Percakapan dimulai ketika ibunda azzam pura-pura tertidur di kamar saat Om Wijoyo dan Bang Jack
datang ke rumah azzam
Om Wijoyo : “ nih
kira-kira mamanya azzam
tidur beneran apa tidur pura-pura?”
Aya : “ kayaknya sih
pura-pura tidur,om. Perempuan kan kaya gitu?”
Bang Jack : “perempuan
seanggun itu ternyata bisa bohong juga ya “
Azzam : “ mama risih
aja sama kedatangan Bang Jack sama Om Wi “
Bang Jack : “ ya kan
dia bisa ngomong terus terang. Mohon maaf mas, abang saya hari ini ga terima
tamu. Beres kan? “
Aya : “ ya tapi
perempuan gak bisa setelak itu, bang “
Om wijoyo : “ oh
engga, keterusterangan, kejujuran itu lebih penting kan daripada membiarkan dua
hati terlunta-lunta kayak musafir gini “
Aya : “ya engga dong,
om. Ketika rasa malu dan pura-pura sudah terkelupas, lantas dimana keindahan
seorang perempuan? Ketika segala sesuatunya sudah jelas, terus bagaimana dengan
permainannya? Gak seru dong, ah “
Azzam : “ saya semakin
mengerti, kenapa perempuan tidak layak jadi imam, karena mereka tidak mempunyai
jiwa pro aktif. Mereka lebih membela kehormatannya melalui rasa malu dan
kepura-puraan “
Aya : “ Allah menutupi
aib bumi dan seisinya dengan menggelapkan malam, itulah perempuan. Lalu Allah
menerangkan siang dengan matahari supaya bisa membedakan mana yang haq mana
yang bathil. Mana yang laki-laki, mana yang perempuan “
Azzam : “ terus
bagaimana dengan sinar rembulan dan bintang dimalam hari? Itupun lebih dari
cukup untuk membuka aib ataupun keburukan seorang perempuan. Dan ternyata,
perempuan tak terlindungi? “
Aya : “ ya, mungkin
Allah memang mau membuka aibnya. Tapi pastinya di bawah sinar rembulan yang
lembut, tidak sepanas dan seterang matahari “
Om Wijoyo : “ tapi kan
sekarang banyak tuh perempuan yang membuka aib mereka sendiri secara terbuka,
blak-blakan siang malam “
Aya : “ ya itu mungkin
Allah sudah tak memperdulikan keperempuanannya lagi lalu mencampakkannya ke
urusan dunia. Dan dunia tidak pernah punya rasa kasihan “
Azzam : “ i love you,
Aya .... “
* best dialogue right?
No comments:
Post a Comment