Teruntuk kamu sang pemberi luka
Bagaimana kabarmu? Kurasa baik-baik saja bahkan setelah luka
yang kau goreskan ini kamu tetap berada pada posisi nyaman kan?
Ingin kutekankan padamu bahwa surat ini kemungkinan besar
tidak akan kau baca, aku juga tidak berharap kau membacanya, aku hanya berharap
pembaca setia membacanya terutama untuk tuan-tuan pecinta wanita yang entah
mungkin suatu saat akan memberi luka pada wanita yang dia cintai dengan alasan
yang sama tidak masuk akalnya bagi kami. Dan aku berharap wanita dimanapun
dapat membacanya, hingga tidak ada lagi pengkhianatan dalam cinta lalu menjadi
korban selanjutnya.
Klise bukan kisah tentang cinta? Cerita shakespeare yang
membalut romansacinta menjadi nyata yang kemudian membuat penikmat kisahnya
mengulang cerita yang sama dalam versi modern. Atau kisah dua insan yang memadu
asmara lalu membangun kepercayaan dalam rajutan sebuah hubungan. Atau mungkin
saja kisah kharil gibran yang menuturkan kisah dengan balutan kata manisnya?
Cinta dan kesedihan ternyata berjalan beriringan, entah
kapan dia akan membawamu. Mungkin ketika cinta datang lalu cinta pergi dan
memberi segala kepiluan yang menyisakan luka? Bukankah dalam setiap kisah ada
hikmah dibaliknya? Bahkan penulis saja bisa menyelipkan hikmah dan pelajaran
penting tentang hidup dalam barisan kata yang dia tuliskan.
Hai kamu penyisa luka, bisakah belajar untuk bersyukur
terhadap apa yang kamu miliki? Bukan bermaksud menyinggung hanya saja ini
membuatku membenci kata maaf yang terlontar dengan mudahnya. Datang membawa
cinta lalu menyeret lebih dalam untuk membuat kami sang wanita mulai mencintai
kemudian menemukan wanita lain dan dengan mudahnya kau memberi cinta kepada
mereka, menyeretnya lebih dalam kemudian mendapati dirimu posisi yang tidak
menguntungkan ketika mereka mendapati dirimu dengan manisnya yang mengguyur
mereka dengan kata sayang justru menjatuhkan mereka ke jurang.
Berdalih? Itu keahlianmu bukan?belajarnya untuk bersyukur
dan belajarnya untuk tidak membagi hatimu tidak mencintai dua wanita sekaligus.
Memiliki dua wanita sekaligus bukankah itu namanya serakah? Tentunya kamu tidak
mau menjadikan namamu terkotori bahkan walaupun dengan tingkah lakumu sendiri.
Hanya maaf dan penyesalan yang akan terlontar dari mulutmu itu. Tapi maaf dan
rasa sesalmu tidak dapat membangun lagi hati yang telah hancur. Rasa kecewa itu
berdampak besar bagi kami, tuan.
Tidakkah itu terlalu jahat untuk kami para wanita dengan
segala kerapuran hatinya?ahh sudahlah, menjelaskan perasaan wanita tidak akan
berdampak besar pada kehidupanmu. Hanya saja wanita bukan lahan yang bisa kau
tebarkan bibitnya dimana saja. Kamu tidak bisa bermain dengan perasaan kami.
Tidakkah kau tahu bahwa hati wanita sangat rapuh? Tidak pernahkah kau mendengar
bahwa wanita sangat sensitif terhadap perasaan?
Hai tuan penyiksa batin, pernahkah kau berpikir untuk
menggantikan dan merasakan kepiluan yang telah kau timbulkan ini?pernahkah kau
mencoba sedikit saja mengerti? Pengertian adalah pelajaran tersulit yang kau
terima dalam hidup ini bukan?
Hai kamu penyisa sesak, aku bahkan membenci kata manismu
itu. Aku bahkan membenci alasanmu untuk mencintai dua wanita atau lebih. Wanita
bukan boneka yang bisa kau permainkan, bukan barang yang bisa kau raih dengan
mudah lalu pergi mencari barang yang lebih bagus lalu melepaskan barang
pertamamu. Tidakkah itu adil? Yang pertama kamu raih justru yang pertama kamu
tinggalkan. Tapi itulah kamu bukan? Mendua adalah keahlianmu bukan? Sesak
rasanya mendapati dirimu hancur lebur hanya karena kisah memilukan.
Hai tuan pencinta wanita penyisa luka, belajarlah untuk
tetap bersyukur dan belajarlah dari pengalaman ini bahwa hati wanita tidak bisa
dengan mudah kau permainkan. Cinta bukan fase dimana kamu bahagia ketika
menyukai yang pertama lalu pergi mencari yang kedua, lalu meninggalkan dan
merelakan salah satu dari mereka untuk pergi atau lebih tepatnya mengusir yang
pertama dan mempertahankan mereka yang baru datang.
Teruntuk kamu tuan penyisa luka yang sedang bahagia
menjalani kisah baru dan melupakan kisah lamanya. Terima kasih telah mengajari
kami bahwa kami adalah makhluk mulia yang diciptakan Tuhan dengan segala
kerapuhan hatinya sehingga kami tidak menggantungkan perasaan kami padamu lagi,
tuan. Terima kasih atas rasa sakit yang kau timbulkan, Tuhan tahu apa yang
terjadi biarkan Tuhan yang membalas perlakuanmu terhadap kami. Selamat tinggal
dan selamat memulai kisah baru yang justru menyisakan luka bagi kami.
No comments:
Post a Comment