Wednesday 9 July 2014

Hai pecinta wanita penyisa luka



Teruntuk kamu sang pemberi luka 

Bagaimana kabarmu? Kurasa baik-baik saja bahkan setelah luka yang kau goreskan ini kamu tetap berada pada posisi nyaman kan?

Ingin kutekankan padamu bahwa surat ini kemungkinan besar tidak akan kau baca, aku juga tidak berharap kau membacanya, aku hanya berharap pembaca setia membacanya terutama untuk tuan-tuan pecinta wanita yang entah mungkin suatu saat akan memberi luka pada wanita yang dia cintai dengan alasan yang sama tidak masuk akalnya bagi kami. Dan aku berharap wanita dimanapun dapat membacanya, hingga tidak ada lagi pengkhianatan dalam cinta lalu menjadi korban selanjutnya.

Klise bukan kisah tentang cinta? Cerita shakespeare yang membalut romansacinta menjadi nyata yang kemudian membuat penikmat kisahnya mengulang cerita yang sama dalam versi modern. Atau kisah dua insan yang memadu asmara lalu membangun kepercayaan dalam rajutan sebuah hubungan. Atau mungkin saja kisah kharil gibran yang menuturkan kisah dengan balutan kata manisnya?
Cinta dan kesedihan ternyata berjalan beriringan, entah kapan dia akan membawamu. Mungkin ketika cinta datang lalu cinta pergi dan memberi segala kepiluan yang menyisakan luka? Bukankah dalam setiap kisah ada hikmah dibaliknya? Bahkan penulis saja bisa menyelipkan hikmah dan pelajaran penting tentang hidup dalam barisan kata yang dia tuliskan.

Hai kamu penyisa luka, bisakah belajar untuk bersyukur terhadap apa yang kamu miliki? Bukan bermaksud menyinggung hanya saja ini membuatku membenci kata maaf yang terlontar dengan mudahnya. Datang membawa cinta lalu menyeret lebih dalam untuk membuat kami sang wanita mulai mencintai kemudian menemukan wanita lain dan dengan mudahnya kau memberi cinta kepada mereka, menyeretnya lebih dalam kemudian mendapati dirimu posisi yang tidak menguntungkan ketika mereka mendapati dirimu dengan manisnya yang mengguyur mereka dengan kata sayang justru menjatuhkan mereka ke jurang.

Berdalih? Itu keahlianmu bukan?belajarnya untuk bersyukur dan belajarnya untuk tidak membagi hatimu tidak mencintai dua wanita sekaligus. Memiliki dua wanita sekaligus bukankah itu namanya serakah? Tentunya kamu tidak mau menjadikan namamu terkotori bahkan walaupun dengan tingkah lakumu sendiri. Hanya maaf dan penyesalan yang akan terlontar dari mulutmu itu. Tapi maaf dan rasa sesalmu tidak dapat membangun lagi hati yang telah hancur. Rasa kecewa itu berdampak besar bagi kami, tuan.
Tidakkah itu terlalu jahat untuk kami para wanita dengan segala kerapuran hatinya?ahh sudahlah, menjelaskan perasaan wanita tidak akan berdampak besar pada kehidupanmu. Hanya saja wanita bukan lahan yang bisa kau tebarkan bibitnya dimana saja. Kamu tidak bisa bermain dengan perasaan kami. Tidakkah kau tahu bahwa hati wanita sangat rapuh? Tidak pernahkah kau mendengar bahwa wanita sangat sensitif terhadap perasaan?

Hai tuan penyiksa batin, pernahkah kau berpikir untuk menggantikan dan merasakan kepiluan yang telah kau timbulkan ini?pernahkah kau mencoba sedikit saja mengerti? Pengertian adalah pelajaran tersulit yang kau terima dalam hidup ini bukan?
Hai kamu penyisa sesak, aku bahkan membenci kata manismu itu. Aku bahkan membenci alasanmu untuk mencintai dua wanita atau lebih. Wanita bukan boneka yang bisa kau permainkan, bukan barang yang bisa kau raih dengan mudah lalu pergi mencari barang yang lebih bagus lalu melepaskan barang pertamamu. Tidakkah itu adil? Yang pertama kamu raih justru yang pertama kamu tinggalkan. Tapi itulah kamu bukan? Mendua adalah keahlianmu bukan? Sesak rasanya mendapati dirimu hancur lebur hanya karena kisah memilukan.

Hai tuan pencinta wanita penyisa luka, belajarlah untuk tetap bersyukur dan belajarlah dari pengalaman ini bahwa hati wanita tidak bisa dengan mudah kau permainkan. Cinta bukan fase dimana kamu bahagia ketika menyukai yang pertama lalu pergi mencari yang kedua, lalu meninggalkan dan merelakan salah satu dari mereka untuk pergi atau lebih tepatnya mengusir yang pertama dan mempertahankan mereka yang baru datang.

Teruntuk kamu tuan penyisa luka yang sedang bahagia menjalani kisah baru dan melupakan kisah lamanya. Terima kasih telah mengajari kami bahwa kami adalah makhluk mulia yang diciptakan Tuhan dengan segala kerapuhan hatinya sehingga kami tidak menggantungkan perasaan kami padamu lagi, tuan. Terima kasih atas rasa sakit yang kau timbulkan, Tuhan tahu apa yang terjadi biarkan Tuhan yang membalas perlakuanmu terhadap kami. Selamat tinggal dan selamat memulai kisah baru yang justru menyisakan luka bagi kami.

No comments:

Post a Comment