. Mereka berada dalam keterdiaman
sambil memandang satu batang pohon besar yang menjulang tinggi. Tiba-tiba Ressa
memecahkan keheningan itu.
“ Aku suka pohon cemara “
“ Apa istimewanya pohon cemara? Pohon cemara itu sama
seperti pohon lainya besar dan tinggi “
Ressa bergumam dan memikirkan sesuatu
“ engga kamu salah, pohon cemara ini punya banyak
keistimewaan hanya saja hanya beberapa orang yang tahu keistimewaan pohon
cemara ini “
“ Coba kamu sebutin apa aja keistimewaan pohon itu?”
“ coba deh kamu perhatiin ga sedikit kok yang ngejadiin
cemara jadi tanaman hias, karena emang
cemara itu indah kamu aja ga sadar “
“ tapi kan itu karena selera, dan selera orang itu berbeda
engga semua orang suka cemara “
“ tapi aku suka, terlebih lagi pohon cemara mengingatkan
aku sama Ayah “
Ryan menatap Ressa pilu, Ia tahu Ayah Ressa telah meninggal
8 tahun yang lalu saat Ia duduk di bangku 5 SD karena kecelakaan lalu lintas. Ryan
tahu di umurnya menjelang 11 tahun Ressa sangat terpukul kehilangan ayahnya.
“ dulu waktu aku masih kecil ayah selalu mengajak aku jalan
pagi karena di sisi jalan rumah aku banyak pohon cemara yang gak terlalu
tinggi, Ayah petik sepucuk cemara itu dan dia kasih ke aku. Dia pernah bilang
kalau pohon cemara itu tergolong pohon yang kuat dan tidak pernah rapuh walau
banyak cuaca ekstrim yang menerjang. Ketika cuaca buruk datang seperti angin
kencang atau panasnya matahari cemara akan bertahan “
Ryan melihat wajah wanita di sampingnya ini mendung dan tak
bersemangat, dan Ia tidak tahan melihat wajah mendung Ressa hatinya pilu. Ryan
beranjak berdiri
“ kamu mau kemana? “
“ Apa kamu Cuma bisa memandang pohon cemara itu dari kejauhan
10 meter? Bukankah lebih baik ketika kamu menyukai sesuatu seharusnya kamu
mendekatinya dan meraihnya? Bukannya membiarkannya dan melihatnya dari kejauhan
“
“ Maksud kamu apa? “
“ Aku ini laki-laki pujaan wanita yang paling baik sedunia,
jadi tunggu di sini ya tuan putri hamba akan memetiknya untuk Anda “ Gaya
bicaranya sudah mulai melantur karena Ryan menirukan cara bicara pangeran di
film putri-putri kerajaan. Sontak ini membuat Ressa tertawa melihat tingkah
konyolnya.
Dari kejauhan 10 meter tepat berada di dekat pohon cemara,
Ryan mencoba memetik sepucuk cemara walaupun berkali-kali Ia harus gagal karena
pohon itu terlalu tinggi. Ressa hanya memandangi Ryan dengan gelak tawa karena
tingkahnya ini benar-benar lucu. Sampai akhirnya Ryan mengambil galah di
sekitar pohon itu dan mendapatkan pucuk cemara. Berlarilah Ia kearah Ressa
dengan sepucuk cemara yang dipegangnya di belakang punggungnya. Sambil berlutut
Ia memandang Ressa dan memberikan sepucuk cemara itu padanya.
“ dari sekian cewek yang aku kenal Cuma kamu yang suka
cemara dibandingkan mawar “
“ aku kan ga bilang aku ga suka mawar.Lagipula cemara juga
harum ko ga kalah harumnya sama mawar “
“ jadi kamu suka mawar? “
“ suka tapi mawar kan cepet layu “
“ emang cemara ga layu apa? “
“ dia ga akan layu Cuma kering “
“ sama aja tau, intinya pada akhirnya mati “ memukul lembut
kepala Ressa dengan ranting pohon cemara kecil
“ ih sakit tau Yan.. lagipula mawar itu identik buat orang
yang berpasangan kan sedangkan aku ga punya pasangan. Aku ini jomblo “
“ emangnya bunga mawar Cuma buat seseorang yang menyatakan
cinta? Mawar juga bisa kita kasih ke orangtua kita ataupun sahabat kita “
“ oh yaa? Kalau gitu kamu kasih ke aku aja aku ini kan
sahabat kamu “
“ engga ah, entar kamu ga bisa jaga bunganya trus mati deh “
“ kalau ga mau bunganya layu dan mati kamu kasih aku bunga plastik
aja sekalian huh “
“ Ada kok bunga yang ga bisa layu ataupun mati “
“ Oh ya? Apa? Aku kira Cuma bunga plastik doang yang ga
bisa mati hehe “
“ Edelweis. Itu nama bunganya, biasanya pendaki gunung suka
ambil bunga ini karena dengan abadinya bunga ini hubungan cinta mereka juga
bisa abadi, itu rumornya “
Ryan melihat Ressa tertawa “ kamu kenapa ketawa? Emangnya ada
yang lucu? “
“ kamu tau tentang bunga udah kaya tukang kebun hahahaha “
Sekali lagi Ryan mencubit pipi kiri Ressa dengan gemas
“ kamu kira Cuma tukang kebun yang tau tentang bunga? Dunia
itu luas kamu bisa cari info dari mana aja termasuk dari Internet “
Ressa mengangguk-ngangguk mengerti. Walaupun Ryan tahu
Ressa adalah wanita yang manja tapi Ia nyaman berada di sampingnya dan tidak
ingin pergi darinya. Dengan terus berada
disampingnya sudah cukup bagiku batin Ryan.
No comments:
Post a Comment