Pagi ini matahari bersinar sangat
terang. Seterang hati Reina yang sedang berbunga mendapatkan kejutan kecil
ulang tahunnya yang diberikan Kevin, sahabat sekaligus orang yang membuatnya
jatuh hati padanya. Kevin memberikan kado terindah yang tak dapat ia lupakan.
Kevin membuatkan lagu untuk Reina, ia juga melantunkan sebuah lagu tersebut di
hadapan Reina. Bahagia rasanya, perasaan yang ia rasakan kini membuatnya merasa
bahwa dunia berpihak padanya dan satu hal lagi yang membuatnya bahagia Kevin
selalu ada buatnya.
“ Na, Happy birthday ya? Semoga kamu
tambah pinter, baik, sholehah dan wish you all the best lah. Dan yang paling
penting adalah kamu bisa selalu jadi sahabat terbaik aku “
Kalimat terakhir itu membuat sekujur tubuh Reina meradang dan
membuat jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat. Mengapa kalimat itu
membuatnya merasa bersalah? Salahkah Ia merasakan jatuh cinta pada sahabatnya
yang selalu ada buatnya? Perasaan itu terjadi begitu saja, dari hobi yang sama,
kecintaan terhadap musik, dan waktu yang mereka habiskan bersama membuat Reina
merasakah ada hal lain yang ada di hatinya, perasaan hangat yang membuat
hatinya luluh bertekuk lutut menatap cinta.
Reina memperlihatkan senyum tipisnya mengingat kalimat Kevin
“ Kamu kenapa? Kamu ga suka ya sama kejutan yang aku kasih ke
kamu? “
“ Eh, engga kok Vin, aku suka. Suka banget malah. Makasih ya? “
“ Oh iya aku lupa, ini buat kamu “ Kevin mengeluarkan hadiah kecil
lalu membukanya, ia mengeluarkan kalung liontin berinisial R dan sesegera
mungkin menanggalkan liontin itu di leher Reina.
Terkaget mendapat kejutan indah dari sahabatnya ini membuat
hatinya berdebar kencang.
“ Gimana kamu suka ga liontin itu? “
“ Aku suka banget Vin, serius deh. Makasih ya? “
“ Hehe, ternyata aku pinter milih juga ya? Sama-sama Na, kamu
cantik deh pake liontin itu “
Tanpa Reina sadari ternyata Kevin sedang memerhatikannya sambil
tersenyum. Ia melihat jam tangannya dan waktu sudah menunjukan pukul 10.00,
setengah jam lagi ia ada janji dengan seseorang sudah seharusnya ia berpamitan
dengan Reina, pikirnya.
“ Hmm Na, maaf banget ya aku harus pergi. Aku ada janji dengan
seseorang. Aku janji nanti malem aku pasti ke rumah kamu kok abis magrib kan?
Aku janji akan datang tepat waktu kok. Aku duluan ya Na. bye “
Dengan segera ia pergi meninggalkan Reina, ada perasaan kecewa
yang terpancar di wajahnya. Padahal untuk hari specialnya ini ia ingin
menghabiskan waktunya dengan Kevin namun kini harapannya pupus. Ada sesuatu
yang ingin ia sampaikan mengenai hatinya kepada Kevin, perasaan ini tidak boleh
hanya terkubur di hatinya, ia harus menyampaikan bahwa nama Kevin sudah
mengukir hati dan kehidupannya.
Ada yang harus Reina sampaikan pada Kevin dan semua perasaannya
harus segera Kevin ketahui, Ia tidak bisa memendamnya terus menerus. Ia terus
menghubungi ponsel Kevin namun tak ada jawaban.
Kemana sih dia?
kok ga diangkat? Tanya Reina dalam hati
Reina membutuhkan waktu untuk menjernihkan pikirannya, karena
sedari tadi pikirannya melayang kepada Kevin. Ia memutuskan untuk pergi ke
Catarina Cafe, Ia sengaja memilih meja yang mengarah ke pintu masuk. Ia mencoba
mengalihkan pikirannya dari Kevin dengan memilih menu-menu makanan yang tertera
di sana. Setelah memilih menu, ia meletakkan buku menu dan melihat waiter yang
menulis pesannya pergi menjauhinya.
Setelah beberapa saat Ia menunggu tiba-tiba terkejut dengan apa
yang dilihatnya. Kevin datang berdua dengan wanita lain. Hatinya sakit seperti
teriris oleh belati tajam. Ia menghirup napas panjang namun ia merasakan
sesuatu menekan dadanya, api yang tidak di kenali pun
mulai membakar hatinya. Ada pucuk kesedihan yang terpancar dari wajahnya.
Mengapa hatinya begitu sakit melihat orang yang Ia cintai bahagia. Pepatah Cinta tidak harus memiliki tidak berlaku
baginya, dengan tidak memiliki sahabatnya ini, Ia merasakan hatinya panas
membara.
Ia memutuskan keluar dari café itu.
Namun tanpa Ia sadari Kevin menyadari Reina yang sedang berjalan keluar Café.
Dengan hentakan napas panjang Ia mulai mengalihkan pikirannya kembali ke wanita
yang kini dihadapannya, Chika. Wanita yang ia sukai namun wanita ini tidak
dapat meredam perasaannya kepada Reina.
Di bangku taman Ia memandang langit
yang begitu cerah tidak seperti hatinya yang kini dibalut oleh awan berkabut.
Ia mendengar langkah kaki mendekat kepadanya namun Ia menggubrisnya. Langkah
kaki itu mendekat, semakin dekat hingga tiba dihadapannya.
“ Boleh aku duduk?”
Suara itu, Reina sangat mengenali
suara itu. Suara lelaki yang sangat ia cintai namun membuat hatinya hancur
berkeping-keping. Ia menatap lelaki itu dan memerlihatkan senyuman kecil yang
tergambar di wajahnya. Reina hanya menggangguk mendengar permintaan lelaki itu.
Keheningan menyelimuti suasana mereka.
Angin melewati bahu mereka, menerpa wajah mereka. Mungkin ingin menyadarkan
bahwa waktu sangat berarti bagi mereka.
“ Aku tadi liat kamu keluar dari
Catarina Café, kamu tahu aku ada di sana? “
Reina hanya menggangguk
“ Kenapa kamu gak nemuin aku? “
Reina bernapas panjang
“ Aku takut ganggu kamu “
“ Kamu udah liat wanita itu?”
Sekali lagi Reina menggangguk
“ Aku sangat menyukainya, dan saat ini
dia sudah jadi pacarku. Kamu ga masalah kan? “
Ya
aku bermasalah, sangat bermasalah. Tidak tahukah kamu bahwa aku memiliki
perasaan khusus untuk kamu? Batin
Reina
Tidak ada jawaban. Mereka sama-sama
terdiam. Memendam perasaaan sangat sakit, hatimu seperti tercabik ketika kau
hanya terus memendamnya, menguburnya hingga perasaan itu akan menyumbat aliran
darahmu.
“ Aku suka kamu Vin “
Kevin tidak kaget mendengar pernyataan
Reina
“ Maaf. Maafin aku Na. kamu hanya
sahabat aku, ga lebih. Dan ga akan jadi lebih “
Reina merasa ada perasaan yang mulai
menggerogoti hatinya.
“ Tapi kenapa aku merasa kamu seperti
memiliki perasaan yang sama denganku? Dengan semua sikap kamu ke aku, tatapan
mata kamu, aku merasa seolah-olah aku mendapat balasan atas perasaanku ke… “
Belum selesai Reina menyelesaikan
kalimatnya. Kevin memotongnya
“ Aku mohon, pangkas habislah perasaan
kamu itu Na. sahabat hanyalah sahabat. Aku akan tetap menjadi sahabat. Jangan
biarkan perasaan itu menggerogoti hati kamu dengan pertanyaan-pertanyaan kamu
itu. Aku sudah memiliki wanita yang aku sukai. Pergilah, hapus perasaan yang
kamu simpan ke aku. Aku sayang kamu sebagai sahabat, ga lebih. Maaf aku harus
pergi sekarang Na. “
Kevin bangun dan mulai pergi menjauh
meninggalkan Reina yang terkapar bisu di bangku taman. Muncul genangan air mata
dan Ia mulai menangis. Langit senja ikut menjadi saksi bisu kesedihan Reina.
Apa kau tahu bagaimana rasanya menyimpan tanda tanya besar dalam
dadamu? menyimpan suatu rahasia hati tentang kisah cinta terpendam. Pernahkah
kamu merasakannya? merasakan bahwa dirimu dipenuhi gejolak rasa iri pada
seseorang yang telah memikat hatimu dan melihatmu menatapnya dengan senyum
bahagia? dan kau hanya menatapku sebagai sahabatmu. Pernahkah kau mencoba masuk
ke dalam hatiku melihat ke dalam sana, jika kau ingin tahu apa yang ada di
dalam sana kau akan tahu bahwa selama ini aku menyimpannya, menyimpan namamu
dalam ukiran penuh harap dalam hatiku. Batin Reina.
Hingga akhirnya akibat permintaan
sahabat sekaligus lelaki yang dicintainya Reina harus mulai pergi meninggalkan
luka lama. Luka akibat memendam perasaan yang begitu lama. Ia menyesal telah
memiliki perasaan itu. Saat ini Ia harus pergi meninggalkan luka lama itu.
Ukiran nama Kevin di hatinya harus segera ia hilangkan. Tidak mudah memang
namun Ia hanya bisa berusaha. Ia hanya membutuhkan waktu saja. Tanpa kepastian
akan kepastian Kevin Reina harus segera mungkin pergi melupakannya. Lelaki yang
sangat dicintainya.