Sunday 10 April 2022

Moving On

I found this beautiful word
"Moving on takes commitment and a lot of mental effort. The most important step to letting go and moving on tentunya memaafkan dan mengikhlaskan. Kalau masih sulit mengikhlaskan, coba make a list of reasons why you're still feeling the way you're feeling right now. Kenapa masih gak terima, kenapa masih sulit memaafkan, kenapa masih berat melepaskan? Its okay to not be okay. "

Cuma sering denger kalau ikhlas itu tahapan di atas setelah sabar dan banyak yang sulit. Ikhlas dan memaafkan itu 2 hal yang berjalan beriringan. Karena kalau udah ikhlas berarti udah maafin. Sekarang baru sadar ternyata ikhlas tuh susah banget ya. 
Sampe kepikiran, hati aku busukkah sampe buat maafin dan ikhlas tuh sulitnya bukan kepalang. Rasanya kayak dikoyak-koyak. Isi kepala serimg berisik, sering mengalami ketidakstabilan emosi yang mana beberapa taun kemarin udah stabil loh.

 Mempersiapkan diri buat ke jenjang pernikahan biar lebih waras dan emosi yang stabil, melakukan banyak kegiatan yang biar moodnya gak naik turun kayak roller coaster. Nah ini damn, kesel juga, berasa usaha sia-sia. Eh tpi gak ada yang namanya sia-sia. Sempet kepikiran bahwa, ternyata nih dihantem masalam yang bikin hati dan pikiran berantakan itu punya tujuan yang baik, biar jadi manusia utuh yang terus bertumbuh. Damn tapi sakit cuy, emosi terus lama-lama dan itu kesel. Bahagia tapi kesel, seneng tapi kesel, diem tapi kesel. Gitu aja terus. Bener-bener sekumpulan emosi yang puncaknya adalah rasa marah. 

Sekarang dihadapkan untuk questioning ke diri sendiri apakah aku punya track record untuk memaafkan orang lain dengan mudah? Apakah aku bisa semudah itu ikhlas? Bagaimana caranya ikhlas dan memaafkan?
Mau googling sampe jari jari pegel pun gak ketemu jawabannya. Mencari alasan ikhlas dan memaafkan itu susahnya minta ampun. Rasanya pengen banget reset isi memori di otak biar lupa aja lupa. Pengen banget bersihin hati biar plong aja gitu. Jadi bahagia lagi. But I am not. Susah setengah mampus. 

Gue jadi mempertanyakan, orang yang melakukan salah isi otaknya apa ya? Mikir ga ya, kalau kata maaf yang diucapkan mudah itu gak segampang balikin memori ke sebelum kesalahan dibuat? Atau efek setelah perbuatannya itu kayak gimana gitu ya. Tapi again, ini pikiran victim yang masih full of anger. Hahaha I am like a devil sekali disini. 

Ya Tuhan Ya Allah ga sanggup bikin diri sendiri buat ikhlas tuh, tolong bantu. Jadi inget kata dr jiemi, fokus sama apa yang bisa kita kontrol, bukan orang lain. Biar kamu gak kelelahan.
Karena aku sama sekali gabisa kontrol orang lain, gabisa 24 jam check sana sini dan memaksa orang buat keep faithful dan stay, akhirnya ku putuskan setiap malem pasti selalu doa "tolong bantu aku buat memaafkan, buat berlapang dada, buat aku ikhlas. Aku tau aku cuma manusia sombong yang ingin mengontrol semua hal yang terjadi padaku. Tapi please, bantu aku maafin, ikhlas dan lupa. Bantu aku jadi pribadi baru dan baik. Dan tolong dekatkan dia kalau memang jodohku. Tapi jauhkan dia, sejauh mungkin dan jangan sampe pernah ketemu lagi kalau memang bukan. Kalau memang dia jodohku, bantu jaga mata, hati, telinga, mulut dan diri dia, karena cuma Engkau Maha Pembolak balik hati. Bantu dia sadar tiap mau melakukan sesuatu. Bantu dia menghargai yang dia miliki. Aamiin"

Mungkin semua ini soal waktu dan komitmen. Komitmen dan tekad yang kuat buat ketenangan jiwa aku. Harus memfokuskan ke diri sendiri lagi. Memaafkan dan mengikhlaskan itu bukan buat orang yang berbuat salah. Tapi buat diri sendiri agar hidup penuh dengan ketenangan. Agar mencapai titik kebahagiaan.

No comments:

Post a Comment