Aku memiliki taman yang dihiasi
bunga dengan sangat cantik dihalaman rumah kita-hatimu. Taman itu sangat indah
bahkan aku tak pernah lepas memandanginya. Kau bahkan dengan telaten
merawatnya. Aku sangat bahagia ketika kau merawatnya, memperhatikannya bahkan
memperdulikan taman itu, kau bilang taman itu sangat indah dan betapa
bahagianya kau memilikinya dan kau tidak akan pernah membiarkan bunga-bunga
ditaman itu layu ataupun mati. Aku sangat bahagia mendengarmu bicara seperti
itu, karena aku tidak sendiri merawat bunga ditaman itu tapi ada kau. Sebagian
bunga itu adalah perasaanku.
Namun ketika ku berbahagia
denganmu tanaman liar tumbuh di taman ku, tumbuh menjadi bayi tanaman liar yang
ketika dewasa nanti akan merusak tamanku dan akan membunuh bunga-bunga indahku.
aku marah, sangat marah ketika ada tanaman liar itu masuk tanpa seijinku ke
halaman rumah kita, namun kau sebaliknya, kau tidak marah. Kau bahkan sangat
telaten merawatnya dan memperhatikannya, bahkan kau lupa bahwa ada
bunga-bungaku yang membutuhkan kasih sayangmu seperti dulu, tidak membaginya
dengan siapapun terlebih lagi tanaman liar.
Aku marah karena kau lebih
memperdulikan tanaman liar yang tak tahu asalnya darimana sedangkan kau lupa
dengan bunga-bunga yang kutanam dengan cintamu dihalaman kita. Mengapa harus
ada tanaman liar? Itu pertanyaanku. Mengapa kau membiarkan tanaman liar merusak
halaman kita? Apakah kau mau melihat bunga-bungaku tumbuh layu tanpa dirimu dan
membiarkannya mati begitu saja? Apakah kau tidak tahu, bunga-bungaku lebih rapuh
dibandingkan tanaman liar yang tidak kusukai itu! Mengapa tidak kau pangkas
saja tanaman liar itu? Mengapa kau membiarkannya masuk dalam halaman kita? Tak
henti-hentinya kalimat ini menjadi akar masalah pertengkaran kita. Hanya karena
tanaman liar itu.
Kau hanya berkata bahwa tanaman
liar itu sangat rapuh, ya memang karena masih bayi! Tanaman liar itu akan
menjadi cambuk bagi hatiku jika kau terus mempertahankannya. Mengapa kau tidak
tegas terhadap tanaman liar itu? Apakah kau ingin membiarkan tanaman liar itu
tumbuh dewasa dan masuk ke rumah kita? Aku tidak akan membiarkannya.
Perhatianmu terhadap tanaman liar itu saja sudah membuatku sesak tak bernapas.
Aku kehilangan kepedulianmu terhadap perasaan bunga-bunga yang tumbuh indah
itu. Apakah pernah terlintas dalam benakmu bahwa sudah lama kita merawat taman
kita tanpa kehadiran tanaman liar itu? Apakah kau tidak melihat bahwa
bunga-bungaku merasa iri dan sedikit demi sedikit layu akibat ulahmu.
Aku hanya memintamu bersikap
tegas terhadap tanaman liar itu. Iya bukan siapa, hanya tanaman liar yang hanya
akan membuat tamanku hancur berantakan dan membuat bunga-bungaku mati. Aku memintamu memangkasnya, jangan membiarkan
tanaman liar itu tumbuh seenaknya tapi kau menganggapku berlebihan kau tetap
saja memperdulikannya bahkan kau lupa bahwa bunga-bungaku sakit dengan
kehadiran tanaman liar itu. Jika kau tidak tega memangkasnya biar aku yang aku
bersikap tegas dan memangkasnya, aku akan memangkasnya sampai ke akar sehingga
tidak ada lagi pengganggu dalam taman kita. Tapi kau marah dan masuk ke dalam
rumah dan membiarkanku menangis terguyur air hujan. Kau memilihnya dan membuat
aku basah kuyup kehujanan. Apakah kau tahu? Bunga-bungaku ikut menangis melihat
tindakanmu terhadapku. Kumohon, jangan lakukan ini. Jangan biarkan tanaman liar
itu membuat hubungan kita menjadi seperti ini. Seberapa pentingkah tanaman liar
itu dibandingkan bunga-bungaku yang kita rawat.
Kumohon bersikap tegaslah pada
tanaman liar itu. Jangan kau pedulikan perasaan tanaman liar itu dan mengabaikan
perasaan bunga-bungaku. Tanaman liar itu hanya tersesat dan masuk tanpa seijin
tuan rumah dan tumbuh seenaknya lalu mendapatkan perhatianmu, kepedulianmu
bahkan bunga-bungaku menjadi redup tidak ada lagi warna yang membuat aku
tersenyum jika sikapmu seperti ini. Kumohon jangan bersikap seolah-olah tanaman
liar itu benda yang berharga, apakah kau lebih memilih kehilangan bunga-bungaku
dibandingkan tanaman liar itu? Kumohon tegaslah. Sikapmu membuatku hancur
berantakan. Kau bahkan sampai saat ini belum mempersilahkan diriku masuk ke
dalam rumah kita-hatimu.
Cat:
Bunga-bungaku : hatiku
Tanaman liar : dirinya
Rumah kita : hatimu
Taman kita : hubungan kita
Puisi diatas hanya merupakan
pengungkapan sederhana si penulis yang menganalogikan tanaman sebagai tokoh
untuk mendapatkan kembali hati seseorang yang dicintainya. Puisi metafora yang
menggambarkan perasaan seseorang yang takut kehilangan orang yang dicintainya.
Semoga berkesan sangat positif terhadap pembaca. Maaf jika masih ada kesalahan
karena saya pun belajar
Salam penulis
Shalsa