Tuesday 7 August 2012

#From Novel Autumn In Paris

 
Itu jawaban yang paling ditakutinya. Setitik harapan kecilnya musnah sudah. Kenyataan menghantam kepalanya, merobek-robek jantungnya dan menguras darah dari tubuhnya.


Rasa sakit di dadanya kian menusuk. Nyaris tak tertahankan. Ia tidak sanggup menanggungnya lagi. Tuhan, tolonglah aku.... Ambillah rasa sakit ini dariku....


Menghadapi masalah ini seperti berjalan di terowongan gelap yang tak berujung. Sama sekali tidak ada cahaya yang tampak.


Mendengar nama laki-laki itu sudah cukup buruk. Melihatnya secara langsung membuat hati dan pikirannya bertabrakan. Melihatnya bersama wanita lain membuat dadanya sesak. Membuatnya mati rasa


Merindukan seseorang setiap saat bisa mengakibatkan halusinasi


Kehangatan genggaman tangan Tatsuya mengalir ke tubuh Tara, mengisi hati dan jiwanya, juga semakin membuat hatinya serasa diremas-remas.


Apakah ada yang tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak boleh dicintai? Aku tahu


Aku memang baru mengenalnya, tapi rasanya aku sudah mengenalnya seumur hidup. Dan tiba-tiba saja aku sadar dia telah menjadi bagian yang sangat penting dalam hidupku


Hidup ini sungguh aneh, juga tidak adil. Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit, kali lainnya hidup mengempaskanmu begitu keras ke bumi. Ketika aku menyadari dialah satu-satunya yang paling kubutuhkan dalam hidup ini, kenyataan berteriak di telingaku dia juga satu-satunya orang yang tidka boleh kudapatkan. Kata-kataku mungkin terdengar tidak masuk akal, tetapi percayalah, aku rela melepaskan apa saja, melakukan apa saja, asal bisa bersamanya. Tetapi apakah manusia bisa mengubah kenyataan?


Satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang adalah keluar dari hidupnya. Aku tidak akan melupakan dirinya, tetapi aku harus melupakan perasaanku padanya walaupun itu berarti aku harus menghabiskan sisa hidupku mencoba melakukannya. Pasti butuh waktu lama sebelum aku bisa menatapnya tanpa merasakan apa yang kurasakan setiap kali aku melihatnya. Mungkin suatu hari nanti—aku tidak tahu kapan—rasa sakit ini akan hilang dan saat itu kami baru akan bertemu kembali


Sekarang... Saat ini saja... Untuk beberapa detik saja... aku ingin bersikap egois. Aku ingin melupakan semua orang, mengabaikan dunia, dan melupakan asal-usul serta latar belakangku. Tanpa beban, tuntutan, atau harapan, aku ingin mengaku. Aku mencintainya
Ia hanya berharap sepenuh hati, dengan begitu rasa sakit dan kepedihannya juga akan berkurang, walaupun sedikit. Karena ia sungguh tidak tahu apa lagi yang bisa dilakukannya terhadap lubang besar yang menganga di dalam dadanya. Tempat hatinya dulu berada.


Kaki Tara mendadak lemas dan tidak bisa menopang tubuhnya. Ia jatuh terduduk di lantai. Ia tidak punya tenaga untuk bicara ataupun bergerak. Napasnya terputus-putus. Sebelah tangannya menopang tubuhnya di lantai, sebelah tangan lagi memegang dada, berusaha menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerbu dirinya. Ia merasa dingin. Dingin sekali. Begitu dinginnya sampai
tubuhnya gemetar hebat. Pandangannya buram, pendengarannya tidak jelas, seakan telinganya disumbat, namun samar-samar ia bisa mendengar


Terima kasih atas semua yang sudah kaulakukan untukku. Aku selalu senang bersamamu. Kau membuat segalanya menyenangkan. Saat-saat bersamamu adalah saat-saat paling membahagiakan. Aku selalu mengira saat itu bisa bertahan selamanya


Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu.

No comments:

Post a Comment