Saturday 24 April 2021

Kebiasaan buruk

Aku punya kebiasaan buruk. Setiap kali cemas terhadap sesuatu, ada yang berat di hati sampai bikin napas tuh rasanya berat akhirnya bikin gak bisa tidur. Akhirnya itu tugas playlist youtube brainwave dan deep sleep music untuk membawaku untuk terlelap. Tapi gak segampang itu. Aku perlu meyakinkan diri untuk kembali beristirahat. Aku tarik napas dan hembuskan berkali-kali sambil meyakinkan diri "pikirannya kita simpen besok ya, sekarang kita tidur yuk"

Rasanya ketika orang lain dan dunia terus menghantam, menyerang tanpa ampun, mendengarkan tanpa penuh empati. Bukankah kita harus jadi satu-satunya yang jadi support system diri sendiri? Bukankah kita harus jadi orang yang bukannya lari, tapi memeluk dengan hangat diri sendiri? 

Lalu aku menatap diriku di cermin yang kelelahan setelah berlarut dengan perasaan dan jadi spons atas kalimat menyakitkan orang lain. Mendengarkan dan meresap semuanya sampai lupa bahwa ada diriku yang perlu didengar. Aku menatap lekat diriku di cermin dengan penuh kehangatan. Aku tatap matanya yang sudah bengkak dan merah karena kantung mata yang bocor. Tiba-tiba tanpa aba-aba air mata kembali mengalir dengan deras. 

Ada apa? Kenapa menangis lagi?
Ternyata didengarkan dengan penuh empati itu menenangkan. Butuh kesadaran penuh untuk berempati. Untuk melihat tanpa menghakimi. Meski itu oleh diriku sendiri.

Kebiasaan buruk, mengabaikan hak dan emosi diri lalu kemarahan yang akhirnya meledak didalam rasanya telah menghancurkan aku perlahan. Aku abai terhadap diriku. Aku berharap mereka mendengarkan ketika aku bersedia mendengarkan dengan tulus. Aku memaafkan tapi aku marah ke dalam diri. Aku lupa ada diriku yang perlu diperhatikan.

Aku tatap kembali diriku yang penuh air mata di cermin "hei kamu, menjadi orang yang sensitif, mudah menangis itu tak apa. Kamu udah kuat sejauh ini. Menangis membuat kamu lebih ramah terhadap diri dan sekitar. Menangis gak membuat kamu lemah, menangis itu tanda kamu tau ada yang salah dan anggaplah itu penyalur emosi. Tapi jangan terlalu lekat dengan perasaan. Perasaan itu bukan kamu. Pikiran itupun bukan kamu. Kamu adalah kamu. Beristirahatlah kalau lelah. Tidurlah. Jangan biarkan pikiranmu bahkan mengambil waktu istirahatmu. Lepaskan. Maafkan. Bukan untuk mereka, tapi untuk kamu. Tapi jika itu terlalu berat, luapkan. Biarkan mereka tau kamu kesakitkan dan kamu terluka. Membiarkan mereka tau bahwa kami terluka itu gak salah. Karna kamu itu manusia biasa yang punya hati dan bisa terluka bahkan akibat perkataan orang lain. Makasih udah melangkah sejauh ini. Kita tetap melangkah bersama ya sampai akhir"

No comments:

Post a Comment