Friday 22 April 2022

Mencintai Dengan rasa hormat

Gue selalu mencari orang yang bisa gue jadikan pasangan dengan memenuhi poin yang gue nilai, salah satunya dia bisa jadi orang yang gue hargai. Gue hanya bisa hidup sama dia kalau gue bisa menghargai dia. Kalau engga berarti udah saatnya walk away.

Minggu lalu, gue diajak ke acara bukber club yang dia dirikan saat kuliah dan dia disana sebagai founder. Beberapa orang menyapa dia dan excited melihat kedatangan dia. Aniwei aku suka gaya baju dan warna yang dia pakai saat itu. First time dateng dan dikenalkan secara langsung dan ngobrol bahkan ada anak-anak yang diminta buat jadi panitia WO dan adek kelasnya excited bahkan nanya kapan. Di saat itu gue berpikir sejenak dalam benak gue muncul sekelebat pertanyaan "dia beneran serius gak sih sama gue?". Meski udah menjalani hubungan yang lama dan sebelumnya gue percaya akan keseriusan dia. Tapi sekarang justru gue jadi mempertanyakan lagi "tau dari mana pria itu serius mau menikah sama kita? Why?". Apa memang karena kepercayaan gue udah hancur dan gue lagi menata ulang kepercayaan gue terhadap dia ya yang membuat gue terus mempertanyakan dia.

Karena poin yang gue liat salah satunya adalah pria itu harus gue hormati dan kemarin hilang sudah hormat gue ke dia karena kesalahannya. Tapi akhir-akhir ini gue melihat keseriusan dia dalam menjalani hidupnya. I mean, dia punya effort, dia juga bisa passionate tapi sayang seringnya ga konsisten jadi bentuknya semangat di awal. Gue hanya berharap semua langkah baik yang dia ambil sifatnya konsisten. Dia harus tau tujuan dia dan tujuan itu harus baik sehingga gue bisa menghormati dia dg segenap hati gue.

Di saat acara bukber itu, gue melihat dia senyum ngeliat adek-adeknya. Gue jadi tau alasan dia selalu dateng ke acara ini, disaat gue manusia ambis yang never get enough selalu merasa udah bukan kolam dia lagi untuk datang ke sana, udah saatnya dia ada di kolam yang lebih besar. Tapi dia bahagia meski gue juga tau dia merasa udah bukan waktunya dia lagi disana apalagi ngurusin segala tetekbengek dunia kuliahan. Gue melihat sesuatu dari dia yang gak ada dalam diri gue, "feel enough". Gue selalu melihat kolam yang besar, terus melihat kolam besar sehingga gue gak pernah santai dalam hidup gue, ga pernah puas karena gue melihat ke atas dan gue merasa yang gue lakukan itu masih kurang. Sedangkan dia selalu bangga dengan smallest things yang dia buat, di saat gue merasa itu hal kecil. I never feel bless karena memang obsesi ambis ini terus ada, gue merasa harus terus berlari karena pencapaian gue gak pernah cukup. Gue jadi mempertanyakan ke diri sendiri, pencapaian apa yang bikin gue merasa cukup yah? 

Lalu akhir akhir ini gue ga tau kenapa dia bener-bener flip dan ambis banget cari tempat les. Its good things sih memang, dan gue sangat bangga dengan itu. I never expected dia harus jadi orang A sehingga gue bisa bangga atau dia harus punya barang-barang mewah sehingga gue bisa bangga, atau dia harus punya posisi manager director sehingga gue bangga. No. Gue bangga karena dia yang konsisten. Seandainya gue ketemu dia bukan di saat dia ngurusin ayahnya, gue rasa dia akan jadi orang yang gue lewatkan, karena sampai di pertemuan tiga gue belum click dan justru pengen kabur terus, gue merasa kita gak akan cocok untuk menjalin hubungan. Tapi gue selalu melihat konsistensi dia. Di sela waktunya yang sempit dia ngurus dna bulak balik kesana kemari. Gue tau dia pun capek tapi dia lakuin terus karena dia sayang keluarganya. Di saat dia kayak gitulah gue merasa hormat ke dia dan ingin jadi bagian dari keluarganya. Tapi saat menjalani itu gue melihat dia selalu fokusnya orang lain bukan diri dia. Gue ingin dia menjalani hidup dengan fokus utamanya diri dia baru gue. Gue ingin dia menjalani hidupnya dengan baik untuk dirinya, keluarganya maupun gue. Sehingga ketika baik yaudah luar dalam akan baik. Bukan hanya kesan baik yang dimunculkan. 

Gue melihat dia selama ini memunculkan persona pria baik, tanggung jawab, setia, selalu ingin membahagiakan. Jadi ketika aslinya terbongkar, rasa hormat gue itu sempat hilang. Tp bukan berarti dia gak baik, dia baik cuma gue merasa setiap omongannya cuma pemanis aja karena lain di lidah lain di tingkah laku. Gue ingin dia menjalani hidup dia yang utama itu dulu dengan baik. Bukan cuma baik untuk dilihat orang lain baik, tapi baik karena emang dia baik. Sehingga bukan jadi people pleaser. Gue juga sempet ada pertanyaan di otak gue "dia mau menikah sama gue karena mau menyenangkan orang tua dan keluarganya karena keluarganya yang suka gue, atau karena dia memang mau menikah sama gue ya? Karena pencarian dia berhenti sampai di gue?". Karena gue gak mau jadi beban atas permintaan sekeliling dia, gue pengen gue jadi pilihan dia karena memang dia ingin memilih gue.

Beberapa hari ini, gue melihat dia passionate buat belajar bahasa inggris. Gue seneng banget liatnya. Karena pada dasarnya gue suka ketika seseorang passionate, seseorang ambis untuk mengubah hidup dia jadi lebih baik. Gue selalu percaya he more than that, dia lebih dari yang dia tau dan mampu. Selama dia konsisten. Dia coba cari beberapa tempat les inggris dia compare harga dan kurikulum sampai rela telp gue buat minta saran. Gue senang merasa dibutuhkan untuk diskusi karena gue senang dia mau berubah jadi lebih baik. Gue selalu berpesan sama dia untuk terus on track di jalan yang benar karena ketika jalan dia lurus, insya Allah satu persatu keinginan dia akan terkabul. Gue pun ingin dia sukses, karena gue percaya dia sukses. Gue sangat suka membantu dia dan kalau emang dia akan jadi lebih dari gue, lebih pintar, lebih bagus karir dan gajinya. Gue akan merasa bangga sama dia. Basically gue memang suka pria pintar tapi down to earth, gue suka diajak diskusi dan diajak bareng-bareng dari nol. Karena gue butuh pria yang gue hormati, tentu aja pria setia. Karena kalau ga setia, hilang sudah rasa hormat gue ke dia. Gue bisa diajak bareng bareng, gue butuh balasan sesimple setia dan menjadikan gue satusatunya dan gak mengecewakan aja, diluar itu bonus, kalau ternyata dia sukses karirnya dan bisa ngasih gue ini itu gue anggap bonus. Gue juga butuh konsistensi dia dalam hidupnya dan juga dalam mencintai gue. 

Ketika gue mendoakan dan ngasih semangat ke dia, itu from truly deeply my heart banget. Gue ingin hidup dia baik, gue selalu bangga sama dia tapi dia sering kali gegabah. Gue berharap perubahan dia konsisten, gue berharap dia ingin hidup dia berubah demi diri dia dulu, abis itu buat keluarganya. Gue berharap dia meninggalkan jejak buruk dia dan melangkah maju dan bukan mundur lagi sampai bikin gue ga menghormati dia. Karena gue gabisa menikahi pria yang gak gue hormati, dan rasa hormat gue muncul ketika dia konsisten, gak mudah berpaling apalagi tergoda untuk jalur simple. Semoga setiap langkah yang dia ambil mulai sekarang dia pertimbangkan dengan matang.

No comments:

Post a Comment