Monday 23 May 2016

Life lately Part 1

"Ternyata memang kehidupan itu seperti roda yang selalu berputar, kita tidak pernah tahu seberapa cepat roda itu berputar atau kapan roda itu terhenti. dan bahkan kita tidak pernah tau kapan roda itu akan membawa kita ke atas dan lalu menggulingkannya menjadi tepat berada di bawah. "

semenjak menginjak semester 6, saya ditunjuk menjadi pimpinan produksi cetak koran kampus setelah kepemimpinan koran kampus beralih ke pimpinan Temi. dan dia juga yang minta saya untuk jadi pimpinan produksi cetak. dalam hati saya berpikir, bisakah saya memimpin produksi dalam rentang waktu satu tahun? bagaimana kalau ketika masa pimpinan saya tidak berjalan secara sempurna? atau ketika saya tidak percaya diri dan melakukan kesalahan? setelah melakukan banyak pertimbangan saya akhirnya menerima tawaran menjadi pimpinan produksi cetak korpus. 
awal masa jabatan saya rasanya tidak merasa kelimpungan, kemudian tibalah saat rapat redaksi dimana semua kru berkumpul berembuk dan mencari topik untuk diajukan untuk produksi buletin korpus, yakni PEKA. tapi kemudian pikiran saya kopong dan dalam keadaan tidak sehat wal afiat karena mulai radang lambung tetapi saya  harus memimpin rapat redaksi dihadapan temen-temen kru korpus. kemudian saya pimpin rapat karena kebetulan pimpinan redaksi kebetulan dateng telat. saya coba pimpin rapat dan kemudian saya tatap mata kru korpus satu persatu, anehnya masih ada yang bingung harus ngajuin isu apa, kemudian saya ingat posisi saya saat dulu masih tingkat 1 dan tingkat 2 disaat masih junior di korpus dan masih kopong sekopong-kopongnya. saya juga bingung harus ngajuin isu apa, tapi sayangnya saya bukan tipe orang yang sabaran yang justru malah bertanya kepada mereka satu persatu. kemudian muncul beberapa ide dari temen-temen kru dan korpus institute, dan akhirnya kita menyimpulkan beberapa isu untuk naik ke cetak dan sisanya akan kita buat di online.
minggu pertama dan ada waktu peliputan dan wawancara, tapi sedihnya karena kesibukan kuliah, laporan, raker dan semua tugas-tugas yang menumpuk membuat waktu dua minggu itu hilang untuk peliputan. kemudian saya mulai bingung, mau curhat bingung sama siapa, dan bagi saya kenyataannya pimred ini kurang enak diajak diskusi tentang produksi PEKA, tapi alhamdulillahnya, ada pimum yang selalu hadir untuk tanya progress produksi PEKA. sebenernya yang saya butuhin orang yang bisa diajak berbagi dan diskusi, itu aja sih. kemudian hadirlah kakak-kakak terbaik korpus, masjaw dan ka rona yang kasih saran dan tempat untuk diajak diskusi. 
nahasnya, minggu-minggu produksi peka ini saya banyak diburu deadline layaknya binatang buas yang selalu mengejar saya karena kelaparan. saya dapat tugas laporan pemantauan lingkungan PT Giant bekasi dari kantor konsultan dan juga deadline tulisan dari koran sindo. rasanya mau teriak, rasanya kenapa semua orang meminta waktu luang ke saya untuk menyelesaikan deadine itu tapi saya sendiri kelimpungan dan bahkan gak tahu lagi harus kasih waktu yang mana. kemudian pertengahan februari tulisan koran sindo beres, laporan pemantauan beres dan langsung saya kasih ke kantor untuk direvisi. dan fokus saya tinggal satu yaitu produksi PEKA. berbagai masalah timbul dan kami memutuskan untuk mengganti laporan utama(laput) dan liputan khusus(lipsus) yang topik awalnya adalah isu LGBT yang menyebar luas, tapi kami sebagai pers merasa kecolongan atas tindak lanjut green campus yang segera diberlakukan secara tiba-tiba dan dalam waktu 2 minggu kami harus mulai liputan dan menggarap tulisan secepat kilat. 
tak sampai situ saja, setelah semua tulisan terkumpul, saya harus membagikan tulisan tersebut ke para editor untuk diedit gaya bahasanya, ejaannya dan semuanya. tapi ada kendala lagi yang datang, karena editor merasa tulisan yang dikirim adalah bukan tulisan berita dan ingin reporter kembali merevisinya. bingung? pasti, akhirnya kita coba revisi semua tulisannya dalam waktu kurang dari seminggu. 3 hari layout dan taraaa akhirnya jadi juga buletin PEKA. tapi sayang, setelah semua buletin udah dicetak, kita mengalami hambatan dan membuat saya merasa tidak becus menjadi pemimpin, karena saya melewatkan tahap klarifikasi dimana tulisan yang memuat kutipan narasumber harus diberikan ke narasumber untuk dikoreksi apakah kutipan yang dimuat ini merupakan maksud dari perkataan narasumber saat wawancara. sedih rasanya, hal kecil berupa koreksi memicu masalah besar, rasanya saya merasa sangat sangat bersalah sama korpus :(
apapun yang terjadi maaf sebelumnya, semoga dengan adanya masalah ini membuat kita lebih produktif lagi untuk menjadi Lembaga Pers Mahasiswa yang menyajikan berita teraktual dan terpercaya.

No comments:

Post a Comment