Wednesday 3 October 2012

Cinta untuk Sahabatku



Pagi ini matahari bersinar sangat terang. Seterang hati Reina yang sedang berbunga mendapatkan kejutan kecil ulang tahunnya yang diberikan Kevin, sahabat sekaligus orang yang membuatnya jatuh hati padanya. Kevin memberikan kado terindah yang tak dapat ia lupakan. Kevin membuatkan lagu untuk Reina, ia juga melantunkan sebuah lagu tersebut di hadapan Reina. Bahagia rasanya, perasaan yang ia rasakan kini membuatnya merasa bahwa dunia berpihak padanya dan satu hal lagi yang membuatnya bahagia Kevin selalu ada buatnya.
“ Na, Happy birthday ya? Semoga kamu tambah pinter, baik, sholehah dan wish you all the best lah. Dan yang paling penting adalah kamu bisa selalu jadi sahabat terbaik aku “
Kalimat terakhir itu membuat sekujur tubuh Reina meradang dan membuat jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat. Mengapa kalimat itu membuatnya merasa bersalah? Salahkah Ia merasakan jatuh cinta pada sahabatnya yang selalu ada buatnya? Perasaan itu terjadi begitu saja, dari hobi yang sama, kecintaan terhadap musik, dan waktu yang mereka habiskan bersama membuat Reina merasakah ada hal lain yang ada di hatinya, perasaan hangat yang membuat hatinya luluh bertekuk lutut menatap cinta.
Reina memperlihatkan senyum tipisnya mengingat kalimat Kevin
“ Kamu kenapa? Kamu ga suka ya sama kejutan yang aku kasih ke kamu? “
“ Eh, engga kok Vin, aku suka. Suka banget malah. Makasih ya? “
“ Oh iya aku lupa, ini buat kamu “ Kevin mengeluarkan hadiah kecil lalu membukanya, ia mengeluarkan kalung liontin berinisial R dan sesegera mungkin menanggalkan liontin itu di leher Reina.
Terkaget mendapat kejutan indah dari sahabatnya ini membuat hatinya berdebar kencang.
“ Gimana kamu suka ga liontin itu? “
“ Aku suka banget Vin, serius deh. Makasih ya? “
“ Hehe, ternyata aku pinter milih juga ya? Sama-sama Na, kamu cantik deh pake liontin itu “
Tanpa Reina sadari ternyata Kevin sedang memerhatikannya sambil tersenyum. Ia melihat jam tangannya dan waktu sudah menunjukan pukul 10.00, setengah jam lagi ia ada janji dengan seseorang sudah seharusnya ia berpamitan dengan Reina, pikirnya.
“ Hmm Na, maaf banget ya aku harus pergi. Aku ada janji dengan seseorang. Aku janji nanti malem aku pasti ke rumah kamu kok abis magrib kan? Aku janji akan datang tepat waktu kok. Aku duluan ya Na. bye “
Dengan segera ia pergi meninggalkan Reina, ada perasaan kecewa yang terpancar di wajahnya. Padahal untuk hari specialnya ini ia ingin menghabiskan waktunya dengan Kevin namun kini harapannya pupus. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan mengenai hatinya kepada Kevin, perasaan ini tidak boleh hanya terkubur di hatinya, ia harus menyampaikan bahwa nama Kevin sudah mengukir hati dan kehidupannya.
Ada yang harus Reina sampaikan pada Kevin dan semua perasaannya harus segera Kevin ketahui, Ia tidak bisa memendamnya terus menerus. Ia terus menghubungi ponsel Kevin namun tak ada jawaban.
Kemana sih dia? kok ga diangkat? Tanya Reina dalam hati
Reina membutuhkan waktu untuk menjernihkan pikirannya, karena sedari tadi pikirannya melayang kepada Kevin. Ia memutuskan untuk pergi ke Catarina Cafe, Ia sengaja memilih meja yang mengarah ke pintu masuk. Ia mencoba mengalihkan pikirannya dari Kevin dengan memilih menu-menu makanan yang tertera di sana. Setelah memilih menu, ia meletakkan buku menu dan melihat waiter yang menulis pesannya pergi menjauhinya.
Setelah beberapa saat Ia menunggu tiba-tiba terkejut dengan apa yang dilihatnya. Kevin datang berdua dengan wanita lain. Hatinya sakit seperti teriris oleh belati tajam. Ia menghirup napas panjang namun ia merasakan sesuatu menekan dadanya, api yang tidak di kenali pun mulai membakar hatinya. Ada pucuk kesedihan yang terpancar dari wajahnya. Mengapa hatinya begitu sakit melihat orang yang Ia cintai bahagia. Pepatah Cinta tidak harus memiliki tidak berlaku baginya, dengan tidak memiliki sahabatnya ini, Ia merasakan hatinya panas membara.
Ia memutuskan keluar dari café itu. Namun tanpa Ia sadari Kevin menyadari Reina yang sedang berjalan keluar Café. Dengan hentakan napas panjang Ia mulai mengalihkan pikirannya kembali ke wanita yang kini dihadapannya, Chika. Wanita yang ia sukai namun wanita ini tidak dapat meredam perasaannya kepada Reina.
Di bangku taman Ia memandang langit yang begitu cerah tidak seperti hatinya yang kini dibalut oleh awan berkabut. Ia mendengar langkah kaki mendekat kepadanya namun Ia menggubrisnya. Langkah kaki itu mendekat, semakin dekat hingga tiba dihadapannya.
“ Boleh aku duduk?”
Suara itu, Reina sangat mengenali suara itu. Suara lelaki yang sangat ia cintai namun membuat hatinya hancur berkeping-keping. Ia menatap lelaki itu dan memerlihatkan senyuman kecil yang tergambar di wajahnya. Reina hanya menggangguk mendengar permintaan lelaki itu.
Keheningan menyelimuti suasana mereka. Angin melewati bahu mereka, menerpa wajah mereka. Mungkin ingin menyadarkan bahwa waktu sangat berarti bagi mereka.
“ Aku tadi liat kamu keluar dari Catarina Café, kamu tahu aku ada di sana? “
Reina hanya menggangguk
“ Kenapa kamu gak nemuin aku? “
Reina bernapas panjang
“ Aku takut ganggu kamu “
“ Kamu udah liat wanita itu?”
Sekali lagi Reina menggangguk
“ Aku sangat menyukainya, dan saat ini dia sudah jadi pacarku. Kamu ga masalah kan? “
Ya aku bermasalah, sangat bermasalah. Tidak tahukah kamu bahwa aku memiliki perasaan khusus untuk kamu? Batin Reina
Tidak ada jawaban. Mereka sama-sama terdiam. Memendam perasaaan sangat sakit, hatimu seperti tercabik ketika kau hanya terus memendamnya, menguburnya hingga perasaan itu akan menyumbat aliran darahmu.
“ Aku suka kamu Vin “
Kevin tidak kaget mendengar pernyataan Reina
“ Maaf. Maafin aku Na. kamu hanya sahabat aku, ga lebih. Dan ga akan jadi lebih “
Reina merasa ada perasaan yang mulai menggerogoti hatinya.
“ Tapi kenapa aku merasa kamu seperti memiliki perasaan yang sama denganku? Dengan semua sikap kamu ke aku, tatapan mata kamu, aku merasa seolah-olah aku mendapat balasan atas perasaanku ke… “
Belum selesai Reina menyelesaikan kalimatnya. Kevin memotongnya
“ Aku mohon, pangkas habislah perasaan kamu itu Na. sahabat hanyalah sahabat. Aku akan tetap menjadi sahabat. Jangan biarkan perasaan itu menggerogoti hati kamu dengan pertanyaan-pertanyaan kamu itu. Aku sudah memiliki wanita yang aku sukai. Pergilah, hapus perasaan yang kamu simpan ke aku. Aku sayang kamu sebagai sahabat, ga lebih. Maaf aku harus pergi sekarang Na. “
Kevin bangun dan mulai pergi menjauh meninggalkan Reina yang terkapar bisu di bangku taman. Muncul genangan air mata dan Ia mulai menangis. Langit senja ikut menjadi saksi bisu kesedihan Reina.
Apa kau tahu bagaimana rasanya menyimpan tanda tanya besar dalam dadamu? menyimpan suatu rahasia hati tentang kisah cinta terpendam. Pernahkah kamu merasakannya? merasakan bahwa dirimu dipenuhi gejolak rasa iri pada seseorang yang telah memikat hatimu dan melihatmu menatapnya dengan senyum bahagia? dan kau hanya menatapku sebagai sahabatmu. Pernahkah kau mencoba masuk ke dalam hatiku melihat ke dalam sana, jika kau ingin tahu apa yang ada di dalam sana kau akan tahu bahwa selama ini aku menyimpannya, menyimpan namamu dalam ukiran penuh harap dalam hatiku. Batin Reina.
Hingga akhirnya akibat permintaan sahabat sekaligus lelaki yang dicintainya Reina harus mulai pergi meninggalkan luka lama. Luka akibat memendam perasaan yang begitu lama. Ia menyesal telah memiliki perasaan itu. Saat ini Ia harus pergi meninggalkan luka lama itu. Ukiran nama Kevin di hatinya harus segera ia hilangkan. Tidak mudah memang namun Ia hanya bisa berusaha. Ia hanya membutuhkan waktu saja. Tanpa kepastian akan kepastian Kevin Reina harus segera mungkin pergi melupakannya. Lelaki yang sangat dicintainya.

No comments:

Post a Comment