"Kita bisa pilih mau pasangan kayak apa, itu tanggung jawab kita. Tapi anak-anak kita gak bisa pilih mau punya orang tua kayak apa. Itu bukan tanggung jawab mereka. Itu tanggung jawab kita"
Ketemu kalimat ini yang bener banget dan jadi salah satu alasan gue seorang picky girl ini memilih pasangan. Gue gamau punya pasangan yang gak bisa satu frekuensi, satu visi misi dan gak selevel. Best spouse= best parent
Kalau mau ke tahap lebih besar dengan tanggung jawab yang besar which is orang tua. Maka jadi pasangan yang baik dulu. Mau jadi pasangan yang baik maka jadi diri sendiri yang baik dulu.
Jadi inget pernah nemu ini di quora dulu banget. Pas pertama kali baca rasanya ingin ku cabik-cabik dijadikan sate itu cowo jahannam. Di benak gue ya, apapun, kalau mau mati, mau sengsara sendirian aja gausah ngajak-ngajak. Begitupun hal ini. Kalau mau sakit, sakit aja sendirian. Kok jahat banget sampe bikin istri plus anaknya yang gak salah apa-apa ikutan sakit.
Selingkuh ketika istri lagi hamil aja bangsat banget. Nah ini jajan sama orang yang sakit. Trust me, celap celup sana sini itu gak keren kok. Gak bikin keren, bikin sengsara iya. Bikin masa depan suram malah. Banyak kan kasusnya?
Apalagi ke orang nih open BO (logic ya dia open BO berarti gonta ganti pasangan demi uang. What if pas dia gonta ganti pasangan. Yang pake dia itu sakit. Dan dia tertular. Lalu dia menularkannya ke lu)
Kedua bukan open BO, tapi bitch (orang yang mau diajak dengan mudahnya tapi berpotensi punya penyakit menular seksual juga. Karena dia dengan mudah mengiyakan, berarti dia bisa jadi mengiyakan banyak orang juga. Peluang gonta ganti pasangannya tinggi)
Intinya sih kalau gak suka sama service pasangan, atau dalam case ini si istri lagi hamil dan gabisa melayani dengan baik. Maka solusinya ngomong apa yang lu mau. Solusi ke orang lain itu salah karena itu tandanya mau bunuh diri.
Jadi inget scene dalam drama Hometown chachacha, tokoh anak namanya Jang Yi Joon. Dia terlalu dewasa untuk ukuran anak SD broken home karena orang tuanya bercerai. Setiap kali momen ulang tahun atau perayaan, pasti orang tuanya menyempatkan waktu untuk quality time buat jang yi joon. Bukan karena orang tuanya masih punya perasaan satu sama lain, melainkan perasaan cinta ke anaknya dan mengesampingkan ego demi jang yi joon. Suatu ketika kesalahpahaman diantara orang tua jang yi joon ini baru terkuat setelah beberapa tahun bercerai. Lalu mereka punya keinginan buat rujuk. Lalu sang ibu, hwa jeong minta ijin boleh gak kalau mereka rujuk. Tau ga reaksi jang yi joon apa? "Lakukanlah apa yang kalian mau ayah, ibu. Aku permisi dulu mau pergi bermain". Tapi jang yi joon ini bukan pergi main, justru menghilang dan bikin khawatir orang tuanya. Ternyata dia nangis sendirian karena nangis bahagia. Ada banyak harapan yang mau dilakukan si anak bareng orang tuanya lengkap dan utuh.
Gue selalu takut menikah, karena di sekeliling gue banyak kasus anak yang gak bahagia. Karena pertengkaran orang tuanya, karena kesalahan ibu/ayahnya memilih orang yang salah sebagai partner hidup sehingga menjadikan dia orang tua, karena rumah yang bukan kayak rumah dan banyak alasan lainnya. Disitu gue takut banget memilih orang yang salah untuk gue jadikan partner, mungkin gue bisa bertahan kuat karena melewati banyak pengalaman buruk. Tapi gue rasa gue gakan bisa bertahan kalau menyakiti anak gue karena memilih orang yang salah. Gue juga gabisa memilih bertahan hanya demi anak padahal gue udah disakiti berkali-kali. Its not fair for me.
Choosing you husband/ wife is also choosing your future. Jadi pintar pintarlah memilih
No comments:
Post a Comment