Menjelang hari penuh mendebarkan, jadi suka mikir " are we fit in each other?" bisakah saling membahagiakan, bisakah merasa cukup dan berhenti mewarnai dengan pertengkaran?
Untuk orang yang ingin jadi prioritas utama, tentunya ingin diperlakukan manis, dimanja, dijadikan prioritas, dijadikan satu satunya tempat. Aku tipikal orang yang kalau dikasih 10 akan membalikannya berkali kali lipat, diperlakukan manis, I will give you my sweetest side. Dikasih kata kata baik, akan mengembalikan dengan kata baik juga. Tapi kalau dikerasin, akan tambah keras. Bisa jadi dicuekin dan dikasih silent treatment, akan balikin kasih silent treatment sampe 1 bulan juga bisa. Stubborn dan rese memang!
Dari beberapa tips yang pernah dibaca sesuai riset ilmiah tentang cinta, kalau mau hubungan serius, mau nikah, maka jalani hubungan 1 tahun dulu minimal, biar jadi konsistensi setiap perlakuannya, bukan cuma love bombing dan yang dibawa ke pernikahan adalah sisi orang yang depan kita luar dalam bukan sisi baiknya aja. 2 tahun menjalani hubungan dan selalu ditanya kapan nikah, gue selalu maju mundur dan dihantam sama pertanyaan dari pikiran sendiri "yakin dia yang mau diajak kerjasama dalam pernikahan?". Some part iya, tapi beberapa lainnya engga, karena kenyataannya kita lebih banyak perdebatan dan bertengkar. Tapi dia selalu jadi sosok yang ingin gue ajak buat jalan maupun lari, tangan yang ingin gue genggam, yang ingin dipeluk, ingin dimasakin dan gue kasih my best version.
Tapi ketidakpuasan selalu ada karena muncul perbandingan. siapa yang gak suka buat dimanisin, digombalin, dimanja? gue bukan orang untuk dijadikan saingan kan? harusnya dijadikan tempat satu satunya yang bisa digombalin, dimanisin dan dimanja. meskipun tau sama kenyataan bahwa love bombing untuk menggaet dan memberikan kesan pria idaman itu selalu ada dan itu yang dijadikan perbandingan. kenapa ke dia bisa? ke gue engga? dan ketidakpuasan muncul disitu. Kalau ditelaah, i think insecurity hit me. Untuk orang yang 2 tahun disamping dia tanpa macem-macem, kenapa harus selalu gue yang minta, tanpa dia kasih inisiatif. kenapa orang lain stranger yang dikasih bukan gue. Muaranya di insecurity dengan cloud " I am not good enough. Kerelaan ngeluarin uang buat orang lain, kerelaan buat staycation". Good side adalah he protect me and wont let me be one of his desire. Tapi gue selalu ingin jadi prioritas dan mau jadi semua hal, baik dan buruknya.
Kadang gue suka bertanya-tanya, I am kind of stubborn, cewek rese, ngeselin ngajak ribut, tapi kenapa dia selalu ingin stay? I have bad habbit, I push away people around me, including him. and lonely comes and be my friends then I just be workaholic. bergantung pada hal yang gak punya peluang berkhianat. I see the worst of the world and people. Ternyata ketika liat buku psikologi, gue termasuk avoidant attachment alias yang punya kelekatan menghindar, dimana sinisme jadi proteksi diri agar gak disakiti. I dont see married good things untuk dijalani, karena kenyataannya banyak yang gagal, dan aku benci kegagalan.
dalam buku yoon hong gyun dia nulis gini "tipe ini terlihat tangguh dan dingin diluar, tapi jauh di hatinya mereka ingin dicintai. golongan ini lebih suka menjauh dari dunia dan menjadikan pekerjaan jadi tempat berlindung". Ketika recall lagi memori saat dulu beberapa tahun lalu di kuliah, ketika habis putus cinta dan abis dikhianati, gue berhenti untuk menemukan cinta, I dont trust people and I dont trust love. Alhasil, dari 24/7 dipake buat kerja, freelance, banyak kesibukan yang akhirnya waktunya dipake buat tidur. Sekarang pun kayak gitu, disaat dia lagi fokus yang lain dan setelah habis banyak peristiwa traumatic, gue jadi lebih suka kerja, berapa kali gue bekerja sampe jam 2 atau ketika dia sibuk lembur atau main sama keponakan dan waktunya gue pake buat bekerja, sebenernya waktunya bisa dipake buat rehat, tapi kayak ga enak, bener kata hong gyun, ternyata gue menjadikan bekerja sebagai perlindungan diri akan dunia.
Dan di 2 tahun merayakan ulang tahun, banyak kecewanya. Mungkin gue yang terlalu banyak ekspektasi, ulang tahun kedua lebih parah, bukan cuma kecewa tapi marah, benci pun ada. Untuk orang yang dipercaya tapi ternyata jadi orang sejahat itu bikin gue berpikir bukan mau meninggalkan dia, tapi berhenti berharap sama dia, akhirnya kembali lagi ke diri gue yang mengunci diri di Kpop, dikamar dan kerja. dan di 2 tahun hubungan, ada banyak harapan dikasih bunga karena gue suka hal yang manis dan indah, tapi dia kasih ketika hubungan kita hancur yang akhirnya bunganya gue lempar pula depan muka dia. Siapa yang gak suka bunga? siapa yang gak suka hal manis ? bulan july adalah titik puncak gue gak sabar dan terlalu muak berharap pada hal yang sebenernya gak bisa. Ketika kita gabisa mengubah orang lain, kita ga punya cara lain selain kita yang harus memilih kan? I leave him so cruel. gue kira dengan gue sejahat itu, dia akan pergi ninggalin gue, keluar kata kata kasar dan gak peduli. but no, he homorraging pain dengan mata merah dan rasa kecewa. gue jadi yakin bahwa ketika kita nyakitin orang yang kita cinta, kita berkali kali nyakitin diri kita juga.
Apakah di 2 tahun pernah bosan? I do, always. Siapa yang gak bosen selalu jadi prioritas akhir. Siapa yang gak bosen, dihubungin ketika dia kosong lowong lalu kemudian ditinggal tidur, siapa yang gak bosen di setiap percakapan banyak ngomongin ornag lain bukan kita,siapa yang gak bosen cuma berharap bisa dijemput, bisa jalan jalan keluar kota yang jauh dan nginep tapi dia selalu bilang kalau udah nikah kita bisa bebas kemanapun, gue bahkan bosan dengan pertanyaan lagi apa? udah makan belum? dsb gue marah ketika gue merasakan bosen kayak gini. berkali kali tawaran orang lain lebih menggiurkan, berapa banyak orang nawarin diri anter jemput, dateng nyamperin gue di cafe maupun di gym, ada juga yang ngajakin ke luar kota buat jalan jalan hanya buat ngilangin penat. Tapi gue selalu bertahan dan percaya bahwa banyak yang baik diluar sana, tapi banyak juga yang brengsek dan jahat dari pasangan yang sekarang. Rumput tetangga lebih hijau, memang. Tapi kehilangan waktu dengan orang yang sekarang untuk desire kan ga fair ya. karena kebosanan ini, gue 2x ke psikolog dan bilang kalau gue merasakan emotionally unavailable partner. Gue bahkan bilang sama dia kalau kita kayak 2 orang yang jalan di jalan yang berbeda dengan tujuan yang berbeda. gue disebelah dia, tapi jalan dia terlalu cepet dan gue tertinggal dibelakang, alhasil dia ga liat gue karena tujuan dia bukan gue, jadi karena gue terlalu tidak terlihat, banyak kanan kiri godaan yang bikin gue merasa tertinggal jauh. Semakin marah karena disaat gue unavailable emotional dan merasa bosan, dia yang selingkuh.
Gue selalu menantikan bisa liburan jauh sama dia berdua karena 2 tahun ini udah bersabar dan sampai akhirnya dia main belakang, gue juga selalu menantikan dia bisa manis manis, ngasih bunga, so sweet segala macem, tapi tiap kali gue minta dia selalu alasan ga perlu diminta, tapi kalau gue diemin, dia gakan ngasih juga sampai akhirnya bunga yang sampai ke tangan gue adalah bunga yang nyimpen memori menyedihkan. gue selalu berharap dianter jemput sama dia, ketika dia selalu bilang dia melakukan itu buat keluarganya, ternyata gue harus bersabar sampai akhirnya pisah dulu dan baru merasakan di jemput malem-malem sama dia. harus marah dan benci dulu baru bisa dianter ke toko buku, harus pisah dulu baru diajak jalan jauh.
Gue kadang jadi mikir, kasian dia terlalu banyak tuntutan sana sini karena mengharapkan hal lain yang gak bisa dia kasih ke gue. gue cuma pengen jadi semua love languages yang bisa dia kasih, bukan karena act service doang akhirnya physical touch atau word of affirmation dia kasih ke orang lain. gue gak mau cuma jadi orang yang kasih motivasi dia doang, tapi pengen jadi semua hal yang dia inginkan. So far berjalan, dia jadi orang yang bergerak dan bertumbuh. gue gatau akan jadi apa pernikahan kita karena 2 orang dengan keras kepala jadi satu ditambah gue yang belum sembuh dari luka dan trauma ditambah dia yang sedang belajar dan membuktikan. bener kata Ka dharma, dia sedang belajar dan bertumbuh, apakah kamu siap mendampingi dia dan bersabar? apakah kamu siap dengan jatuh bangunnya dia?
Tapi kenal dia dari 2 tahun yang lalu, gue seneng melihat perubahan dia ke arah yang lebih baik, dibalik dia yang pernah jahat, banyak perubahan yang dia kasih liat. semoga konsisten dan setelah menikah pun seperti itu. gue selalu percaya bahwa dia akan bisa meraih mimpi dia, kalau dia konsisten dan bisa melawan dirinya sendiri. dia yang selalu ingin bersikap manly, dia tetep jadi anak manis yang selalu berdiam diri ketika ada masalah, sayangnya ketemu gue yang ngajak ribut kalau dicuekin.