Saturday 28 July 2012

Metafora antara bunga, tanaman liar dan rumah kita


Aku memiliki taman yang dihiasi bunga dengan sangat cantik dihalaman rumah kita-hatimu. Taman itu sangat indah bahkan aku tak pernah lepas memandanginya. Kau bahkan dengan telaten merawatnya. Aku sangat bahagia ketika kau merawatnya, memperhatikannya bahkan memperdulikan taman itu, kau bilang taman itu sangat indah dan betapa bahagianya kau memilikinya dan kau tidak akan pernah membiarkan bunga-bunga ditaman itu layu ataupun mati. Aku sangat bahagia mendengarmu bicara seperti itu, karena aku tidak sendiri merawat bunga ditaman itu tapi ada kau. Sebagian bunga itu adalah perasaanku.

Namun ketika ku berbahagia denganmu tanaman liar tumbuh di taman ku, tumbuh menjadi bayi tanaman liar yang ketika dewasa nanti akan merusak tamanku dan akan membunuh bunga-bunga indahku. aku marah, sangat marah ketika ada tanaman liar itu masuk tanpa seijinku ke halaman rumah kita, namun kau sebaliknya, kau tidak marah. Kau bahkan sangat telaten merawatnya dan memperhatikannya, bahkan kau lupa bahwa ada bunga-bungaku yang membutuhkan kasih sayangmu seperti dulu, tidak membaginya dengan siapapun terlebih lagi tanaman liar. 

Aku marah karena kau lebih memperdulikan tanaman liar yang tak tahu asalnya darimana sedangkan kau lupa dengan bunga-bunga yang kutanam dengan cintamu dihalaman kita. Mengapa harus ada tanaman liar? Itu pertanyaanku. Mengapa kau membiarkan tanaman liar merusak halaman kita? Apakah kau mau melihat bunga-bungaku tumbuh layu tanpa dirimu dan membiarkannya mati begitu saja? Apakah kau tidak tahu, bunga-bungaku lebih rapuh dibandingkan tanaman liar yang tidak kusukai itu! Mengapa tidak kau pangkas saja tanaman liar itu? Mengapa kau membiarkannya masuk dalam halaman kita? Tak henti-hentinya kalimat ini menjadi akar masalah pertengkaran kita. Hanya karena tanaman liar itu.

Kau hanya berkata bahwa tanaman liar itu sangat rapuh, ya memang karena masih bayi! Tanaman liar itu akan menjadi cambuk bagi hatiku jika kau terus mempertahankannya. Mengapa kau tidak tegas terhadap tanaman liar itu? Apakah kau ingin membiarkan tanaman liar itu tumbuh dewasa dan masuk ke rumah kita? Aku tidak akan membiarkannya. Perhatianmu terhadap tanaman liar itu saja sudah membuatku sesak tak bernapas. Aku kehilangan kepedulianmu terhadap perasaan bunga-bunga yang tumbuh indah itu. Apakah pernah terlintas dalam benakmu bahwa sudah lama kita merawat taman kita tanpa kehadiran tanaman liar itu? Apakah kau tidak melihat bahwa bunga-bungaku merasa iri dan sedikit demi sedikit layu akibat ulahmu. 

Aku hanya memintamu bersikap tegas terhadap tanaman liar itu. Iya bukan siapa, hanya tanaman liar yang hanya akan membuat tamanku hancur berantakan dan membuat bunga-bungaku mati.  Aku memintamu memangkasnya, jangan membiarkan tanaman liar itu tumbuh seenaknya tapi kau menganggapku berlebihan kau tetap saja memperdulikannya bahkan kau lupa bahwa bunga-bungaku sakit dengan kehadiran tanaman liar itu. Jika kau tidak tega memangkasnya biar aku yang aku bersikap tegas dan memangkasnya, aku akan memangkasnya sampai ke akar sehingga tidak ada lagi pengganggu dalam taman kita. Tapi kau marah dan masuk ke dalam rumah dan membiarkanku menangis terguyur air hujan. Kau memilihnya dan membuat aku basah kuyup kehujanan. Apakah kau tahu? Bunga-bungaku ikut menangis melihat tindakanmu terhadapku. Kumohon, jangan lakukan ini. Jangan biarkan tanaman liar itu membuat hubungan kita menjadi seperti ini. Seberapa pentingkah tanaman liar itu dibandingkan bunga-bungaku yang kita rawat. 

Kumohon bersikap tegaslah pada tanaman liar itu. Jangan kau pedulikan perasaan tanaman liar itu dan mengabaikan perasaan bunga-bungaku. Tanaman liar itu hanya tersesat dan masuk tanpa seijin tuan rumah dan tumbuh seenaknya lalu mendapatkan perhatianmu, kepedulianmu bahkan bunga-bungaku menjadi redup tidak ada lagi warna yang membuat aku tersenyum jika sikapmu seperti ini. Kumohon jangan bersikap seolah-olah tanaman liar itu benda yang berharga, apakah kau lebih memilih kehilangan bunga-bungaku dibandingkan tanaman liar itu? Kumohon tegaslah. Sikapmu membuatku hancur berantakan. Kau bahkan sampai saat ini belum mempersilahkan diriku masuk ke dalam rumah kita-hatimu.

Cat:
Bunga-bungaku : hatiku
Tanaman liar : dirinya
Rumah kita : hatimu
Taman kita          : hubungan kita

Puisi diatas hanya merupakan pengungkapan sederhana si penulis yang menganalogikan tanaman sebagai tokoh untuk mendapatkan kembali hati seseorang yang dicintainya. Puisi metafora yang menggambarkan perasaan seseorang yang takut kehilangan orang yang dicintainya. Semoga berkesan sangat positif terhadap pembaca. Maaf jika masih ada kesalahan karena saya pun belajar

Salam penulis

Shalsa

No comments:

Post a Comment