Monday, 22 August 2022

Tentang Kehilangan

Beberapa hari lalu dapet kabar kalau sodara melahirkan dan anaknya harus masuk inkubator dan semakin lama semakin drop kondisinya. Dan pada akhirnya menyerah juga, setelah 1 minggu 2 hari tubuh kecilnya ga sanggup menahan banyak beban lagi. Bayangin kulit tipis dan kecil ditusuk jarum sana sini, dikasih selang rumah sakit. Sungguh hal melelahkan.
Hei tiny little body, thank you for hanging there, you are so strong and brave. Now you can be free and be angel waiting for your parent.

Tepat subuh tadi, ibu teriak histeris dan bilang anak bayi ini udah meninggal. So damn hurt babe. Sebagai orang lain, bukan ada hubungan sedarah, its so hurt. Gue meyakini bahwa gak akan selamanya orang di samping kita itu ada, gue meyakini bahwa people will go soon or later. Tapi ketika itu terjadi, pertahanan diri runtuh juga ya. Siapa sih yang paling siap menghadapi kehilangan, kemalangan dan ditinggalkan?

Gue jadi sangat bersimpati dengan sodara gue, habis operasi sesar yang sakit tapi sampai detik ini pun belum bisa menggendong anak yang udah dikandungnya 8 bulan. Belum lagi terlilit biaya sana sini dan harus melunasi hutang rumah sakit karena mayat bayinya gak akan bisa dibawa kalau belum dilunasi. Waw hidup sekejam itu ya.

Bersemangat menghadapi pertemuan maka mau gak mau harus siap menghadapi perpisahan. Sesiap apapun kita menghadapi perpisahan, pada akhirnya kita gak akan pernah siap menghadapinya ketika itu terjadi. Terlalu sakit rasanya. Tapi dalam hidup mau gak mau kita dituntut harus siap menghadapi perpisahan dan kehilangan. 

Its so hurt 💔

Jadi berkelana, I am never ready facing reality that I will lose my children later. I think it more ready when I am facing death it self than my loves one. 

No comments:

Post a Comment