Gue pernah ditanya gini "memangnya bahagia yang kamu mau itu seperti apa?"
Ternyata gue pernah menginginkan bahagia setiap hari, which is impossible. Misal ada pikiran bahwa dengan menikah gue akan bahagia, dengan punya posisi tertentu gue akan bahagia, dengan hidup bareng dia gue akan bahagia, dengan punya banyak uang gue akan bahagia. Kenyataannya ketika udah sampai ke titik itu, laku gak bahagia akhirnya marah, kecewa dan kesel sendiri. Karena kebahagiaan itu bentuknya subjektif. Kebahagiaan bagi gue dan orang lain tentu berbeda. Gue sempet bingung dengan kenapa orang bisa hanya dengan bahagia dengan melihat orang lain bahagia?
Lalu ketika berselancar di internet gue menemukan satu vt wanda yang selalu ada buat nolongin temen2 avengersnya kayak pas nolongin hawkeye dan capt amerika. Tp ketika dia yang lagi butuh orang lain, gak ada satupun yang nolongin. Meski sebenernya avengers yang lain juga pasti sedang mengalami kedukaan yang sama, tapi pilihan yang diambilnya beda. Mrs potts juga bisa jadi lagi sama berdukanya kayak wanda, tapi bisa jadi dia dealing sama kedukaannya ya kan? Apalagi di akhir endgame petter bilang ke tony "you can rest now".
Momen terberat dalam hidup itu sebenernya bisa menghancurkan hati seseorang yang gak selesai menghadapi proses grieving akhirnya dia menyakiti orang lain. Karena "people who are hurt can hurt other people. And people who are loved, can love other people". Sayangnya di dalam kedukaannya salah satu avengers, wanda maximoff telah menyakiti orang lain. Tapi sebenernya gak mengherankan. Karena manusia pada dasarnya begitu juga. Ketika lagi proses berdua, sedih, kehilangan emosi yang muncul itu campur aduk dan gak enak banget, prosesnya pun sebenernya ga linear tapi bahkan udah capek capek eh taunya balik lagi ke titik semula. Jadi emang butuh effort banget buat ke titik penerimaan " okay, it happen to me. I am not okay but I will let go and move on"
Marvel selalu punya tempat spesial di hati gue terutama ketika angkat storyline yang ngajarin buat let it go. Waktu itu pijar psikologi pernah bahas kondisi para avengers yang mengalami stage of grief ini. Kayak natasha yang yang denial sampe sering mengalihkan fokus ke hal lain, bagaimana caranya buat tetep sibuk padahal cuma buat gak sedih aja. Atau kayak hawkeye yang marah dan rela jadi pembunuh bayaran karena kehilangan keluarganya. Ada juga hulk yang di tahap bergaining alias tawar menawar akan kesedihan yang dia alami, thor yang depresi sampe kecanduan alkohol. Dan wanda yang di wanda vision diperlihatkan 5 stage of grief yang dia alami. Penonton akan dikasih liat momen kapan aja dia denial, anger, bergaining, depresi and acceptance.
Ketika berselancar di internet gue menemukan netizen yang komen "seandainya captain america gak ke masa lalu dan pensiun. Pasti wanda gak akan kayak gitu. Karena steve care banget sama wanda". Tapi gaes, bukan tanggung jawab steve untuk membuat wanda memilih jadi orang yang baik aja dan gak bikin orang tersiksa di westview atau ketika dia jadi scarlet witch.
Bukan tanggung jawab orang lain untuk membuat seseorang menjadi lebih baik terhadap dirinya dan hidupnya sendiri. Karena toh itu hidup dia dan dia bisa memilih kehidupan seperti apa yang mau dia ambil. Bagaimana menyikapi kekecewaan, rasa sakit dan kehilangan. Pilihan hidup wanda saat itu tentu salah, wanda hanya menginginkan kebahagiaan atas hidupnya apalagi setelah mengalami banyak kehilangan. Tapi kebahagiaan itu bukan berarti bisa menyakiti orang lain. Orang orang yang udah dibunuh scarlet witch dan di westview ga pantes mengalami hal itu. Gak ada satupun manusia di muka bumi ini yang berhak tersakiti hanya karena kita sedang sakit.
Gue percaya bahwa semakin kita mengessmpingkan waktu kedukaan, mengesampingkan segala emosi yang muncul tiap kali rasa sakit muncul, semakin kita sulit untuk acceptance. Justru yang ada semakin banyak kita menorehkan rasa sakit terhadap orang lain. Dulu gue pun mengalami hal yang sama, dengan mudah menyakiti orang terdekat hanya karena gue sakit, hanya karena gue sedih dan mengalami kedukaan. Padahal bukan tanggung jawab mereka buat mengerti bagaimana perasaan gue. That always my job. Tamparan keras gue adalah ke titik gue gamau menyakiti anak gue suatu hari nanti hanya karena gue belum bisa acceptance.
Di dalam series wanda vision, agatha bilang " The only way forward is back". Ketika seseorang mengalami looping sering menyakiti orang lain lalu akhirnya menyesal, sebenernya ada teriakan dari dalam yang perlu diri dia dengar. Ada bagian di otak kita yang mengunci memori padahal belum selesai, tubuh kita perasaan kita sedang sakit, masih merasakan sakit dan semua itu adanya di masa lalu. Satu satunya cara yaitu melihat kembali ke masa lalu dan melihat ke dalam diri, mengapa pola ini terjadi, karena bukan tanpa alasan kita gak bahagia, bukan tanpa alasan kita menyakiti orang lain dan bukan tanpa alasan perilaku kita menyimpang. Tapi seringnya orang gatau ga pernah tau alasannya karena gak pernah coba buat liat ke dalam diri. Lagian siapa sih yang pengen balik ke momen kita merasakan sakit?orang akan lebih memilih untuk menyingkirkan dan melupakan paksa rasa sakitnya kan?
Gue pernah merasakan itu karena gue bingung kenapa bulan Nov, Dec, Jan dan Feb itu jadi momen emosi gue naik turun. Gue bisa marah dan sedih yang gak ada sebabnya, gue bisa marah sama orang padahal untuk hal sepele. Tapi gue diajarin buat balik ke masa lalu, ada apa di masa lalu. Ternyata gue ga bener2 menerima kenyataan gue pernah disakiti orang lain, karena emang gue bukan tipe orang pemaaf cenderung pendendam malah. Kita emang gak bisa mengubah masa lalu, tapi balik ke masa lalu itu buat menyelamatkan diri sendiri atas luka rasa sakit. Mungkin di momen itu kita ga sempet buat ngepukpukin diri sendiri kan karena sibuk melakukan banyak hal nah momen balik ke masa lalu itu adalah buat hadir untuk diri sendiri. Ini susah, susah banget. Bisa bikin bad mood, sedih berkepanjangan dan marah. Tapi lanjutin aja, kalau ga bisa, butuh orang lain. Carilah bantuan kalau ga mampu.
Karena ya, setiap kali kita menyingkirkan pikiran kita atas momen painful, hati kita tuh masih sakit. Perasaan kita gabisa diubah dari yang sakit hati jadi biasa aja. No big no! Dan karena perasaan pikiran dan perilaku itu saling terkoneksi, di saat itu pula bisa mengubah perilaku kita. Gue pernah dikasih form CBT (cognitive behavior therapy) isinya adalah perasaan apa yang gue rasakan sekarang, trus pikiran gue bagaimana dan perilaku gue kayak apa. Serunya adalah bisa bikin gue sadar bahwa ternyata I am not okay dan ternyata pikiran gue sepenuh itu.
Balik lagi ke wanda. Di series wanda vision, monica rambeau bilang "I lost the person closest to me too. The worst thing i can think of has already happened to me and i cant change it i can undo it. I cant control this pain anymore and i dont think i want to because its my truth". Rasa sakit yang dialami wanda tuh ga cuma dia doamh yang alami. Setiap makhluk di muka bumi ini pun pasti pernah/sedang/akan mengalami kedukaan, kesedihan, kekecewaan dan kehilangan tapi ya hidup itu sendiri pilihan. Pintu mana yang dipilih untuk diambil, segala pengalaman dijadikan pelajaran berharga dan move on atau justru mau tetap obsesi mempertahankan rasa bahagia meski nyakitin orang lain?
Karena seberapa kuat kita menggenggam sesuatu, obsesi buat dapetin sesuatu kalau bukan takdirnya ya gak akan sampai. Gue jadi menyadari kalimat petuah dari agama yang bilang "semua di dunia ini hanyalah titipan dari Allah karena sewaktu waktu akan diambil". Makanya gabisa tuh menggenggam erat, justru semakin digenggam ssmakin sakit. Bisa jadi orang yang dateng ke kehidupan kita itu justru ngasih pelajaran berharga dan bikin kita jadi best version aja. Tapi sayangnya acceptance itu susah banget. Gue pun masih banyak belajar. Tentunya yang paling nyes adalah ketika wanda di universe lain bilang "percayalah bahwa mereka disayangi". Karena biar wanda let it go dan berhenti menyakiti orang lain hanya obsesi dia dan keinginan yang pengen dia genggam erat.
Untuk kondisi gue sekarang, gue menyadari bahwa gue ingin berhenti menorehkan rasa sakit dan gue ingin dia berhenti menorehkan rasa sakit juga. Pasti dia lelah, ketika dia bilang semua itu resiko yang harus dia terima dan betapa dia benci diri dia. Gue kasian, karena gue tau rasanya kayak apa. Gue ingin dia bahagia, bukan karena gue ga cinta atau udah ga punya perasaan. Tapi gue sedih melihat dia tersiksa kayak gitu. Gue ingin dia bisa lebih sayang ke diri dia, gue ingin dia lebih care ke diri dia. Gue ingin dia melakukan sesuatu dengan mikir panjang yang nantinya gak nyakitin orang yang di sayang. Karena bahagia dia melihat orang lain, maka ketika dia ngeliat orang yang dia sayang tersakiti, dia pun akan tersakiti. Gue cuma berharap dia bisa menemukan kebahagiaan dan kedamaian dan ga nyiksa diri dia karena melakukan hal bodoh.
No comments:
Post a Comment