Sunday 1 April 2018

1_My Biggest Dreams In Future


Kali ini gue akan melakukan writing challenge di hari pertama bulan april mengenai your biggest dream. Saat menduduki bangku SD kita semua pernah ditanya what do you want to be in future? Dan kemudian gue jawab gue mau jadi guru. Kenapa? Karna bagi gue guru itu terlihat pintar dan guru memberikan manfaat bagi orang lain, karena penjelasannya di kelas kita gue jadi mengerti kenapa 1/2+3/2 = 2.

Tapi kemudian waktu berlalu, gue beranjak menjadi anak ABG di SMP dan mulai mengenal hal lain. Gue punya tetangga yang ternyata anaknya ngoleksi banyak buku sehingga itu membuat gue sering mampir ke rumahnya buat baca buku atau buat minjem buku, berasa rumahnya tuh perpustakaan umum.

Setelah baca buku gue berpikir kalau gue ga bisa jadi guru karena gue ga sesabar guru buat mengajarkan materi ke orang lain. Dan gue tertarik untuk jadi penulis, karena JK Rowling. Siapa sih yang gak ngefans sama JK Rowling? Dia penulis yang meluncurkan 7 seri buku harry potter, Harry potter itu fiksi tapi kenapa tergambar di otak gue tentang masalah yg dialami harry potter. Dan akhirnya gue berpikir jadi penulis adalah ide yang bagus, gue bisa membuat orang menggambarkan tokoh yang gue tulis dalam pikirannya. Dan ga semua bisa jadi penulis kan?

Kemudian gue beranjak menjadi ABG sok Dewasa karna gue duduk di bangku SMA. Saat itu kelas 10 SMA dan hobi gue nonton drama korea di TV Ikan Terbang pagi2 karna gue masuk sekolah siang. Dan suatu ketika ada berita heboh tentang sepakbola, karena ada pemain yang melakukan goal terus menerus di pertandingan apa gtu dan namanya irfan backhdim. Dan kenapa dia diperbincangkan di semua media? Dan tentu aja itu pertama kalinya gue jatuh cinta sama media. Sejak gue SD, berita yang ditampilkan di tv tuh serem semua pasti lebih terkesan kelam dan berita yang sering muncul adalah berita pemerkosaan, penculikan dan pembunuhan.

Karena berita itu membuat gue takut banget *yaiyalah ya jaman SD nonton berita kayak gitu*. Kemudian pas jamannya pimnas 10 klo gasalah namanya, dan media yang gue tonton adalah 8-11 show di metro tv dan news achornya adalah tommy tjokro, marissa anita dan prabu revolusi. Seketika bayangan gue betapa seremnya media memudar. Gue jadi sering mantengin 8-11 show di sela sela iklan drama korea. Dan ada juga berita showbuzz tentang lagunya firework katy perry bahkan ditayangin MVnya pula, ada juga info film-film yang lagi tayang di bioskop. Pokoknya berita yang disajikan dinamis banget ga kaku kayak berita2 di pagi hari, siang dan malem hari yang lagi-lagi berita pembunuhan ataupun pemerkosaan. Dan itu pertama kalinya gue jatuh cinta sama media, gue jatuh cinta sama pekerjaan jurnalis, reporter dan news anchor. Why? Karena lagi2 mereka terlihat sangat pintar di mata gue. Bahasa inggris udah musti banget jadi bahasa sehari-hari jadi lidahnya ga akan kaku lagi pas ngomong bahasa inggris. Otaknya tentu ga boleh kopong karena tugas mereka menyajikan berita untuk masyarakat, kalau penyaji beritanya aja ga update berita gimana mau menyajikan ke khalayak ramai coba? Ibaratnya mau buka restoran dan ada orang dateng eh ternyata di restoran itu ga ada yang bisa masak kan.

Ketika kelas 10 ada pelajaran conversesion dan ditanya " what do you want to be in future?" Gue akan jawab dengan lantang "I want to be reporter". Pas kelas 11 ditanya hal serupa di depan kelas gue akan jawab dengan lantang tanpa keraguan " I want to be reporter" padahal temen2 sekelas  gue pun banyak yang pengen jadi reporter, meskipun bisa dibilang bersaing, gue tetep keukeuh gaada yang bisa membuat gue menyerah dengan mimpi gue. Kemudian beranjak ke kelas 12 lagi-lagi pas ada pertanyaan hal serupa gue jawab lagi kalau gue mau jadi reporter. Kenapa? Karena reporter itu harus pintar dan sangat intelek. Dan tentu aja membuat mindset gue akan pria idaman gue yaitu cowok yang pintar kalau bisa reporter/news anchor deh. Gue suka ketika tommy tjokro ngomong dan ketika dia menyampaikan informasi terus diskusi dengan marrisa anita dan prabu revolusi, seketika gue teriak "aaa gue pengen nikah sama tommy tjokro" *yaa sebelum mengenal oppa oppa korea tampan menggemaskan tipe ideal gue untuk gue jadikan suami adalah tommy tjokro 😂*

Kemudian di kelas 12 ada masa-masa kritis dimana mimpi lo bisa jadi taruhan akan masa depan lo. Masa-masa mencari perguruan tinggi adalah masa-masa kritis setelah UN, karena akan mengukur selama SMA gue belajar apa sih? Gue bisa tembus Univ negeri A, Akademik B, atau institut C ga sih? Otak gue mampu ga bersaing dengan orang2 pintar diluar sana yang kalau mereka tidur pun mereka masih bisa menyimak omongan guru/dosen *orang-orang jenius*. Gue mulai ragu apakah yakin jurusan brodcast yang mau gue pilih?. Setelah ngegalau ria melebihi galauku padanya* gue memutuskan untuk lari memilih IPB *yuk pilih IPB, ikutan promosi*. Hal yang menarik perhatian gue semenjak SMA adalah psikologi, komunikasi dan sastra. Kenapa psikologi? Ini karena efek abis baca a child called it dan gue pengen belajar psikologi untuk menangani anak-anak yang punya trauma, eh tapi malah dikatain "emang mau ngurusin orang gila?" Seketika gue bilang *dalem hati* emang psikologi ngurusin orang gila doang apa.

 Kemudian gue memilih jurusan komunikasi s1 tapi ga lolos di SNMPTN, nilai raporku ga cukup untuk bersaing di nasional 😂. Dan karna gamau kecewa  dua kali gue memilih untuk jurusan meteorologi terapan di IPB. Ko jauh banget? Ya karna dari semua fakultas di IPB yang terdengar familiar cuma Mipa dan yang paling bikin gue penasaran adalah meteorologi terapan *lagi-lagi efek kebanyakan nonton film hollywood tentang bencana, tsunami dll *

Tapi jurnalis tetep dong ada di hati gue, so gue memutuskan untuk ngeapply jadi reporter di Lembaga Pers Kampus IPB bernama koran kampus (korpus). Semenjak gue SMA gue emang udah tertarik untuk menulis dan di Korpus gue belajar banyak tentang etika jurnalistik sampai cara menulis berita. Korpus ibarat pelarian yang membuat gue bahagia. Gue bahagia ketemu orang banyak, bisa mendapat ilmu baru dari narasumber dan tentunya gue mencari hal baru untuk gue tulis karena tentu aja gue gaboleh kopong dong.

Kemudian tahun 2015 gue apply jadi freelancer di Koran sindo di rubrik gensindo tepatnya, gue nulis 5 kali di sela2 freelance lainnya, tugas liputan korpus, dan tugas kuliah yang bejibun. Tapi gue bahagia banget selama ngerjain semua tugas itu, gue merasa hidup. Capek? Pasti. Ketika temen2 gue pada sibuk refreshing main sama pacarnyalah gue sibuk nulis, janji temu sama narsum dan wawancara narsum. Dan gue juga aktif di komunitas liputan6.com jadi gue sering ikut acaranya mereka, bahkan ketika ke gedung SCTV, sama pemimpin redaksinya gue dikenalin sama news anchor ganteng, gue bahkan lupa siapa namanya saking salah fokus *degdegan bo, biasa liat di tv eh ketemu langsung*. Gak cuma itu, gue bahkan bisa masuk ke perpustakaan kompas untuk liat koran pertama mereka dan baca2 buku disana, banyak pengalaman yang bahkan gue sendiri ga nyangka bisa dapet kesempatan itu.

Dan sampailah pada titik dimana gue sebagai jobseeker, dan karena tujuan dan impian gue sejak SMA udah mantep yaitu jadi reporter. Maka pekerjaan yang gue cari adalah berkaitan dengan media. Gue ngelamar jadi scriptwriter, content writer dan reporter. Gue ngelamar jadi reporter di Koran sindo, era.id dan Viva (satu grup dengan TV one bedanya fokus ke media online). Dan ketika interview di koran sindo gue kira hanya tes psikotest dan interview tapi nyatanya tes psikotes, mengerjakan 100 soal yang berisi politik sosial olahraga ekonomi dan lainnya *yang tentu aja pernah diliput sama media* mampus kan gue mana setelah jadi alumni korpus gue jarang baca berita pula gue ga ngerti masalah olahraga pula. Kemudian selesai test akhirnya waktunya interview, dan saat interview gue ditanya bisa bahasa inggris ga karna bagi reporter bahasa inggris itu wajib bisa dan lancar, alhamdulillah gue melewatinya dengan baik. Dan karena di cv gue nulis bisa bahasa korea, dimintalah gue ngomong pake bahasa korea. Tanpa persiapan dan apa adanya ditambah degdegan takut salah dan lupa. Tapi sayang sampe sekarang belum ada info gue lulus jadi reporternya atau engga. Kemudian saat di Viva gue lolos dan udah tawar menawar gaji tapi sayangnya gue tolak karena gak direstui sama ibu *berasa putus sama pacar karena lagi sayang sayangnya karena mama papa melarang hiks* ( ada postingan khusus tentang pengalaman interview di Viva, next yaaa ).

So harapan gue menjadi reporter tentu udah pupus tapi engga menjadi penulis. Gue akan tetap bertahan dengan cita cita gue menjadi penulis. Dan saat ini pun gue fokus mengembangkan website korean entertaiment Hallyuvibe.com (yok kunjungi websitenya) dan cita-cita team hallyu adalah bisa liputan MAMA atau Music bank dan tentu aja ke korea *semoga ada investor ataupun orang dimanapun berada yang mau mengajak kerjasama ^^ *.

Dan balik lagi ke topik "my biggest dream" maka gue akan jawab gue ingin menjadi penulis, gue ingin mengembangkan hallyuvibe menjadi media tentang korean entertaiment yang mana setiap orang akan punya akses untuk nulis, hanya buat akun dan bisa nulis bebas berkaitan tentang rubrik yang disediakan di website. Kemudian karena pada dasarnya gue suka banget bermain sama anak-anak dan kebetulan gue saat ini lagi mendapat amanah punya 4 siswa yang membuat gue mengajar mereka. Gue berpikir untuk membuat sekolah atau tempat les dan ga cuma fokus di akademik tapi non akademik. Dan alhamdulillahnya gue ketemu temen2 yang satu visi misi, maka kita berniat untuk nabung dan semoga aja kecapai mimpi ini.

 Gue pun ingin membuat rumah seperti panti asuhan tapi bukan hanya untuk anak-anak yang gak punya orang tua tapi anak-anak jalanan yang emang mau diatur dengan baik sehingga memiliki attitude yang baik dan mau diberi pelajaran agar bisa mengejar anak2 yang sekolah. Karena ayah gue meninggal saat gue kelas 6 SD dan cukup banyak orang yang sayang sama gue sebagai anak yatim, mereka menyantuni gue dan gue pengen membalas kebaikan orang-orang tersebut dan tentu aja untuk ayah gue dengan cara memberikan santuan juga kepada orang lain yang membutuhkan. Selain sekolah gue pun emang udah lama pengen bikin perpustakaan umum dan membuat orang2 terutama anak2 memiliki minat baca yang tinggi. Makanya kalau ke mall gue pali g suka mampir ke toko buku dan kalau punya uang berlebih gue akan beli buku dan kalau lagi bazar besar-besaran gue akan beli banyak buku dan gue taruh di kamar bahkan walaupun belum gue baca tapi udah pasti gue sampul bukunya. Gue ga pernah rela buku gue rusak ataupun ilang lecek pun gue ga suka hahaha, karena gue ingin buku itu bertahan sangat lama. Dan kebetulan ibu punya butik ya masih kecil sih cuma punya 3 karyawan namanya shalsa modiste. Mimpi gue selanjutnya adalah membuat butik ini menjadi besar.

 Terlalu mengkhayalkan mimpi-mimpi gue? Mungkin bagi sebagian orang akan berpikir kayak gitu. Tapi gue percaya Allah akan memberikan sesuatu selama hambanya mau berdoa dan terus berusaha. Gue akan terus berusaha sampai gue bisa menggapai mimpi-mimpi gue tersebut. So shalsa selama 5 tahun lagi akan melihat tulisan ini semoga salah satu mimpi terbesar lo bisa menjadi nyata.

No comments:

Post a Comment