Saturday, 19 March 2022

Karena Kamu, Aku mencinta


Pernah gak sih berpikir ketika ketemu seseorang dan ngerasa cocok banget sama dia. Tapi pernah terlintas dipikiran "kok dia dateng sekarang ya?". Karena I do

Di awal kenal sempet terlintas "kenapa sosok pria baik ini datang sekarang ya? Di saat aku bahkan ga peduli dengan pernikahan, di saat aku gatau caranya bersikap baik kepada pasangan, di saat aku gatau caranya ngambil hati calon mertua"
Karena memang pernikahan itu di benak aku yang dulu gak pernah kepikiran. Tapi ya dia terlalu indah dan diajak nikah sama orang yang treat kita better rasanya gimana sih? Bingung kan

Aku pernah berpikir kalau aku manusia yang banyak kekurangan tapi keluarganya sangat baik dan menerima aku, dia juga baik. Dia orang yang aku rasa hadir sebagai pelengkap hari-hari aku. Sebagai orang yang pernah krisis kepercayaan dengan pria, dia hadir untuk membuktikan bahwa ada healthy relationship, ada kok hubungan yang seimbang, ada hubungan tanpa aku harus mengemis perhatian didalamnya. Aku suka bareng sama dia karena aku ga perlu mengemis perhatian dan waktu karena di waktu sibuknya dia akan kasih. Dia orang yang selalu update apa aja yg dia lakukan di hari-harinya. Dia orang yang bukan cuma ngomong doang tapi dia buktikan dengan perilaku.
Contoh simplenya, dia pernah sangat amat sibuk karena bulak balik ke RS, tapi dia meluangkan waktu telp di jalan ketika otw ke RS. Orang yang bukan cuma say hello pagi hari doang atau ketika dia mau kontek doang. I mean I love him because he can treat me better. 

Tapi lambat laun, aku sadar dibalik itu semua, dia cuma manusia biasa yang gak luput dari salah. Dan ada kesalahan-kesalahan yang sulit termaafkan dan butuh effort lebih dari dia untuk building trust. Tapi kalau ditanya, orang seperti apa yang ingin aku habiskan waktu aku selama hidup? Orang seperti apa yang aku butuhkan? Orang seperti apa yang bisa membawa luka dan tawa? Dia seorang. Dia luka sekaligus bahagia.

Dulu setiap pembicaraan dengan teman pria aku selalu tanya "tau dari mana seseorang itu baik? Tau dari mana kalau kita mau menghabiskan hidup kita sama dia? Tau dari mana kalau dia orang yang tepat buat berjalan dalam pernikahan? Gimana kalau ternyata justru gagal setelah menjalani hidup sama orang tersebut?" Jawaban mereka kurang lebih adalah kalau gagal yaudah, tapi orang yang tepat itu kerasa di hati "click" dan mereka mostly menyarankan untuk terus berjalan ke arah pernikahan. Karena kalau bukan jodoh, dia akan lepas dengan sendirinya.

Lalu aku berpikir akankah cinta ada selamanya? Akankah hubungan kita hambar dan menjenuhkan? 
Akankah ketika sudah bosan bertengkar sampai akhirnya mencari pelarian dan pundak lain untuk bersandar?
Aku juga bahkan khawatir karena aku orang yang flight alias lebih sering menghindar, aku takut lebih memilih pergi dan berpaling karena terlalu lelah.

Aku juga jadi takut ketika aku memundurkan langkah membuat kamu juga memundurkan langkah sampai membuat kita semakin menjauh
Ada banyak alasan kenapa aku bisa jatuh cinta sama dia
Seperti kata dia "kamu representasi paling indah dari kata saling"
Meski momen dia sangat dekat dan momen sangat jauh sering datang bergantian
Bahkan sampai pernah merasa kita ada di jalan yang berbeda, dia di jalannya, aku dijalanku

Kukira memiliki pria romantis yang bisa aku pamerkan ke seluruh dunia akan membuat aku jadi wanita paling beruntung dan bahagia
Tapi aku salah
Dia ada, dia baik, dia ga neko-neko, dia memiliki prinsip yang sama, dia komitmen dan dia menjadikan aku satu-satunya untuk hidup dia. Itu yang bisa membuat aku bahagia

Dia orang yang mengisi otak aku karena jadi orang yang aku khawatirkan, karena dia terlalu peduli sama orang lain dan lebih mengesampingkan dirinya demi orang lain, orang yang selalu pengen aku genggam tangannya, orang yang mau aku peluk sambil bilang "Its okay", orang yang mau aku hapus air matanya dan mau aku temani di saat terpuruknya. Dia baik, sangat baik. Tapi dia juga jahat karena menorehkan luka.

Pikiran jahatku rasanya pengen dia tersakiti dan merasakan perih sama yang pernah aku rasa. Tapi itu jahat, meski aku gak sebaik itu. Tapi aku ga sejahat itu. Mungkin dia memang belum menemukan kedamaian dan mungkin dia pun pernah punya luka yang sebenernya belum dia sembuhkan tapi terus dia abaikan. Aku cuma berharap dia bisa menemukan kedamaian, bisa pulih dan menjalani hidup dengan baik. Tapi aku gak mau hidup dengan menjadi sasaran empuk atas luka dia sampai dia menorehkan luka berkali-kali ke aku. Jadi sambil dia menemukan kedamaian, aku juga harus jadi pribadi baik yang juga bisa belajar ikhlas pernah disakiti.

No comments:

Post a Comment