Saturday 9 April 2022

Belajar mindful dari cuci piring

Beberapa hari terakhir ada kondisi marah sampai muak dan gejolak roller coaster emosi yang tak biasa. Semua muaranya sih karena capek. Capek kerja dan capek compare "aku udah melakukan A, kok kamu ga melakukan A to Z sih yang kamu janjikan". Fokusnya kemarin adalah bukan diri sendiri tapi orang lain. Sampai ke titik ruminasi thinking. I am tired.

Karena itulah jadi ngajak ribut orang lain, kebiasaan gue adalah trying to stab other that hurting me before to see that they hurting me. Dan itu diucapkan dengan kata-kata tanpa memikirkan tanggapan orang tersebut. Karena intinya emang lagi di titik capek aja sama hidup. Capek kerja, tapi harus tetep freelance buat sampe ke masa depan yang diimpikan. Tapi masih sakit hati dan membayangkan sekejam rasa sskit yang ditimbulkan di saat gue udah capek kerja dan rela tutup laptop malem bahkan mengurangi jam fangirling, waktu nonton drakor aja berkurang. Dan itu melelahkan. Overthinking yes memang gue overthinking tapi overthinking ini kan akibat tingkah laku menyakitkan di masa lalu. 

Dan beberapa hari kemarin, berhenti untuk ada di social media, berhenti untuk mengungkapkan isi pikiran lewat status media social, berhenti untuk berharap lewat manusia. Karena titik lelah dan gak percaya sama manusia. Di waktu ini gue justru cuma menghabiskan waktu untuk kerja, belajar, nangis dan doa. Berusaha hadir buat diri gue sendiri, memvalidasi segala emosi negatif dan pikiran bahwa perasaan gue valid meskipun udah menyskiti orang lain, tapi rasa sakit gue valid meski orang lain tidak memvalidasi. Lalu sujud malam buat cerita bahwa gue lagi gak baik-baik aja dan kasih jawaban agar gue bisa memilih jalan hidup yang gak menyengsarakan. 

Lalu gue cuci piring tiap malem sekitar jam 8 atau jam 9 malem. Gue inget marissa anita pernah bilang being mindful itu ga harus duduk diem sambil merem. Tapi dengan nyapu atau ngepel bahkan cuci piring. Dsn voila gue melakukannya. Gue hanya perlu menyadari bahwa perasaan negatif ini karena rasa trauma dan seeking other validation, tapi karena gak dapet akhirnya jadi rese. Dan cukup dengan divalidasi dengan diri sendiri.
Beberapa hari terakhir juga emosi cukup stabil, gue jadi berpikir mau hapus dan deactive social media agar jadi waras lagi. Terlalu penuh melihat apa yang orang lain capai, apa yang orang lain lagi rasakan, apa yang orang lain lagi cari. Tapi lupa sama diri sendiri.

Di saat cuci piring, pikiran gue jadi lebih tenang. Ternyata gue bisa melihat isi pikiran gue tanpa harus distrack mereka sesuai apa yang mau gue pikirin. Di saat cuci piring ini gue pun tau apa aja yang mau gue lakukan. Akhirnya selesai cuci piring, gue coba maskeran lagi, perawatan muka bukan untuk dia atau agar jadi lebih cantik demi dia, tapi buat gue. Lalu gue kerja dan tidur pake aromatherapy. Gue pake make up, melakukan apa yang ingin gue lakukan. Dan gue gak lagi menunggu kapan dia online, kapan dia pulang, kapan dia ada waktu buat kontak gue. Gue menyadari satu hal, mencintai orang lain bisa bikin kita jadi hilang fokus dan lebih fokus ke arah hubungan dan orang tersebut. Bukan lagi tentang diri kita. Jadi membuat diri kita kosong. 

Pesan aku ke diri sendiri 
"Sebelum menjalin hubungan, kamu belajar banyak hal, punya banyak kegiatan menyenangkan yang kamu lakukan sendiri. Kamu self love. Kamu mencari diri kamu. Meski saat ini menjalin hubungan, jangan berhenti mencari dan melakukan yang terbaik buat diri sendiri. Memperbaiki hubungan dengan pasangan itu baik, growing dengan pasangan itu baik. Tapi growing untuk diri sendiri itu penting. Jangan lupa self love ya ❤"

No comments:

Post a Comment