sometimes, we will never know the true value of a moment until it becomes a memory. So I am trying writing every moment from my experience,my mind or anything I will record every moment in this blog, Welcome ~
Monday, 31 July 2023
Omongan Ibu hamil
Patahan 37
Sunday, 30 July 2023
Patahan 36
Patahan 35
I love you from moon anc back
Tamparan
Preggos Diary 39
Patahan 34
Patahan 34
Patahan 33
Ruunaway
Biggest fear
Saturday, 29 July 2023
Restless leg syndrome
Patahan 32
Patahan 31
Preggos Diary 38
Bersama Helper
Maaf Nak
Bulan sial
Friday, 28 July 2023
Patahan 30
Thursday, 27 July 2023
Life is so sucks
Why
Tipe cowo Untuk Wanita independent..
Ujian
Tuesday, 25 July 2023
Take For Granted
This is so sad, berharap orang bisa meminta sesuatu dg manner. I mean, gue cari uang loh, jadi tulang punggung disaat gue ga mengahrapkan itu terjadi. gue ga butuh kalimat terima kasih ribuan kali, atau apapun itu. Cuma jangan demanding. jangan meminta aja pake kalimat suruhan, emang gue babu? sama babu aja gaboleh kayak gitu. Its really sad. gue jadi gamau keluar kamar, karna mata bengkak pasti :(
Gue sama kerjaan aja udah lelah banget, belum sama fisik, pikiran. cuma mengeluh aja emang gabisa? buat membagi beban loh. Ga enak banget jadi anak pertama ya. jadi tumpuan. harus serba bisa? harus selalu kuat gitu? gue kan manusia biasa ya bisa capek. bahkan buat napas aja bisa capek gitu.
To the man who made me a mama...
Gue berterima kasih karena dibalik kekurangannya, dibalik ga romantisnya, dibalik cueknyaa, dibalik suka fokus terhadap yang depan mata sampe suka lupain gue, dia helpful banget. Dan 8 bulan hamil ditemenin dia bikin gue bersyukur karena punya dia. banyak banget cerita naik turunnya kita berdua, strugglingnya kehidupan kita, masalah percintaan, keuangan dan segala macem. Tapi gue mensyukuri dia dan selalu ingin dia sehat, bahagia, sukses. Gue ingin jadi saksi atas kesuksesan dia.
Dia yang suka bantuin pijit walau gue tau dia pun capek di kereta. Dia yang menahan diri dikantor walaupun berat banget ke kantor. dia yang masak air sendiri karena gue yang kalau lagi sakit suka ga kebangun pagi. Dia membuat gue sadar bahwa perasaan gue ke dia sangat sangat tulus dan takut dia sakit ya kalau kata orang orang di tiktok ini termasuk mothering dan jangan mothering kalau dalam cinta.
gue mengadut we always deserve better for our life. termasuk dalam cinta. untuk mendapatkan yang terbaik kita harus melakukan yang terbaik.
To the man who made me a mama
yang pas di acara nikah abis akad trus nangis pas berhadapan, orang yang berlutut pertama kalinya, orang yang ngajak liburan untuk pertama kalinya. Orang yang gak pernah bikin aku mau ngelirik orang lain, orang yang kusyukuri kehadirannya. Makasih udah menemani aku yang masih berproses ini buat jadi istri dan calon ibu buat anak kita.
Moga dalam setiap langkah kita selalu diridhoi Allah, semoga dalam setiap langkah kamu selalu ada aku dan anak kita, semoga setiap lelah kamu jadi bibit keberhasilan di masa depan. Aku percaya kamu selalu bisa jadi orang yang berhasil, karena orang yang berhasil adalah orang yang bisa mengalahkan sisi negatif dari dirinya sendiri. Gada hubungan yang sempurna, kita punya kecatatan disana sini. tapi hidup sama kamu bikin aku yakin kamu pria bertanggung jawab dan semoga tanggung jawab sampai akhir. Semoga dalam proses melahirkan ini aku dikasih kekuatan dan kesehatan biar bisa kumpul terus bareng bareng keluarga kecil kita.
Trust me, dia yang excited beli-beli printilan baby walau kadang dijam kerja yaa suka ngebahasnya, bikin gue jadi bucinin paksu lagi.
My Feeling As....
"No parent is perfect. you may have lingering emotions and anger issues with your parents which can impede your ability to cope with your newfound caregiving responsibilities. Try to find ways to forgive, not just for your parents sake but for your own health and wellbeing as well"
Menjelang Due date jadi lebih banyak yang dipikirin, termasuk "bisa ga ya jadi orang tua bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anak, dan diri sendiri disaat masih menjadi generasi sandwich yang bikin huh hah huh hah". Trust me I am not tough women, ga kuat sbnernya, pusing sama isi kepala sendiri. pusing banget karena biaya terus menerus meningkat disaat gue diberi tanggung jawab yang besar. dan disaat perekonomian lagi gonjang ganjing, tapi kebutuhan anak pun banyak. jujur gue takut.
Sedangkan pola pikir gue sama ibu selalu bersebrangan, selalu bertabrakan dan akhirnya ujung2nya berdebat. Karena ibu tipe orang yang rely on ke somebody. ibu selalu menekankan ke adek gue untuk gausah fokus ke karir karena kalau udah nikah mah enak. I mean gue selalu ngedoktrin adek gue "hey wake up, nikah tuh bukan finish, nikah tuh start line dimana lo akan membawa diri lo kemana. dan jangan mengandalkan diri ini ke orang lain (actually klo gue tipe yang extreme banget ga suka rely on nya dan ini yang membuat gue depresi di 2018). Sekarang gue punya paksu yang buat berbagi cerita dan belajar rely on yang mana sulit gue lakukan.
Dari dulu gue sampe debat dan berantem pas keluar rumah hanya karena dilarang kerja di jakarta. Gue disuruh jalan ditempat. Gue ga habis pikir klo gue dulu nurut, gue akan lebih paspasan lagi hidupnya bukan? Ada juga cerita ketika mama mertua gue gue ceritain tentang temen gue yang generasi sandwich dan dia lagi ga kerja, mama mertua gue simpati tapi langsung diselipin kalimat "kenapa dia ga nikah aja?". gue bingung apakah ini mindset orang dulu ya, kayak nikah menyelesaikan semua masalah kehidupan? termasuk masalah ekonomi? bayangin lo nikah tp lo belum kuat secara finansial trus lo tau2 dikasih anak dan lo ga punya uang pegangan. diperlakukan gimana pun terima terima aja. gue kadang suka mikir apakah gue terlalu liberal sehingga ga nyambung pola pikirnya sama mama mertua maupun ibu yang berpikir harusnya suami yang bsa handle semua hal dalam perekonomian rumah tangga?
gue ingin hidup dimana gue dan paksu sama2 hidup yang saling dan ga saling lempar tanggung jawab, saling paham dan saling membantu, saling memenuhi kebutuhan keluarga kecil kita. Tapi bukan ga peduli sama keluarga besar, tp ingin fokus buat mensejahterakan anak kita yang mana itu tanggung jawab utama kita. That's why gue sangat suka ketika dia bisa invest buat diri dia, yang mana bukan dia banget. gue ingin jalan hidup dia dibukakan sebesar besarnya supaya dapet rejeki yang lebih deras lagi buat kita dan anak kita.
Apakah salah berpikir bahwa menikah itu bukan berarti cowo 100% dalam rumah tangga? memang suami punya tanggung jawab menafkahi istrinya. bukan kebutuhan doang tapi printilan kesenangan juga. Tapi gue mau mengesampingkan mindset orang dulu dulu, dimana gue disini pekerja dan gue ingin bareng2, selama dia bertanggung jawab dan memprioritaskan gue dulu, anak kita dulu termasuk dari segi financial.
Ibu selalu membanggakan diri karena ketika dipuji orang2 tentang "enak ya udah punya anak yang bisa biayain blablabla". Tapi itu bukan hal yang patut dibanggakan ga sih? dan fokus ke "kalau dari anak cukup, gakan mau menikah lagi". I mean gakan bisa bergantung ke siapapun. orang ada saatnya pergi, ada saatnya meninggalkan kita, kita harus bisa sendirian di dunia yang kejam ini.
Gue selalu ingat kalimat ini "if you dont take care of your health, you cant truly take care of anyone else. after all, you and your family deserve happiest, healthiest you!"
Just because gue menyokong keluarga jadi generasi sandwich bukan berarti gue harus hidup dan makan seadanya telor mie buat ngirit bukan?itu bukan egois tapi bentuk sayang ke diri sendiri. klo gue mengesampingkan diri dan ngisi air di gelas orang lain terus, what if gue gada umur? what if akhirnya gue mati tanpa menikmati yang harusnya gue nikmati? ini extreme actually, tapi gue gamau, hanya karena gue ngeluh bukan berarti gue akan berhenti bukan? gue cuma mau berbagi pikiran aja. karena sejujurnya kepala ini udh mau meledak loh. Itupun yang selalu gue tekankan ke paksu, dia ga boleh ngirit2 sampe ga makan karna buat keluarga, gue gamau dia kayak gitu. kalau dia ga makan dan sakit atau kenapa2, kasian anak kita.
karena pelajaran yang berharga dari kepergian bapak adalah, dia tidak taking care dirinya sendiri sampe baru ke rumah sakit ketika sirosis hati dan ga ketolong. dan well itu membawa hidup kita kayak sekarang, gue jadi generasi sandwich dan depresi saking stresnya. hidupnya cuma buat kerja dan cari uang doang. Dan akhirnya gue bahkan gatau kondisi lambung gue gimana, tapi gue takut sama hasilnya, karena bertahun2 hidup buat cari uang terus membuat gue jadinya kesehatan gue terganggu, tipikal observer "dikeadaan tidak baik, dia tidak memperhatikan kesehatan diri". Gue jadi orang terjahat dari diri gue sendiri, gue bahkan takut hidup gue jadi sakit sakitan karena ulah gue sendiri. gue bahkan sampe detik ini ga ikhlas sama takdir why my father was gone? dan membuat gue jadi tulang punggung.