Sunday 8 May 2022

Perjalanan Menuju Reaksi Logis

3 tahun yang lalu gue pernah di posisi dengan reaksi gak logis. Gue marah ketika hujan, gue marah rencana gue batal karena hal hal di luar kendali gue. Bahkan waktu SMA pernah ada momen di jemput mantan pake motor tapi dia bilang mau double date dan nunggu temennya. Dia bikin gue nunggu hampir 2 jam dan temennya ga kunjung otw sampai akhirnya dia yang jemput gue baru sebentar udah hujan turun. Saat itu gue benci banget harus keluar saat hujan dan bikin gue nunggu berjam jam hanya karena temennya pengen double date. Gue marah sama dia sampai dia juga bingung kenapa gue harus marah hanya karena hujan.

3 tahun lalu juga pernah marah sama keluarga gue karena bikin gue nunggu di tempat makan sampe satu jam ketika mereka bilang otw dan bikin kehujanan di jalan. 

Di umur gue yang menginjak 27 tahun, gue sadar bahwa gue jahat banget dulu. I just want what I want, and if I cant get what I want, I really mad. Gitu aja terus muter2 sampe bikin capek sendiri.

Lalu ketika refleksi diri, di awal februari ketika gue menemukan fakta my bf betrayed me. Gue punya kesempatan marah marah kayak orang gila, gue bisa teriak teriak bahkan karena kekecewaan gue juga gak langsung pergi ke kamar dia lempar bunga tapi juga bilang ke mamahnya betapa kecewanya gue. But I am not. Gue dateng mengutarakan perasaan dan kecewanya gue tanpa harus marah marah teriak teriak biar semua orang tau itu udah keputusan dewasa yang gue lakukan. Life is always about choosing right? Kita selalu memiliki pilihan hidup yang mana yang mau kita ambil. Gue bisa memilih untuk teriak teriak kayak orang gila, marah depan mamahnya dan bukan minta penjelasan ke pasangan gue. Tapi gue gak memilih itu. Gue memilih buat kasih tau isi hati gue dan betapa kecewanya gue ke dia. Bukan pilihan untuk menjadi wise tapi memilih untuk menyelamatkan hati gue. Orang perlu tau bagian mana rasa kecewa gue bukan? Gue selalu inget kalimat dr jiemi yang bilang orang gak akan pernah tau kita sakit hati dan kecewa karena apa kalau bukan karna kita yang ngomong. Dulu juga pernah ketika pasangan gue ketauan main dating apps dan gue melihat gak sengaja dari tv. Ketika ada banyak anak2 keponakan dia yang ngajak ngobrol. Sejujurnya hati gue sangat kacau, pikiran gue pun sangat kacau. Tapi gue memilih untuk anak anak gak bersalah ini ga dapet negative vibes dari gue. Gue tetap tenang bahkan buat nanya ke dia. 

Kadang gue berpikir, perjalanan panjang gue buat dapetin shalsa yang sekarang dengan self awareness ini kenapa masih dipertemukan dengan hal hal menyakitkan ya? Kenapa dipertemukan dengan orang yang masih ga menghargai gue sampai masih mencari orang lain? Kadang gue juga berpikir apakah gue belum ketemu "my right person"? Apakah orang yang sama gue ini adalah wrong person dan cuma gue yang memohon untuk memaksa dia the right person ke Tuhan? 

But after all, So many that I learned from the past and now I am not a kind of manusia suci tanpa dosa tanpa pikiran negatif atau iri dengki, tapi satu langkah lebih baik karena udah bisa menyadari segala isi pikiran dan yang muncul di pikiran. Dan bertahun tahun buat sampe ke titik awareness sama pikiran sendiri.Perjalanan pertumbuhan gue yang dulu ke yang sekarang itu bukan perjalanan singkat, banyak sskit hati dan luka juga, banyak rasa kecewa juga. Tapi gue cuma berharap ada orang yang bisa sebanding sama gue dan memegang prinsip yang sama, bisa ga ya? Akan ketemu gak ya, pria yang dibalik ketidaksempurnaan dia, dibalik sisi gak baiknya, dibalik kesempatannya untuk mendua, dibalik kekuataannya untuk menyakiti gue, dia memilih untuk ga melakukannya. Now I am afraid menuju kehidupan baru dan proses healing setelah betrayed, gue juga kasian dengan pasangan gue yang akhirnya menemukan sisi gue yang fragile meskipun karna dia yang bertingkah. Tapi kita ga boleh menyakiti orang lain atas kita yang pernah tersakiti bukan sih? Kayak dia yang datang dengan cerita masa lalu dia yang disakitin diduain, gue ga deserve buat merasakan dampak itu bukan? Ataupun gue yang udah disakitin sama dia, trus dia gue sakitin balik. Meskipun dia pernah menyakiti gue, dia pun ga pantes disakitin balik kan? Gue cuma pengen healthy relationship aja sama dia. I hope so, ending yang baik ada di hubungan gue saat ini. Gue berharap menemukan orang yang tepat

No comments:

Post a Comment